Friday 28 December 2012

Jalur Kereta Api ke Pelabuhan Probolinggo Akan Dihidupkan

0 comments
Probolinggo - PT Kereta Api Daerah Operasi IX Jember akan hidupkan kembali jalur rel dari Pelabuhan Probolinggo menuju Stasiun Probolinggo.

Gatot Sutiyatmoko Manajer Humas PT KA Daop IX Jember, kepada reporter Radio Mutiara Jember, Senin (17/12/2012), mengatakan pengoperasian kembali jalur ini menyusul mulai beroperasinya pabrik kertas Leces yang ada di kawasan itu.

Dengan jalur baru ini, angkutan batu bara dari pelabuhan Probolinggo ke pabrik tersebut, diharapkan bisa dilakukan dengan menggunakan kereta api.

Sementara itu, untuk menghidupkan kembali jalur rel ini, PT KA secepatnya akan membebaskan kembali jalur rel yang dulunya sudah ada. Di jalur rel yang kini mati itu, kata Gatot, setidaknya telah berdiri lima bangunan semi permanen milik warga.

Selain pembebasan lahan, PT KA juga akan ganti seluruh besi rel, dan mengganti bantalan rel yang awalnya dari kayu diganti beton.

suarasurabaya.net
Read more...
Friday 7 December 2012

Pembangunan Tol Jawa-Bali 250 Km, Terbanyak di Jatim

4 comments
Probolinggo - Pembangunan ruas jalan tol di Jawa dan Bali saat ini mencapai 9 ruas dengan panjang sekitar 250 kilometer. Jawa Timur merupakan salah satu daerah yang paling banyak pembangunan jalan tolnya.

"Memang Jawa Timur salah satu daerah yang terbanyak pembangunan jalan tol," ujar Kepala Humas PT Jasa Marga Tbk Wasta Gunadi di sela acara acara Penandatanganan kontrak pembangunan jalan tol Gempol-Pasuruan antara PT Transmarga Jatim Pasuruan dengan PT Adhi Karya dan PT Waskita Karya, di kawasan wisata Gunung Bromo, Probolinggo, Jumat (7/12/2012).

Pembangunan jalan tol di Jatim yang dilakukan Jasa Marga sebanyak 3 ruas yakni Surabaya-Mojokerto, Gempol-Pandaan, dan Gempol-Pasuruan. "Kenapa banyak di Jawa Timur, karena Jatim sebagai salah satu pusat perekonomian nasional," terangnya.

Sementara itu, Direktur Utama Jasa Marga Adityawarman menerangkan, Jatim memerlukan penambahan ruas jalan tol, karena pertumbuhan lalu lintasnya pesat. "Selain itu juga pertumbuhan industri, perdagangan, maupun pendidikan juga pesat," katanya.

Adityawarman mengatakan, investasi pembangunan 9 ruas jalan tol termasuk di Jatim nilainya mencapai Rp 25 triliun.

"Insya Allah 2 tahun lagi selesai," jelasnya.
 
Read more...
Tuesday 4 December 2012

Dahlan Pilih Temui 2.000 Karyawan Kertas Leces yang Tak Gajian Ketimbang ke DPR

0 comments
Kemarin, Menteri BUMN Dahlan Iskan absen dalam rapat dengan Komisi VII DPR soal inefisiensi PLN Rp 37 triliun di 2009/2010. Besok Rabu rencananya Dahlan akan dipanggil lagi, tapi Dahlan bakal absen lagi, kenapa?

Dahlan mejelaskan, dirinya lebih memilih menghadiri pertemuan dengan salah satu BUMN Dhuafa yakni PT Kertas Leces (Persero) di Probolinggo Jawa Timur. Rencananya Komisi VII DPR akan memanggil kembali Dahlan besok pukul 14.00 WIB.

Dikatakan mantan Dirut PLN ini, dirinya sudah berjanji untuk menemui karyawan Kertas Leces yang telah lama tidak pernah diperhatikan.

"Saya pilih Leces, karena dia ada 2.000 karyawan yang sudah nggak gajian yang menderita luar biasa. Itu luar biasa, janji saya ke karyawan (Kertas Leces)," tutur Dahlan di Kantor Pusat Waskita, Jakarta, Selasa (4/12/2012).

Seperti diketahui, kemarin Dahlan juga dipanggil oleh Komisi VII DPR untuk menjelaskan inefisiensi di PLN sebesar Rp 37 triliun saat menjabat Dirut.

Namun, 10 menit sebelum rapat dengan Komisi VII dimulai, Dahlan meninggalkan DPR untuk menghadiri rapat terbatas dengan Presiden SBY yang diselenggarakan mendadak.

Hal tersebut sempat membuat pimpinan rapat Komisi VII Effendy Simbolon marah.

Salam pesan singkatnya kepada detikFinance, Ketua Komisi VII DPR Sutan Bhatoegana membenarkan kalau Dahlan besok akan dipanggil kembali pukul 14.00. "Ya sekitar jam 2," tutur Sutan.
Read more...
Sunday 25 November 2012

Jejak Prajurit Islam Majapahit dari Bali hingga Australia

0 comments
Oleh: SUFYAN AL  JAWI
Arkeolog di Numismatik Indonesia

Mengagumkan, ternyata wilayah Majapahit lebih luas dari yang diperkirakan selama ini oleh sejarawan. Riset terbaru tentang penempatan prajurit Majapahit  di luar Jawa menemui fakta yang menakjubkan. Uniknya, pleton-pleton kawal Majapahit beranggotakan prajurit beragama Islam. Peninggalannya pun masih bisa dibuktikan hingga sekarang.

Adanya penempatan prajurit Majapahit di Kerajaan Vasal (bawahan) yang terdiri dari 40 prajurit elite beragama Islam di Kerajaan Gelgel-Bali, Wanin-Papua, Kayu Jawa-Australia Barat, dan Marege-Tanah Amhem (Darwin) Australia Utara pada abad ke 14 memperkuat bukti bahwa Gajah Mada adalah seorang Muslim. Silakan anda berkunjung ke daerah tersebut, terutama ke Bali Utara sebelum anda memberi komentar tanpa dasar.

Prajurit Islam ini berasal dari basis Gajah Mada dalam merekrut prajurit elite yang terdiri dari 3 (tiga) kriteria: Mada; Gondang (Tenggulun-Lamongan) dan Badander (Jombang) yang diketahui sebagai basis teman-teman lama beliau. Dari desa-desa ini pemudanya direkrut menjadi Bhayangkara angkatan II dan seterusnya. Tuban, Leran, Ampel, Sedayu sebagai basis Garda Pantura. Pahang-Malaya, Bugis-Makasar, dan Pasai sebagai basis tentara Laut Luar Jawa.

Hal ini adalah wajar, karena di Jawa, Islam telah berbaur sejak abad ke 10 yang dibuktikan dengan penemuan Prasasti nisan Fatimah binti Maimun (wafat 1082 M) di Leran, Gresik yang bertuliskan huruf Arab Kufi. Dan Prasasti Gondang - Lamongan yang ditulis dengan huruf Arab (Jawi) dan huruf Jawa Kuno (Kawi). Keduanya merupakan peninggalan zaman Airlangga. Sedangkan orang Islam sudah masuk ke Jawa sejak zaman Kerajaan Medang abad ke 7. Islam baru berkembang dengan pesat di Jawa pada abad ke 15, atas peran tak langsung dari politik Gajah Mada, putra desa Mada-Lamongan, politikus abad ke 14.

Pembentukan Satuan Elite, Pabrik Senjata dan Dinar EmasSatuan tentara elite Majapahit sudah dibangun sejak masa Jayanegara (1319), yaitu pasukan kawal raja – Bhayangkara, yang dipimpin oleh bekel Gajah Mada. Pada masa selanjutnya satuan elite terus berkembang, terutama pada masa Gajah Mada menjabat sebagai  mahapatih amangkubhumi dari tahun 1334 sampai 1359, sejak masa Tribhuwana Tunggadewi hingga masa Hayam Wuruk.

Menurut “Hikayat Raja-raja Pasai”, ketika Majapahit menyerang Pasai, dan dipukul mundur (1345), lalu menyerang kembali dan meluluh lantakan istana Sultan Ahmad Malik Az Zahir (1350), Gajah Mada yang juga seorang muslim, membawa tawanan orang Pasai yang terdiri dari para ahli, insinyur lulusan Baghdad, Damaskus dan Andalusia. Sedangkan Sultan Pasai melarikan diri dari istana. Setibanya di Majapahit, Gajah Mada membebaskan tawanan tersebut setelah bernegosiasi dengan Prabu Hayam Wuruk. Kemudian orang Pasai ini bekerjasama dengan Gajah Mada untuk membangun kejayaan Majapahit. Sebagai balas jasa, Majapahit memberi otonomi kepada Kerajaan Pasai Darussalam, dan menempatkan orang Pasai di komplek elite di ibukota Majapahit – Trowulan. Hal ini dibuktikan, pada 1377 Majapahit menghancurkan Kerajaan Budha Sriwijaya dan menguasai seluruh Pulau Sumatera, kecuali Pasai.

“Maka titah Sang Nata akan segala tawanan orang Pasai itu, suruhlah ia duduk di tanah Jawa ini, mana kesukaan hatinya. Itulah sebabnya maka banyak keramat di tanah Jawa tatkala Pasai kalah oleh Majapahit itu” (Kutipan dari “Hikayat Raja-raja Pasai”).

Dengan adanya orang Pasai yang ahli dalam bidang tempa logam, baik itu baja maupun emas, maka didirikanlah bengkel senjata dan alat pertanian yang sempurna (standar baja Damaskus) , saluran irigasi model Andalusia di Trowulan dan pabrik koin dinar emas Majapahit. Seiring dengan perluasan wilayah Majapahit untuk mewujudkan “Sumpah Palapa”, Gajah Mada membentuk pleton-pleton khusus yang didominasi oleh prajurit Islam.

Prajurit Islam Majapahit di BaliPenempatan 40 orang prajurit Islam Majapahit di Kerajaan Gelgel – Klungkung, Bali dimulai ketika Raja Gelgel I, Dalem Ketut Ngulesir (1320 – 1400) berkunjung sowan abdi ke Trowulan, tak lama setelah deklarasi pendirian Kerajaan Gelgel tahun 1383. Beliau didampingi oleh Patih Agung, Arya Patandakan dan Kyai Klapodyana (Gusti Kubon Tubuh) yang menghadap Prabu Hayam Wuruk saat upacara Cradha dan rapat tahunan negeri-negeri vasal imperium Majapahit. Ketut Ngulesir memohon dukungan dari Maharaja Majapahit, yang dikabulkan dengan pemberian 1 (satu) unit pleton khusus binaan Almarhum Gajah Mada. (“Kitab Babad Dalem”, manuskrip tentang Raja-raja Bali).

Prajurit Islam ini menikah dengan wanita Bali, dan beranak-pinak disana. Mereka sangat setia membentengi Puri Gelgel – Klungkung. Bahkan meskipun pada akhirnya imperium Majapahit runtuh (1527), tapi Prajurit Islam tetap menjadi tentara elite Kerajaan Gelgel, dari generasi ke generasi. Begitu pula di Kerajaan Buleleng, prajurit Islam membentengi Puri Buleleng dari serangan Raja Mengwi dan Raja Badung dari Kerajaan di Bali Selatan.

Faktanya, saat ini kita masih dapat saksikan di Bali, keturunan prajurit Islam Majapahit yang telah mencapai ribuan orang Islam asli Bali (mereka menggunakan nama Bali, untuk membedakan dengan muslim pendatang) tepatnya di desa Gelgel, Klungkung dan di desa Pegayaman, Buleleng – 70 km arah utara Denpasar. Mereka adalah penduduk mayoritas di desa-desa kuno tersebut.

Pertanyaannya : Kenapa Hayam Wuruk mengirimkan pleton prajurit Islam untuk mengawal negeri bawahan Majapahit ?

Jawabannya: Pertama, almarhum Gajah Mada (wafat 1364) telah membangun sistem perekrutan satuan tentara elite yang beranggotakan prajurit Islam, dibekali dengan senjata pamungkas, dan berperang sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW. Kedua, Prabu Hayam Wuruk diduga telah mengetahui bahwa Gajah Mada bukan Sudra, melainkan seorang Muslim. Kemungkinan info yang rahasia ini diperoleh dari Ibunda Ratu Tribhuwana Tunggadewi.

Untuk menghormati almarhum Gajah Mada, beliau tidak mencerai-beraikan pleton-pleton Muslim yang berjumlah 40 orang, karena dalam Madzhab Imam Syafi’i, syarat minimal untuk mendirikan sholat Jumat adalah 40 orang. Ketiga, kemampuan tempur 40 orang prajurit Islam dapat menghancurkan 200-400 orang tentara reguler musuh. Karena mereka dibekali kemampuan militer  yang menguasai berbagai jenis senjata. Hal ini dibuktikan dalam perang mempertahankan Puri Buleleng dari serbuan pasukan gabungan dua Kerajaan Mengwi dan Badung, yang terletak di Bali Selatan. Keempat, Hayam Wuruk kagum atas kesetiaan dan ketetapan janji orang Islam. Mereka tidak terpengaruh  godaan harta, wanita dan tahta yang bukan haknya. Mereka tidak pernah mabuk, berjudi, maling dan berzina ( kebiasaan buruk di Majapahit adalah mabuk dan berjudi, dan agak permisif dalam hal seks ). Panutan mereka adalah Gajah Mada, yang diklaim oleh orang-orang Majapahit sebagai orang Hindu berkasta Sudra?

Ketika pleton prajurit Islam Majapahit ini mengawal pulang rombongan Raja Gelgel, Ketut Ngulesir, mereka dibekali oleh Hayam Wuruk berupa puluhan ribu koin cash Cina dan koin Gobog Wayang (koin kepeng tembaga) serta ratusan koin dinar emas Majapahit. Ini sebagai balasan atas penyerahan upeti dari Kerajaan Gelgel Klungkung berupa hasil bumi, hewan ternak dan tangkapan, perhiasan dan kerajinan tangan rakyat Gelgel. Hayam Wuruk berharap, stok koin-koin tersebut mampu merangsang tumbuhnya ekonomi di Gelgel. Sejak saat itu Pura Klungkung dan Pura Buleleng telah akrab dengan koin dinar emas dalam ritual ibadah mereka.

Prajurit Islam Majapahit di Wanin – Papua

Saat Prof. JH Kern dan NJ Krom meneliti kitab Nagarakertagama yang ditemukan (dijarah) oleh JLA Brandes dari istana Cakranagara, Lombok (1894). Prof. Kern dan Krom, 1920, mendapati fakta bahwa kekuasaan Majapahit di Papua Barat dibuktikan dengan adanya penempatan prajurit Islam di Wanin – Papua. Berdirinya Kerajaan Wanin di Fak-fak hingga Biak merupakan vasal Majapahit. Sampai sekarang, Raja-raja dan rakyat di Wanin dan Fakfak sangat kental nuansa Islamnya dan sangat fasih menghafal ayat-ayat suci Al-Qur’an.

Tak seperti di Bali, prajurit Islam Majapahit ini membawa istri mereka yang dinikahi di Jawa, Bugis, Seram dan pulau Maluku, sebelum akhirnya menetap di Wanin. Saat Majapahit runtuh, pada abad ke 16, Kerajaan Wanin bergabung dengan Kerajaan Ternate Darussalam di Maluku Utara, yang dulunya juga merupakan bawahan Majapahit. Diperkirakan situs Majapahit di Papua tersebar luas di Fak-fak, Biak dan Raja Ampat. Keturunan mereka berbeda dengan ras Papua.

Prajurit Islam Majapahit di Marege – Australia

Sejarah resmi negeri kangguru, sepertinya harus segera direvisi. Sebab Prof. Regina Ganter, sejarawan dari University of Griffith, Brisbane, Australia – belum lama ini meriset suku Aborigin Marege yang berbahasa Melayu Makasar. Marege adalah desa kuno di tanah Arnhem, di daerah Darwin, Australia Utara. Regina mendapat fakta yang menakjubkan , bahwa komunitas Muslim kuno Aborigin berasal dari Kerajaan Gowa Tallo, Makasar, sudah ada sejak abad ke 17 (1650 an), dan menyebarkan Islam di Australia Utara hingga ke desa Kayu Jawa di Australia Barat.

Orang Marege hingga hari ini menyebut rupiah untuk kata ganti uang, padahal mata uangnya adalah dollar. Juga menyebut dinar untuk koin emas Australia. Dahulu sempat ditemukan koin Gobog Wayang di desa Marege Darwin. Padahal koin Gobog merupakan koin resmi Majapahit. Dan ini menunjukkan adanya jejak prajurit Majapahit abad ke 14 yang dikirim ke Marege, namun hal itu masih perlu pembuktian lebih lanjut.

Dalam risetnya, Prof. Regina menuturkan bahwa sejak masa Sultan Hasanuddin (1653-1669) kapal-kapal Pinisi dari Makasar menguasai perairan teluk Carpentaria – Darwin, mereka mencari tripang. Di tanah Arnhem, Marege, orang Makassar berhubungan dengan suku Aborigin, menikah dan beranak pinak membentuk komunitas Aborigin Muslim. Dalam kebudayaan Marege, nampak jelas mereka menggambar kapal Pinisi Makasar dalam karya seni kuno mereka. Uniknya, kapal bercadik Majapahit pun terpahat dalam seni ukir dan lukis mereka yang berusia ratusan tahun.

Ketika orang Inggris menjajah rayah desa Marege dan desa Kayu Jawa, mereka nyaris menghancurkan budaya Islam suku Aborigin Marege pada abad ke 20 seiring arus Westernisasi di negeri Kanguru. Karya seni Marage banyak yang diboyong ke Eropa. Orang Marege menyebut orang Inggris sebagai ‘Balanda’, sedangkan orang Kayu Jawa menyebutnya ‘Walanda’, dan perang melawan orang Inggris disebut ‘Jihad Kaphe’.

Semoga riset yang akan dilakukan oleh Tim Riset Yamasta ( beranggotakan Viddy Ad Daery, Sufyan Al-Jawi, Drs. Mat Rais dan Farhaz Daud ) untuk program yang akan datang, dapat mengungkap keberadaan situs Majapahit di Marege, Kayu Jawa dan tempat lainnya di Australia. Sesungguhnya kita adalah Bangsa yang besar dan jaya, pernah membangun perdaban Superpower – Nusantara. Mari bersatu, hilangkan egoisme SARA dan sinisme, marilah kita bangkit dan membangun kembali Nusantara.
Read more...
Thursday 22 November 2012

Belajar dari Kejatuhan Vietnam

0 comments
REPUTASI suatu negara tidak akan abadi. Anda bisa saja dipuja-puja untuk hari ini, namun bisa berakhir menjadi orang buangan di hari berikutnya.

Tidak ada contoh yang lebih baik untuk menggambarkan hal ini selain Vietnam. Sempat menjadi bintang bersinar di kawasan Asia, Vietnam menjadi idola untuk investor di negara berkembang.

Setelah bangkit dari jurang kehancuran akibat Perang Vietnam, Partai Komunis (CPV) yang menjadi penguasa memulai proses reformasi ekonomi, disebut dengan istilah Doi Moi. Vietnam melakukan seperti yang ada di China, memperbolehkan pasar bebas tetapi dengan kontrol dari negara.

Doi Moi memang sempat berjalan dengan baik: sampai 2010, perekonomian Vietnam tumbuh rata-rata 7% per tahun dan tampaknya sudah siap lepas landas untuk menjadi Singapura atau Korea Selatan berikutnya.

Namun, kebangkitan Vietnam yang sempat meroket akhirnya berhenti di tengah jalan. Pertumbuhan PDB Vietnam melambat menjadi 4,38% pada semester pertama 2012. Ini pelambatan terbesar sepanjang tiga tahun terakhir, dan diperkirakan akan tertekan menjadi 5% untuk 2 tahun ke depan.

Inflasi September naik menjadi 6, 48% dibanding tahun sebelumnya. Ini mencatatkan kenaikan harga konsumen tercepat dalam 16 bulan terakhir, termasuk di sektor kesehatan, pendidikan dan transportasi.

Sektor perbankan Vietnam juga memiliki angka kredit macet tertinggi di negara-negara ASEAN, meningkatkan kekhawatiran akan kebutuhan dana talangan untuk sektor ini.
Penangkapan taipan berpengaruh Nguyen Duc Kien, pendiri Asia Commercial Bank (ACB) telah memicu ketakutan dari kalangan usaha. Seorang mantan eksekutif ACB, yang juga mantan Menteri Perencanaan dan Investasi, Tran Xuan Gia, juga sedang menghadapi tuduhan  telah melakukan kejahatan ekonomi.

Memang, ada tanda-tanda bahwa perebutan kekuasaan sedang berlangsung antara Perdana Menteri Nguyen Tan Dung dan Presiden Troung Tan Sang. Akibat dari itu semua, tanggal 28 September, lembaga pemeringkat Moody `s menurunkan peringkat kredit Vietnam menjadi "B2"  dengan outlook stabil karena kelemahan dalam sistem perbankan. Apa yang salah dengan hal ini? Di satu sisi, dapat dikatakan bahwa ini adalah satu contoh kasus dimana kejatuhan suatu bangsa dikorbankan kepada faktor eksternal.

Seperti artikel yang ditulis Rob Cox pada 1 Oktober 2012 di majalah Newsweek, arus modal ke Vietnam setelah tergabung dalam WTO pada tahun 2007 menyebabkan negara itu kelebihan investasi.Sebagian besar aliran dana itu mengalir ke hunian kalangan atas atau properti industri, yang pada akhirnya hanya masuk tong sampah setelah krisis keuangan global pada tahun 2008.

Selain itu, hubungan yang terus memburuk dengan China akibat sengketa Laut Cina Selatan juga dapat membahayakan pertumbuhan di masa depan. Sebab China merupakan mitra terbesar untuk Vietnam dengan angka perdagangan dua arah pada tahun 2011 sebesar USD36 miliar menurut The Economist.

Pada saat yang sama, tidak dapat dipungkiri bahwa mendung yang dialami Vietnam sangat kental berbau politik dan administratif. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Vietnam terkenal tidak efisien. Reuters mencatat bahwa 100 BUMN terbesar memiliki US$ 50 miliar total utang, termasuk perusahaan galangan kapal bermasalah Vinashin yang memiliki utang US$ 4,5 miliar.

Tampaknya hanya ada sedikit kemauan politik untuk mereformasi BUMN boros ini, terutama dengan perpecahan yang jelas terjadi dalam Partai CPV. Partai telah menunjukkan bahwa segala kritik terhadap mereka tidak akan diterima dengan baik. Penangkapan tiga orang blogger yang mencoba membongkar kasus korupsi dan ketimpangan sosial yang terjadi, menunjukkan bahwa kekuasaan otoriter masih hidup dan berkembang di Vietnam.

Intoleransi terhadap kebebasan berpendapat telah membuat Partai CPV sebagai organisasi yang kaku dan tidak mampu beradaptasi dengan dunia yang selalu mengalami perubahan cepat. Doi Moi telah muncul dengan banyak celah, dan permainan Vietnam dengan kapitalisme tampaknya tidak dibarengi dengan kompetensi, akuntabilitas serta transparansi.

Vietnam merupakan kisah peringatan bagi Indonesia. Seperti yang pernah dialami Vietnam dalam waktu yang belum terlalu lama, Indonesia kini adalah anak emas untuk investor.

Dalam tujuh tahun terakhir, pertumbuhan PDB Indonesia telah melonjak 200%, saham-saham blue-chip telah meroket diatas 200%, dan pasar saham secara keseluruhan telah mencatatkan imbal hasil hingga 300%.

Mungkinkah Indonesia mengalami kecelakaan seperti yang dialami oleh Vietnam, dengan didukung oleh asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi dijalankan autopilot dengan tidak peduli siapapun yang memimpin?

Mari pikirkan lagi. Politik memang penting. Liberalisasi perekonomian tanpa reformasi politik dan kepemimpinan yang baik hanya akan berakhir dengan bencana.

Read more...

Dicabut, Larangan Angkutan Batubara

3 comments
Pemkot Probolinggo desak Pemprov Jatim dan Pusat membangun akses jalan memadai ke pelabuhan

PROBOLINGGO - Dengan alasan truk-truk pengangkut batubara merusak jalan di Kota Probolinggo, sekitar sebulan terakhir angkutan batubara dari Tanjung Tembaga dihentikan Walikota HM. Buchori. Namun atas desakan sejumlah pabrikan di Probolinggo, Pasuruan, dan Lumajang larangan itu dicabut kembali.

“Sejumlah industri mengaku kelimpungan dan meminta agar batubara bisa dibongkar kembali melalui Tanjung Tembaga. Ya saya kasihan juga mendengar keluhan kalangan pabrikan,” ujar walikota, Senin (5/11) pagi tadi. Keluhan kalangan pabrikan itu disampaikan melalui Kepala Dinas Perhubungan (Dishub), Sunardi dan Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Kepelabuhanan, Wiliyanto.

HM. Buchori menambahkan, sekitar sebulan terakhir, kalangan pabrikan mendatangkan batubara dari Kalimantan melalui Pelabuhan Gresik. Ternyata biayanya lebih besar dibandingkan melalui Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo. “Pak Nardi (Sunardi) dan Pak Wily (Wiliyanto) sudah menemui saya, menyampaikan keluhan kalangan pabrikan itu,” ujar walikota.

Seperti diketahui dengan alasan muatan melebihi tonase dan merusak badan jalan, truk-truk pengangkut batubara dari Tanjung Tembaga dilarang melintasi jalan di Kota Probolinggo. Pemkot Probolinggo pun mendesak Pemprov Jatim dan pemerintah pusat membangun jalan akses pelabuhan yang memadai.
Selama ini truk-truk bermuatan batubara dari pelabuhan melintasi Jalan Lingkar Utara (JLU) yakni, Jl. Anggrek, Jl. Ikan Tongkol, dan Jl. Raden Wijaya. Padahal jalan arteri kelas III itu hanya layak dilewati kendaraan dengan tonase 11-13 ton. ”Kalau dipaksakan dilewati truk batubara dengan tonase 20-28 ton, ya jalan cepat ambrol,” ujar walikota.

Berdasarkan catatan Kesyahbandaran dan Otorita Kepelabuhanan Probolinggo, selama kurun waktu sekitar setahun yakni, Agustus 2011-September 2012, sekitar 95.000 ton batubara telah dibongkar di Pelabuhan Tanjung Tembaga.

Batubara asal Kalimantan itu dipesan sejumlah industri di antaranya, PT Kertas Leces (Kabupaten Probolinggo, PT Cheil Jedang Indonesia (Kabupatan Pasuruan), Pabrik Gula Jatiroto (Lumajang), dan Pabrik Gula Semboro (Jember).

Walikota mengakui, pemkot memang menerima kompensasi (retribusi) atas kelebihan muatan batubara itu. ”Kalau kalau dihitung-hitung nilai retribusi itu tidak sepadan dengan tingkat kerusakan jalan,” ujarnya.
Data di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKA) menunjukkan, sumbangan dari pihak ketiga (SP III) itu selama Juni-September 2012 hanya Rp 34 juta. “Pada bulan Juli, tidak ada setoran,” ujar Kasi Evaluasi pada DPPKA, Imroatun.

Dibatasi 8 Ton
Meski akhirnya mencabut larangan truk-truk pengangkut batubara melintasi jalan Kota Probolinggo, walikota membatasi tonase batubara. “Truk-truk hanya boleh maksimal mengangkut 8 ton batubara. Lebih dari 8 ton tetap kami larang,” ujar politisi PDIP itu.

Disinggung soal besarnya retribusi bongkar-muat, walikota menyerahkan sepenuhnya kepada Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Kepelabuhanan. Soalnya, lembaga yang dulu bernama Kantor Administrator Pelabuhan (Adpel) itu yang punya wewenang memungut retribusi jasa kepelabuhanan.

Soal usulan agar Pemkot Probolinggo mengirimkan proposal ke Pemprop Jatim terkait kerusakan jalan akibat truk-truk pengangkut batubara, walikota mengaku sudah melakukannya. “Kami sudah mengirimkan prosal ke Pemprop Jatim, soalnya untuk perbaikan jalan saja pemkot menghabiskan Rp 4-5 miliar,” ujar walikota.

Sebelumnya Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Jatim, Dahlan Karim menyarankan agar Pemkot Probolinggo mengirimkan proposal untuk perbaikan jalan. “Kalau memang Kota Probolinggo butuh dana, ya ajukan proposal. Nanti kami kaji,” ujarnya.

Yang jelas nanti (jika dana cair), pekerjaan perbaikan jalan itu bisa ditangani Pemkot Probolinggo sendiri. Soalnya, jalan yang dikeluhkan walikota adalah jalan kota, bukan jalan propinsi atau jalan nasional.

Dahlan menambahkan, sebenarnya tahun ini (2012) ini, Kota Probolinggo sudah disuntik dana Rp 5 miliar. ”Ya dana itu bisa dipakai dulu, kalau masih kurang ajukan proposal,” ujarnya.

Hal senada diungkapkan Wakil Ketua Komisi D DPRD Jatim, Mahdi. ”Sebaiknya walikota mengajukan proposal ke propinsi untuk perbaikan jalan yang dilalui truk pengangkut batubara,” ujarnya.
Politisi PPP itu menambahkan, Pemprop Jatim masih bisa menyisihkan anggaran dari plafon dana bantuan keuangan (BK). ”Ada dana BK, tetapi proposal akan dikaji kelayakannya lebih dulu,” ujarnya.

Read more...
Friday 16 November 2012

Travel to Ende, Flores, Kelimutu, Village

0 comments
Ende is the largest town in Flores and is deemed to be the most important with its harbor serving other destinations around the archipelago. For the tourist, travelling to Ende can be a necessary transit onto Kelimutu. The town of Ende isn’t too appealing as it is a very hot and dusty place with it being situated at sea level. That being said there are black sandy beaches that you can explore to the east and west of the town. If you find yourself here for a few days waiting on a ferry or an aeroplane, it can be accommodating.

5_w2_w
1_w

Ende was also the victim of the devastating earthquake that hit just north of Maumere in 1992 and the population is still somewhat shaken by the whole experience. Life has resumed at the normal pace but you can still see buildings that were damaged by the earthquake.

Ende’s real claim to fame is that president Sukarno was exiled here in 1933 and his house has been turned into a museum of sorts with original furniture and photos still in place. There is no charge to gain access to the museum and it can be an interesting visit to step back into the Indonesian 1930’s. The museum can be found on Jalan Perwira, which is located around 250 meters from the harbor.

If you find yourself staying overnight in Ende then it is highly recommended that you visit the bustling nightmarket that can be found just outside the centre on Jalan Kelimutu. The market really comes to life after sunset and you will find yourself walking around various stalls of exotic produce by candlelight. Apart from the daily food essentials, the market is supplemented with many food stalls where you can taste some local delights and chat with the locals sharing stories about food and history.

8_l3l_ 7_l

Due to Ende’s proximity to the sea and its sheltered bay, it can become very hot in this town. It is rare to have a sea breeze and the dust can be quite annoying at times. To escape this, the best options are to head inland or west along the coastal road and discover one of many weaving villages. Ngella is a village around 30 km from Ende is very popular amongst locals and tourists alike. The fabric that is weaved here is regarded as some of the best in Flores and the prices can be a little expensive. The women of the village are hard bargainers so be prepared to bow down and accept her best price! The easiest way to get to Ngella is to take a Bemo from Wolowaru bus terminal in Ende. Another option is Wolotopo that is located just 7km from Ende. This village is not as frequented as Ngella so you can expect the fabrics to be cheaper. A very interesting option onwards from Wolotopo is the village of Ngalupolo where you can actually spend the night. It is a fantastic opportunity to gain an insight into the village life of Flores. If you have the time, it is well worth the trip.

You won’t find any high-end hotels in Ende however you will find numerous losman all offering a bed and basic amenities. Most of these Losmen can be found on the road to the airport.

4_w 6_w

Most people are here to move on to other places in Flores and the most popular destination is Kelimutu. It is easy to travel to Kelimutu from Ende. Make your way to the Wolowana bus terminal. There you will find buses departing to Moni from 6am through to 2pm. Be careful the bus conductor doesn’t charge you the full cost of a fare to Maumere. If you are heading to Labuan Bajo, buses are frequent and generally depart around 7am.

It is possible to travel to Kupang in West Timor from Ende by Ferry. The most regular ferry is Pelni and usually stops by Ende twice a week. If your timing is right then Roti and Savu are also on the timetable. The irregularities of the timings of ferries can be quite frustrating so it is best that you find an agent in town where this person will have updated schedules and can also sell you a ticket.

Read more...
Thursday 4 October 2012

Daftar Sekolah Kedinasan di Indonesia

0 comments

1. STIS – di bawah Badan Pusat Statistik (dapat uang saku per bulannya Rp. 850.000), pendaftaran online (4 april s.d. 20 Mei 2011 di www.stis.ac.id ). Lokasi kuliah Jakarta

2. AKAMIGAS-STEM – Akademi Minyak dan Gas Bumi di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI. Lokasi kuliah Cepu, Jawa Tengah (Kawasan R
ig dan pengeboran minyak) – Info bisa dilihat di www.akamigas-stem.esdm.go.id

3. MMTC – Sekolah Tinggi Multi Media Training Center di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kominfo), pendaftaran online (21 Februari s.d. 11 Agustus 2011 di www.mmtc.ac.id). Lokasi kuliah di Yogyakarta

4. STSN – Sekolah Tinggi Sandi Negara – di bawah Lembaga sandi Negara, pendaftaran online di www.stsn-nci.ac.id Lokasi kuliah di Bogor

5. STKS – Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial di bawah Kementerian Sosial RI. Pendaftaran offline di Kemenkes RI, Bandung, Yogyakarta, Padang, Banjarmasin, Makassar, Jayapura, Palu. Info di www.stks.ac.id

6. STPN – Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional di bawah Badan Pertanahan Nasional RI. Pendaftaran online di www.stpn.ac.id Lokasi kuliah Yogyakarta

7. IPDN – Institut Pemerintahan Dalam Negeri di bawah Kementerian Dalam Negeri RI. Pendaftaran offline di Bagian Kepegawaian Daerah Kabupaten/ Kota seluruh Indonesia. Lokasi kuliah Jakarta, Pekanbaru, Manado, Bukittinggi, Makassar.

8. AKIP – Akademi Ilmu Permasyarakatan di bawah Kementerian Hukum dan HAM. Pendaftaran online di www.depkumham.go.id atau www.ecpns-kemenkumham.go.id Lokasi kuliah di Depok.

9. STTT – Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil di bawah Kementerian Perindustrian RI bekerja sama dengan Pemerintah Jerman. Pendaftaran offline langsung ke kampus STTT. Info di www.stttekstil.ac.id Lokasi kuliah di Bandung.

10. AMG – Akademi Meteorologi dan Geofisika di bawah Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), info di amg.ac.id/ Lokasi kuliah di Bintaro, Tangerang.

11. ATK – Akademi Teknologi Kulit di bawah Departemen Perindustrian RI. Pendaftaran online di http://www.atk.ac.id/ lokasi kuliah di Yogyakarta.

12. STTD – Sekolah Tinggi Transportasi Darat di bawah Kementerian Perhubungan RI. Pendaftaran offline di ATKP Medan Jl. Penerbangan no. 85 Padang Bulan, dan berbagai lokasi lain di Indonesia. Info di www.sttdbekasi.ac.id Lokasi kuliah di Bekasi, Jawa Barat.

13. PTKI Medan- Pendidikan Teknologi Kimia Industri Medan. Nah, yang satu ini juga ikatan dinas, tapi hanya ada di Medan.

14. STAN – Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (Rekor MURI) di bawah Kementerian Keuangan RI. Spesialisasi Akuntansi, Pajak, Bea Cukai, PPLN, PBB, dan Kebendaharaan Negara.

15. STT-PLN Program D3-nonreguler - Bekerja sama dengan PLN untuk mencari calon pegawai PLN,Setelah lulus D3 langsung di rekrut oleh PLN,kekuranganya biaya kuliah ditanggung sendiri Info lebih lanjut silahkan klik www.sttpln.ac.id
Read more...

Kisah Kakek Penjual Amplop

0 comments
Kisah nyata ini ditulis oleh seorang dosen ITB bernama Rinaldi Munir mengenai seorang kakek yang tidak gentar berjuang untuk hidup dengan mencari nafkah dari hasil berjualan amplop di Masjid Salman ITB. Jaman sekarang amplop bukanlah sesuatu yang sangat dibutuhkan, tidak jarang kakek ini tidak laku jualannya dan pulang dengan tangan hampa. Mari kita simak kisah “Kakek Penjual Amplop di ITB”.

Setiap menuju ke Masjid Salman ITB untuk shalat Jumat saya selalu melihat seorang Kakek tua yang duduk terpekur di depan dagangannya. Dia menjual kertas amplop yang sudah dibungkus di dalam plastik. Sepintas barang jualannya itu terasa “aneh” di antara pedagang lain yang memenuhi pasar kaget di seputaran Jalan Ganesha setiap hari Jumat. Pedagang di pasar kaget umumnya berjualan makanan, pakaian, DVD bajakan, barang mainan anak, sepatu dan barang-barang asesori lainnya. Tentu agak aneh dia “nyempil” sendiri menjual amplop, barang yang tidak terlalu dibutuhkan pada zaman yang serba elektronis seperti saat ini. Masa kejayaan pengiriman surat secara konvensional sudah berlalu, namun Kakek itu tetap menjual amplop. Mungkin Kakek itu tidak mengikuti perkembangan zaman, apalagi perkembangan teknologi informasi yang serba cepat dan instan, sehingga dia pikir masih ada orang yang membutuhkan amplop untuk berkirim surat.

Kehadiran Kakek tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba. Siapa sih yang mau membeli amplopnya itu? Tidak satupun orang yang lewat menuju masjid tertarik untuk membelinya. Lalu lalang orang yang bergegas menuju masjid Salman seolah tidak mempedulikan kehadiran Kakek tua itu.

Kemarin ketika hendak shalat Jumat di Salman saya melihat Kakek tua itu lagi sedang duduk terpekur. Saya sudah berjanji akan membeli amplopnya itu usai shalat, meskipun sebenarnya saya tidak terlalu membutuhkan benda tersebut. Yach, sekedar ingin membantu Kakek itu melariskan dagangannya. Seusai shalat Jumat dan hendak kembali ke kantor, saya menghampiri Kakek tadi. Saya tanya berapa harga amplopnya dalam satu bungkus plastik itu. “Seribu”, jawabnya dengan suara lirih. Oh Tuhan, harga sebungkus amplop yang isinnya sepuluh lembar itu hanya seribu rupiah? Uang sebesar itu hanya cukup untuk membeli dua gorengan bala-bala pada pedagang gorengan di dekatnya. Uang seribu rupiah yang tidak terlalu berarti bagi kita, tetapi bagi Kakek tua itu sangatlah berarti. Saya tercekat dan berusaha menahan air mata keharuan mendengar harga yang sangat murah itu. “Saya beli ya pak, sepuluh bungkus”, kata saya.

Kakek itu terlihat gembira karena saya membeli amplopnya dalam jumlah banyak. Dia memasukkan sepuluh bungkus amplop yang isinya sepuluh lembar per bungkusnya ke dalam bekas kotak amplop. Tangannya terlihat bergetar ketika memasukkan bungkusan amplop ke dalam kotak.

Saya bertanya kembali kenapa dia menjual amplop semurah itu. Padahal kalau kita membeli amplop di warung tidak mungkin dapat seratus rupiah satu. Dengan uang seribu mungkin hanya dapat lima buah amplop. Kakek itu menunjukkan kepada saya lembar kwitansi pembelian amplop di toko grosir. Tertulis di kwitansi itu nota pembelian 10 bungkus amplop surat senilai Rp7500. “Kakek cuma ambil sedikit”, lirihnya. Jadi, dia hanya mengambil keuntungan Rp250 untuk satu bungkus amplop yang isinya 10 lembar itu. Saya jadi terharu mendengar jawaban jujur si Kakek tua. Jika pedagang nakal ‘menipu’ harga dengan menaikkan harga jual sehingga keuntungan berlipat-lipat, Kakek tua itu hanya mengambil keuntungan yang tidak seberapa. Andaipun terjual sepuluh bungkus amplop saja keuntungannya tidak sampai untuk membeli nasi bungkus di pinggir jalan. Siapalah orang yang mau membeli amplop banyak-banyak pada zaman sekarang? Dalam sehari belum tentu laku sepuluh bungkus saja, apalagi untuk dua puluh bungkus amplop agar dapat membeli nasi.

Setelah selesai saya bayar Rp10.000 untuk sepuluh bungkus amplop, saya kembali menuju kantor. Tidak lupa saya selipkan sedikit uang lebih buat Kakek tua itu untuk membeli makan siang. Si Kakek tua menerima uang itu dengan tangan bergetar sambil mengucapkan terima kasih dengan suara hampir menangis. Saya segera bergegas pergi meninggalkannya karena mata ini sudah tidak tahan untuk meluruhkan air mata. Sambil berjalan saya teringat status seorang teman di fesbuk yang bunyinya begini: “Kakek-Kakek tua menjajakan barang dagangan yang tak laku-laku, ibu-ibu tua yang duduk tepekur di depan warungnya yang selalu sepi. Carilah alasan-alasan untuk membeli barang-barang dari mereka, meski kita tidak membutuhkannya saat ini. Jangan selalu beli barang di mal-mal dan toko-toko yang nyaman dan lengkap….”.

Si Kakek tua penjual amplop adalah salah satu dari mereka, yaitu para pedagang kaki lima yang barangnya tidak laku-laku. Cara paling mudah dan sederhana untuk membantu mereka adalah bukan memberi mereka uang, tetapi belilah jualan mereka atau pakailah jasa mereka. Meskipun barang-barang yang dijual oleh mereka sedikit lebih mahal daripada harga di mal dan toko, tetapi dengan membeli dagangan mereka insya Allah lebih banyak barokahnya, karena secara tidak langsung kita telah membantu kelangsungan usaha dan hidup mereka.

Dalam pandangan saya Kakek tua itu lebih terhormat daripada pengemis yang berkeliaran di masjid Salman, meminta-minta kepada orang yang lewat. Para pengemis itu mengerahkan anak-anak untuk memancing iba para pejalan kaki. Tetapi si Kakek tua tidak mau mengemis, ia tetap kukuh berjualan amplop yang keuntungannya tidak seberapa itu.

Di kantor saya amati lagi bungkusan amplop yang saya beli dari si Kakek tua tadi. Mungkin benar saya tidak terlalu membutuhkan amplop surat itu saat ini, tetapi uang sepuluh ribu yang saya keluarkan tadi sangat dibutuhkan si Kakek tua.

Kotak amplop yang berisi 10 bungkus amplop tadi saya simpan di sudut meja kerja. Siapa tahu nanti saya akan memerlukannya. Mungkin pada hari Jumat pekan-pekan selanjutnya saya akan melihat si Kakek tua berjualan kembali di sana, duduk melamun di depan dagangannya yang tak laku-laku.

Mari kita bersyukur telah diberikan kemampuan dan nikmat yang lebih daripada kakek ini. Tentu saja syukur ini akan jadi sekedar basa-basi bila tanpa tindakan nyata. Mari kita bersedekah lebih banyak kepada orang-orang yang diberikan kemampuan ekonomi lemah. Allah akan membalas setiap sedekah kita, amiin.


Read more...
Tuesday 18 September 2012

40 Komodo Dragons Living in Flores Island

0 comments
East Nusa Tenggara (NTT) Natural Resource Conservation Center (BBKSDA) estimates that more than 40 Komodo dragons are living outside the province’s national park in West Manggarai regency.

The agency found Komodo dragons in the sanctuaries of Wae Wuul, Wolo Tadho and Riung in Ngada regency, and in the bays of Nangalili, Watu-Manuk, Ende and Maumere.

“Local people have also reported seeing Komodo dragons in Nampar Sempang village in East Manggarai,” the BBKSDA's head, Wiratno, said on Saturday.

“The Komodo Survival Program has found 28 dragons so far,” he says.

In August, operators from the Wolo Tadho Sanctuary caught a male dragon, which has now been moved to Ontoloe Island. The dragon weighs 24.4 kilograms, is 136 centimeters long and has visible wounds on its back, face and tail.

Medical teams from the conservation center and national park are treating the animal with antibiotics, anti-stress medication and vitamins.

Ontoloe Island is a Komodo dragon habitat located far from civilians, to avoid conflicts with local people. It is approximately twice the size of a soccer pitch, and is located near the Wolo Tadho Sanctuary.
“There are lots of animals for the Komodo to eat on the island, like wild boar, monkeys, deer and forest chickens,” Wiratno said.

A team will also be dispatched next week to search for several dragons that allegedly escaped from their natural habitat in Sambi Rampas district, East Manggarai regency. Local people say the Komodos might have escaped due to a road-building project, for which explosives had been used.

The agency is planning to conserve the rare dragons outside national parks, having surveyed some habitats in the sanctuaries of Wolo Tadho, Riung and Ontoloe Island, using the 2012 regional budget. The study will continue until 2013.
 
“The survey involves the Forest Protection and Natural Conservation Directorate General, the regional administration and civil society organizations,” he said.
 
Read more...
Wednesday 5 September 2012

Yogi Ahmad Erlangga, Pemecah Persamaan Helmholtz

0 comments
Dosen muda Jurusan Teknik Penerbangan ITB, Yogi Ahmad Erlangga, tak menyangka, desertasi doktoralnya di Delft University of Technology Belanda bakal mendapat sambutan meriah. Dalam desertasinya, dia membahas masalah getaran struktur pesawat yang ditimbulkan oleh kerja mesin maupun faktor lain. Getaran ini perlu diukur untuk mendapatkan informasi soal kekuatan badan pesawat.

Dalam penelitiannya itu, Yogi berhasil memecahkan persamaan matematika yang selama ini sulit dipecahkan. Persamaan itu bernama Persamaan Helmholtz. Penyelia dan pembimbing program doktoral Yogi yang bernama Dr Ir Kees Vuik pun memberi sanjungan atas keberhasilan itu. Dia menyebut Yogi telah berhasil menyelesaikan problem yang telah coba dipecahkan selama 30 tahun.

Berkat temuan Yogi, metode perhitungan komputer yang mempergunakan persamaan tersebut menjadi lebih mudah dilakukan. Temuan ini pun menjadikan reputasi Yogi di kalangan saintis dan matematikawan dunia menanjak.

Institusi riset dunia banyak memintanya datang sebagai peneliti tamu. Saat ini Yogi masih berada di Kanada dan mondar-mandir ke sejumlah kota di Amerika Serikat untuk mempresentasikan temuannya itu dengan disponsori Society Exploration of Geophysics (SEG).

Yang membuat Yogi heran, temuannya itu justru mendapat sambutan lebih antusias dari dunia perminyakan. Padahal, objek yang ditelitinya sama sekali tidak terkait dengan dunia tersebut. Usut punya usut, ternyata temuan Yogi itu bisa mempermudah proses pengukuran dalam pencarian sumber-sumber minyak, atau juga dikenal sebagai proses seismik.  ”Saya hanya diberi tahu bahwa berdasarkan pemecahan itu, satu proses komputasi seismik bisa menjadi 100 kali lebih cepat,” ungkap dia. Saat berkesempatan pulang ke Tanah Air, keheranan itu kemudian diceritakan Yogi kepada rekannya sesama dosen muda di Teknik Penerbangan ITB, Khairul Ummah. Selain sebagai dosen manajemen transportasi udara, pria yang biasa disapa Khoirul ini juga banyak menggeluti dunia teknologi komunikasi dan informasi.

Khairul bersama beberapa koleganya dari kalangan matematikawan serta ahli geofisika dan teknik informatika kemudian mencoba mencari tahu hubungan temuan Yogi dengan proses seismik yang selama ini berjalan. Mereka kemudian menemukan jawaban bahwa sebenarnya, selama ini proses seismik di dunia perminyakan masih terkendala sulitnya proses pemecahan Persamaan Helmholtz.

Selanjutnya Khairul mengungkapkan bahwa proses seismik saat ini sedang mengubah proses penghitungan data berbasis waktu menjadi proses yang berbasis frekuensi gelombang. Biasanya, pencarian sumber-sumber minyak dilakukan dengan cara ‘mengukur’ perut bumi. Pengukuran dilakukan dengan mengirimkan sinyal berupa getaran. Saat ini, kebanyakan survei seismik dilakukan secara dua dimensi (2D). Gelombang yang dikirim ke perut bumi, pantulannya diterima kembali di permukaan.

Kalangan industri minyak sebenarnya bermimpi untuk bisa menemukan metode yang lebih baik, yakni agar bumi dapat di-scan lebih cepat dalam blok-blok tiga dimensi (3D). Sayangnya, kemampuan komputer canggih kini tersedia belum bisa mendukung perhitungan matematisnya yang rumit.

Mulanya, perhitungan dalam survei seismik dilakukan berbasiskan waktu rambatan dan pantulan gelombang. Cuma, proses penghitungan berdasarkan waktu, sekarang dirasakan oleh dunia perminyakan masih memiliki beberapa kelemahan. Mereka menganggap informasi yang diperoleh dari proses ini belum maksimal. Para ahli seismik pun kemudian mencoba mengembangkan metode baru berbasis waktu ini dengan basis frekuensi gelombang. Cara ini dianggap bisa memberikan informasi yang lebih lengkap dan lebih maksimal.

”Proses seismik berbasis frekuensi ini sebenarnya bukan hal baru dalam dunia perminyakan,” tutur Khairul. Cuma, kata dia, proses seismik berbasis frekuensi ini selalu terkendala oleh rumitnya proses penghitungan data di komputer. Menurut dia, penghitungan data proses seismik berbasis frekuensi tetap saja sulit dilakukan meski mengandalkan komputer berkemampuan sangat tinggi atau sering disebut super komputer.

Temuan putera pasangan Mohamad Isis dan Euis Aryati ini, menurut Khairul, bisa membuat perhitungan yang tak terpecahkan super komputer menjadi bisa terselesaikan hanya dengan komputer biasa. ”Tapi harus diakui, tidak mudah untuk langsung bisa memahami dan mengaplikasikan temuan Yogi ini,” tutur dia.

Berdasar temuan dan dengan arahan Yogi, Khairul bersama tim kecilnya sekarang terus berimprovisasi untuk mengembangkan pengukuran yang lebih andal dalam proses eksplorasi sumber-sumber minyak di perut bumi. Tim kecil bernama Waveform Inversion (Waviv) ini rencananya akan terus mengembangkan temuan berdasar temuan Yogi. Keuntungan hasil pemikiran Yogi, menurut dia, adalah penghematan memori komputasi dalam penghitungan data-data seismik. Khairul meyakini, metode yang dikembangkannya kini bisa mengambarkan isi perut bumi secara lebih mudah, murah, cepat dan akurat. Tak hanya itu, menurut dia, metodenya juga tetap andal meski perut bumi yang diukurnya memiliki struktur yang kompleks.

Dia pun mengungkapkan bahwa hasil penelitian Yogi ini tak hanya bisa digunakan di dunia perminyakan tapi juga bisa dikembangkan untuk dunia kedokteran. Proses CT scan maupun USG dalam dunia medis bisa sangat terbantu oleh penelitian tersebut. ”Insya Allah ke depan, kami pun akan riset ke arah itu,” ungkap Khairul.

Read more...
Friday 31 August 2012

Gara-Gara Iddah, Pemimpin Yahudi Masuk Islam

0 comments
Amerika - Robert Guilhem, pakar genetika dan pemimpin yahudi di Albert Einstein College menyatakan dengan tegas soal keislamannya. Dia masuk Islam setelah kagum dengan ayat-ayat Al-Quran tentang masa iddah wanita muslimah selama tiga bulan. Massa iddah merupakan massa tunggu perempuan selama tiga bulan, selama proses dicerai suaminya.

Seperti dikutip dari societyberty.com, hasil penelitian yang dilakukannya menunjukkan, massa iddah wanita sesuai dengan ayat-ayat yang tercantum di Alquran. Hasil studi itu menyimpulkan hubungan intim suami istri menyebabkan laki-laki meninggalkan sidik khususnya pada perempuan.

Dia mengatakan jika pasangan suami istri (pasutri) tidak bersetubuh, maka tanda itu secara perlahan-lahan akan hilang antara 25-30 persen. Gelhem menambahkan, tanda tersebut akan hilang secara keseluruhan setelah tiga bulan berlalu. Karena itu, perempuan yang dicerai akan siap menerima sidik khusus laki-laki lainnya setelah tiga bulan.

Bukti empiris ini mendorong pakar genetika Yahudi ini melakukan penelitian dan pembuktian lain di sebuah perkampungan Muslim Afrika di Amerika. Dalam studinya, ia menemukan setiap wanita di sana hanya mengandung sidik khusus dari pasangan mereka saja.

Penelitian serupa dilakukannya di perkampungan nonmuslim Amerika. Hasil penelitian membuktikan wanita di sana yang hamil memiliki jejak sidik dua hingga tiga laki-laki. Ini berarti, wanita-wanita non-muslim di sana melakukan hubungan intim selain pernikahannya yang sah.

Sang pakar juga melakukan penelitian kepada istrinya sendiri. Hasilnya menunjukkan istrinya ternyata memiliki tiga rekam sidik laki-laki alias istrinya berselingkuh. Dari penelitiannya, hanya satu dari tiga anaknya saja berasal dari dirinya.

Setelah penelitian-penelitian tersebut, dia akhirnya memutuskan untuk masuk Islam. Ia meyakini hanya Islam lah yang menjaga martabat perempuan dan menjaga keutuhan kehidupan sosial. Ia yakin bahwa perempuan muslimah adalah yang paling bersih di muka bumi ini.

Read more...
Tuesday 17 July 2012

Kerugian Pasar Leces Ditaksir Rp 6,5 Miliar

0 comments
Probolinggo - Pasca-kebakaran Pasar Leces yang meludeskan 400 dari 700 kios (bedak), Pemkab Probolinggo mulai menghitung kerugian material. Rusaknya bangunan fisik akibat kebakaran, Sabtu (14/7) lalu, diperkirakan sekitar Rp 6,5 miliar. “Itu nilai kerugian  bangunan fisik saja, belum termasuk barang dagangan,” ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya (DPUCK) Kabupaten Probolinggo, Prijono, Senin (16/7) pagi tadi.

Hingga kini belum diketahui berapa kerugian pedagang yang menempati 400 kios yang ludes terbakar. Dinas Pendapatan yang mengelola pasar di Desa Sumberkedawung, Kecamatan Leces itu hingga kini belum mendapatkan laporan lengkap menyangkut kerugian pedagang.

Berdasarkan pengamatan, kerusakan paling parah terlihat di bagian tengah pasar. Konstruksi baja yang menyangga bangunan pasar ambruk. “Kerugian fisik di bagian tengah pasar memang paling besar, sekitar Rp 5,1 miliar,” ujar Prijono.

Sementara itu kios-kios di bagian depan pasar (sisi utara) berupa bangunan bertembok kerusakannya lebih ringan. Prijono menaksir kerugian fisik bangunan di sisi utara itu sekitar Rp 1,2 miliar. “Kerugian fisik paling kecil di bagian belakang pasar, sekirtar Rp 67 juta,” ujarnya.

Agar aktivitas pedagang kembali normal, Pemkab Probolinggo segera membangun 400 bedak sementara. Biaya pembangunan 400 bedak dengan ukuran masing-masing 3 x 2,5 meter itu, kata Prijono, diperkirakan menelan biaya Rp 4,4 miliar.

Bedak permanen itu berupa sekat (dinding) dari kayu lapis (triplek), rangka bangunan dari kayu, berlantai semen, serta beratap asbes. “Pedagang gratis menempati bedak-bedak sementara itu sampai Pasar Leces dibangun kembali,” ujar Sekdakab, Nawi.

Sementara itu Bupati Hasan Aminuddin mengatakan, bedak sementara segera dibangun begitu polisi menuntaskan olah tempat kejadian perkara (TKP). Soalnya, Polres Probolinggo dibantu tim Laboratorium Forensik (Labfor) Mabes Polri Cabang Surabaya bakal turun ke lokasi pasar, Senin (16/7) hari ini.

“Begitu polisi menyelesaikan identifikasi, lokasi pasar dibersihkan. Barulah bedak-bedak sementara dibangun,” ujar bupati. Kerangka besi di reruntuhan pasar juga bakal dihibahkan kepada Paguyuban Pedagang Pasar Leces. ”Kami juga bakal memfasilitasi pinjaman modal Rp 10 juta tanpa agunan dari bank kepada pedagang yang kiosnya terbakar,” ujar bupati.

Didesak Mundur
Tidak berfungsinya hidran di Pasar Leces diduga kuat menjadi faktor yang memperparah kebakaran. Karena itu saat pertemuan dengan para pedagang Pasar Leces di kantor Camat Leces, Minggu (15/7) siang, Kepala Pasar Leces, Tulup, ’diadili’ para pedagang. Disayangkan Tulup tidak hadir dalam pertemuan itu.

”Saya sudah lama mengingatkan Kepala Pasar Leces agar hidran diujicoba dan disosialisasikan kepada pedagang. Kenyataannya tidak dilakukan, dan hidran tidak berfungsi saat terjadi kebakaran,” ujar Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Leces, Kusyono.

Kusyono mendesak Pemkab Probolinggo harus mengganti Kepala Pasar Leces. ”Tolong kepala pasar diganti dengan orang yang lebih baik,” ujarnya. Desakan serupa diungkapkan pedagang lain, Nurul Hadi. ”Sudah terjadi penyalahgunaan fungsi dan jabatan (kepala pasar, Red.). Buktinya hidran tidak berfungsi dibiarkan saja. Itu sebuah kezaliman,” ujarnya.

surabayapost.co.id
Read more...

Tim Forensik Diminta Meneliti Kebakaran di Pasar Leces

0 comments
Probolinggo - Kepolisian Resor Probolinggo, Jawa Timur, akan mengundang Tim Laboratorium Forensik (Labfor) Mabes Polri wilayah Surabaya untuk mengungkap kebakaran di Pasar Baru Leces, Kecamatan Leces, yang terjadi Sabtu (14/7/2012) lalu.

"Kami juga sudah memeriksa sejumlah saksi untuk dimintai keterangan," kata Kapolres AKBP Gatot Soegeng Soesanto, Minggu (15/7/2012).

Pada hari yang sama, Pemerintah Kabupaten Probolinggo mengumpulkan para pedagang yang kiosnya terbakar di Kantor Kecamatan Leces, guna mencari solusi untuk tempat berjualan pasca-kebakaran. Data terbaru di lapangan menyebutkan, sedikitnya 400 kios terbakar dari 700 kios yang ada.

Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin meminta kasus kebakaran Pasar Leces tidak dikaitkan dengan isu pemindahan pasar. Sebab, menurutnya, kebakaran tersebut adalah musibah yang tidak diharapkan siapapun. "Isu bahwa kebakaran berkait dengan pemindahan pasar adalah isu murahan yang tak jelas sumbernya," katanya.

Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Leces, Kusyono, mengaku telah mendengar isu pemindahan Pasar Leces di Desa Kedawung ke Desa Jorongan pada beberapa bulan lalu. Alasannya, jika musim hujan, Pasar Baru Leces becek dan tak enak dilewati. Namun, Kusyono mengaku tidak tahu darimana isu tersebut datang.

Read more...

Pasar Leces Ludes Terbakar

4 comments
Probolinggo - Pasar Leces di Kecamatan Leces, Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu, 14 Juli 2012, ludes terbakar. Api hingga Sabtu sore masih belum bisa dipadamkan.

Berdasarkan pantauan Tempo di lokasi, pasar di tengah permukiman padat penduduk ini hanya menyisakan puing-puing. Tinggal tiang-tiang penyangga serta kerangka yang terbuat dari besi saja yang terlihat berdiri, kendati sudah bengkok-bengkok.

Seluruh bagian bangunan yang berdiri runtuh. Api kini mulai melahap bagian depan bangunan pasar. Sejumlah petugas pemadam kebakaran masih terus berusaha untuk memadamkan api yang masih menyala.

Upaya pemadaman tampaknya harus menghadapi kendala angin yang bertiup kencang pada pagi hingga siang tadi. Angin kencang inilah yang diyakini membuat nyala api cepat merembet membakar tak kurang dari 50 los toko yang ada di dalamnya. Samin, pedagang sepatu yang memiliki los di dalam pasar, kepada Tempo siang ini mengatakan api diduga berasal dari bagian tengah pasar. "Dari toko barang pecah belah milik Pak Dullah yang berada di tengah pasar," kata Samin.

Garis polisi juga dipasang di sekitar lokasi kebakaran. Belum diketahui secara pasti berapa kerugian akibat kebakaran tersebut. Kepala Bagian Operasional Polres Probolinggo Ajun Komisaris Hadi Prayitno saat dihubungi Tempo belum bisa memperkirakan berapa kerugian akibat kebakaran tersebut. "Belum diketahui," kata Hadi kepada Tempo, Sabtu siang ini, 14 Juli 2012.

Pantauan Tempo, sejumlah sepatu serta botol plastik kosmetik yang terbakar banyak berserakan di samping pecahan kaca di sekitar pasar. Sejumlah warga juga terlihat mencari-cari barang yang berguna dari puing-puing yang berserakan.

Read more...
Monday 2 July 2012

Mayat Itu Berjalan Lagi Bukan sebagai Kuntilanak

1 comments
APA kabar PT Kertas Leces (Persero)? Yang sudah lebih dari dua tahun mati suri? Yang selama itu nasib karyawannya tidak menentu? Yang diyakini tidak akan bisa hidup lagi kalau tidak digerojok uang negara Rp 200 miliar?
 
Sejak dua minggu lalu pabrik kertas yang sangat besar yang berlokasi di selatan Probolinggo ini mulai siuman. Tanda-tanda kehidupan sudah mulai kelihatan. Suara mesin sudah kembali menderu.
 
Leces hidup lagi!
 
Bukan sebagai mayat berjalan, tapi sebagai pasien yang sudah bisa dipaksa berjalan.
 
Semula negara sudah setuju kembali menggerojokkan Rp 200 miliar ke Leces. Tapi, ketika saya diangkat menjadi menteri BUMN, rencana penggerojokan itu saya minta ditunda. Saya ingin melihat dulu apakah benar persoalan pokoknya pada modal. Apakah bukan pada manajemen. Ini harus saya pelajari dulu agar negara tidak mudah begitu saja menggerojokkan dana ratusan miliar rupiah.

Belum tentu dengan dana tersebut pabrik kertas, atau bisnis apa pun yang lagi kesulitan, bisa diselamatkan. Kadang satu manajemen memiliki kecenderungan mencari jalan yang paling mudah. Alasan ketidakcukupan modal adalah kambing hitam yang sangat lezat disate dan disuguhkan. Tapi, dari pengalaman saya, belum tentu akar masalahnya ada di modal. Sering kali pokok persoalannya terjadi di manajemen itu sendiri.
 
Memang banyak yang sewot ketika saya menyetop pengucuran dana itu. Untuk apa distop? Kan sudah disetujui? Tinggal dicairkan? Kok bodoh amat diberi uang ratusan miliar rupiah tidak segera ditangkap?
 
Tentu saya tidak akan tergoyahkan dengan penilaian seperti itu. Kalau memang ada jaminan dengan pencairan dana tersebut Leces pasti hidup, saya pun akan langsung setuju. Masalahnya, jaminan pasti hidup itu yang tidak ada.

Terbukti gerojokan uang ratusan miliar rupiah pada tahun-tahun yang lalu juga tidak berhasil menghidupkan Leces. Uang itu habis lagi dan habis lagi. Dan kecenderungannya akan minta lagi dan minta lagi.

Untuk Leces, saya melihat persoalan pokok di manajemen. Itu bisa saya rasakan ketika saya bermalam di kompleks pabrik kertas Leces pada malam Idul Adha lalu. Saya melihat manajemen sudah betul membangun boiler baru berbahan bakar batu bara. Itu akan membuat biaya energi Leces jauh lebih murah. Saya salut dengan pemikiran dan langkah itu.

Tapi, untuk menghidupkan Leces tidak cukup hanya dengan satu langkah. Dia membutuhkan puluhan, bahkan ratusan terobosan. Itulah sebabnya diperlukan manajemen yang lebih kuat.

Tidak gampang menemukan tim manajemen yang tangguh. Apalagi, untuk "dijerumuskan" ke dalam perusahaan yang sedang pingsan. Tim manajemen yang kuat tentu ingin masuk ke perusahaan yang besar dan bagus.

Leces rupanya masih bernasib baik. Seseorang yang bernama Budi Kusmarwoto mau dijebloskan ke situ. Pengalamannya yang panjang saat menjadi direktur anak perusahaan PLN (PT PLN Engineering) memudahkan dia menganalisis kondisi Leces.

Orangnya juga tidak egois. Ketika diminta membentuk dream team untuk manajemen Leces, Budi tidak serta merta mengajak rombongan dari luar masuk ke Leces. Budi memilih orang-orang dalam untuk menjadi timnya.

Sebagai mantan Dirut PLN tentu saya mengenal Budi dengan baik. Antusiasmenya meledak-ledak. Gairah kerjanya tidak pernah padam. Kecintaannya kepada pekerjaan membuat moto hidupnya hanya kerja, kerja, kerja! Antusiasme itu yang juga terlihat menular ke seluruh tim Leces sekarang ini.
 
Sebagaimana saya, Budi juga berpandangan ini: untuk menghidupkan Leces tidak perlu gerojokan dana dari kas negara. Kini Leces hidup lagi tanpa mendapat modal baru satu rupiah pun. Kalau kelak Leces berhasil maju kembali, seluruh karyawannya tentu akan sangat bangga: bisa maju tanpa modal! Karyawan bisa menunjukkan bahwa tambahan modal bukan segala-galanya!
 
Tentu, karena sudah telanjur disetujui, Budi tetap berharap agar dana Rp 200 miliar itu bisa cair. Bukan lagi untuk modal, tapi untuk membayar utang lama. Pada masa lalu, Leces meninggalkan utang hampir Rp 1 triliun. Manajemen Leces berhasil melakukan negosiasi: kalau Leces mau bayar Rp 150 miliar, utang hampir Rp 1 triliun itu dianggap lunas.
 
Utang yang sudah berumur lebih dari 10 tahun itu harus dibayar. Kalau tidak, utang itu akan memusingkan manajemen baru yang sedang dituntut untuk maju."
 
Budi juga berencana menggunakan dana sisanya untuk membangun hutan tanaman industri. Untuk mencukupi bahan baku Leces di masa depan. Tentu saya setuju dengan dua rencana itu: bayar utang dan hutan tanaman industri.
 
Persoalannya, belum tentu anggaran yang sudah disetujui untuk modal bisa dialihkan untuk membayar utang. Di sinilah BUMN akan selalu kalah lincah dengan swasta.
 
Apa pun kasus menghidupkan kembali Leces ala Budi akan menjadi perhatian saya. Maksud saya, perusahaan seperti galangan kapal IKI Makassar yang juga sudah lama mati bisa hidup kembali dengan cara yang sama. Demikian juga, pabrik PT Iglas yang lagi dalam kesulitan.
 
Kelak, kalau Leces sudah sehat, harus segera di-go public-kan. Industri kertas tidak lagi menempati posisi strategis bagi negara. Tidak selayaknya lagi negara terus menggerojokkan dana untuk industri seperti Leces. Semakin banyak modal publik masuk ke dalamnya akan semakin baik.
 
Leces memang belum teruji akan menjadi perusahaan yang pasti akan hidup sehat. Masih harus dilihat dalam satu periode tertentu.
 
Tapi, setidaknya Leces kini sudah kembali berjalan: bukan sebagai kuntilanak, tapi sebagai badan yang sudah lengkap dengan rohnya. Roh antusias dan roh penuh kiat! (*)


  Dahlan Iskan
 Menteri BUMN

jpnn.com
Read more...
Saturday 23 June 2012

Keadaan Minoritas Muslim Rohingya di Myanmar

0 comments
Yangon - Rohingya, orang Muslim tanpa negara keturunan Asia Selatan sekarang di jantung terburuk kekerasan sektarian Myanmar dalam beberapa tahun. PBB menyebut mereka "tidak punya teman" di Myanmar, negara yang mayoritas Buddhis. Hari ini, ketika Myanmar terbuka, mereka tampaknya memiliki musuh lebih dari sebelumnya. 

Berbekal parang dan tombak bambu, massa saingan Rohingya Muslim dan etnis Rakhine Buddha bulan ini membakar rumah satu sama lain mengubah daerah dekat Sittwe, ibukota Propinsi Rakhine, menjadi medan pertempuran penuh asap. Pengungsi Rohingya telah mencoba melarikan diri dari Rakhine ke Bangladesh yang miskin, tetapi sebagian besar disuruh kembali, komandan penjaga perbatasan Bangladesh mengatakan kepada Reuters, Kamis. 

Kerusuhan itu mengancam untuk menggagalkan transisi demokrasi di Myanmar, negara yang kaya sumber daya dengan 60 juta penduduk dan berada di persimpangan jalan Asia antara India dan Cina, Bangladesh dan Thailand. Khawatir jumlah yang tewas semakin banyak, Presiden Thein Sein mengumumkan keadaan darurat pada 10 Juni untuk mencegah "balas dendam dan anarki" menyebar keluar Rakhine dan membahayakan agenda reformasi Myanmar. 

Reuters mengunjungi daerah itu sebelum kerusuhan pecah. Daerah utara Provinsi Rakhine adalah terlarang bagi wartawan asing. 

Sampai bulan ini, reformasi Myanmar dari negara tertutup menjadi negara demokrasi awalnya tampak sangat cepat dan damai. Thein Sein membebaskan tahanan politik, melonggarkan kontrol atas media, dan mengusahakan perdamaian dengan kelompok pemberontak etnis di sepanjang perbatasan negara. Harapan baru dan kesibukan di kota-kota Myanmar sangat terasa. 

Tapi tidak di Rakhine, yang juga dikenal sebagai Arakan. Propinsi ini adalah rumah bagi sekitar 800.000 Rohingya, yang menurut PBB tunduk pada banyak bentuk "diskriminasi penganiayaan, dan eksploitasi." Ini termasuk kerja paksa, penyitaan tanah, pembatasan perjalanan dan terbatasnya akses terhadap pekerjaan, pendidikan dan kesehatan. 

Sekarang, ketika negara tidak bersikap represif terhadap masyarakat umum dan minoritas lainnya, ketegangan etnis di sini lama kelamaan akan mendidih menyerupai apa yang terjadi ketika multi-etnis Yugoslavia pecah setelah komunisme jatuh. 

SUU KYI 'TUTUP MULUT' 

Bahkan gerakan demokrasi di Myanmar melakukan sedikit untuk membantu minoritas Muslim, politisi Rohingya mengatakan. 

Ikon demokrasi Aung San Suu Kyi pekan lalu mendesak "semua orang di Burma untuk bergaul satu sama lain terlepas dari agama mereka dan suku." Tapi dia tetap "tutup mulut" tentang Rohingya, kata Kyaw Min, pemimpin Rohingya dan teman seperjuangan Suu Kyi ketika menghabiskan lebih dari tujuh tahun sebagai tahanan politik. "Secara politik hal ini sangat beresiko bagi dia," katanya. 

Juru bicara NLD Nyan Win tidak akan mengomentari posisi Suu Kyi, namun mengatakan "Para Rohingya bukan warga negara kita" Suu Kyi kini dalam tur Eropa yang akan membawanya ke Oslo, Norwegia, untuk menerima Hadiah Nobel Perdamaian yang dia memenangkan pada tahun 1991. 

Kekerasan itu bisa mengganggu hubungan Myanmar dengan Barat, namun Menlu AS Hillary Clinton pada 11 Juni 2012 menyerukan "umat Islam, Budha, dan perwakilan etnis, termasuk Rohingya ... untuk memulai dialog menuju resolusi damai." 

Amerika Serikat menghentikan sebagian sanksi terhadap Myanmar, termasuk yang melarang investasi, pada bulan Mei sebagai hadiah untuk reformasi demokratis. Namun Gedung Putih tetap menjaga kerangka kerja menerapkan sanksi di tempat, dan Presiden Barack Obama mengungkapkan keprihatinan tentang Myanmar "perlakuan terhadap minoritas dan penahanan tahanan politik." 

Uni Eropa, yang juga menghentikan sanksinya, Senin, mengatakan mereka puas dengan cara Thein Sein menangani kekerasan, yang mengatakan presiden dapat mengancam transisi ke demokrasi jika dibiarkan lepas kendali. 

ILEGAL MIGRAN 

Aktivis Rohingya mengklaim keturunan berabad-abad di Rakhine, yang seperti sisa Burma didominasi Buddha. Pemerintah menganggap mereka sebagai imigran gelap dari Bangladesh tetangga dan menyangkal kewarganegaraan. "Tidak ada kelompok etnis bernama Rohingya di negara kita," kata menteri imigrasi Khin Yi pada bulan Mei. 

Ketegangan komunal telah meningkat di Myanmar sejak pemerkosaan geng dan pembunuhan seorang wanita Buddhis bulan lalu yang dituduhkan pada Muslim. Enam hari kemudian,  sekelompok massa Buddhis menyeret 10 Muslim dari bus dan memukul mereka sampai mati. 

Kekerasan meletus pada 9 Juni di Maungdaw, salah satu dari tiga kabupaten mayoritas Rohingya yang berbatasan dengan Bangladesh, sebelum menyebar ke Sittwe, kota terbesar di Rakhine. Banyak yang dikhawatirkan tewas, dan 1.600 rumah dibakar. 

Salah satu ukuran dari tekanan kepada Rohingya adalah meningkatnya jumlah manusia perahu. Selama "musim berlayar" apa yang disebut antara musim hujan, ribuan usaha Rohingya menyeberangi Teluk Benggala dengan perahu nelayan kecil dan bobrok. Tujuan mereka: mayoritas muslim Malaysia, di mana ribuan pekerjaan Rohingya berada, kebanyakan secara ilegal. 

Musim lalu, sekitar 8.000 orang perahu Rohingya menyebrang, kata Chris Lewa, direktur Proyek Arakan, sebuah kelompok advokasi Rohingya berbasis di Thailand. Dia telah mempelajari pola migrasi mereka sejak 2006. 
 
DILARANG DI BANGLADESH 

Kekerasan di Rakhine dapat menyebabkan lonjakan orang-orang perahu Rohingya ketika musim berlayar berikutnya dimulai pada bulan Oktober, para pemimpin Rohingya mengatakan. "Jumlah manusia perahu akan meningkat dan meningkat," kata Abu Tahay, ketua Partai Demokratik Nasional Pembangunan, sebuah partai politik Rohingya. 

Hal tersebut bisa menjadi awal dari sebuah krisis pengungsi regional, Rohingya banyak yang sudah mencoba perjalanan lebih pendek ke negara tetangga Bangladesh. 

Bangladesh, seperti Myanmar, yang menyangkal "kepemilikan" Rohingya dan menolak memberikan mereka status pengungsi sejak tahun 1992. Sekarang, menurut seorang komandan Bangladesh, ratusan orang telah pulang kembali. 

Di Shah Pari, sebuah pulau Bangladesh di Sungai Naf yang membagi Bangladesh dan Myanmar, Letnan Kolonel Wahid Hasan dari pasukan Penjaga Perbatasan Bangladesh mengatakan pasukan telah mengirim kembali 14 perahu kayu sejak kekerasan berkobar di awal Juni, membawa total sekitar 700 orang , perempuan dan anak-anak. 

Hassan mengatakan manusia perahu diberi makanan, air dan obat-obatan sebelum berbalik kembali. Anak buahnya sekarang menahan penduduk desa Bangladesh dan membatasi nelayan keluar ke sungai untuk mencegah mereka membantu calon "penyusup ilegal." Perdamaian telah dipulihkan sejak Myanmar memberlakukan negaranya darurat, katanya, dan anak buahnya memberitahu manusia perahu itu aman untuk kembali. 

Diminta untuk menjelaskan mengapa mayoritas Muslim Bangladesh tidak merasa berkewajiban untuk mengambil Rohingya, ia berkata: "Ini adalah negara berpenduduk berlebih dan negara tidak memiliki kapasitas untuk menampung orang-orang tambahan.." 

TUNGGU DEMOKRASI 

Pejabat pemerintah mengatakan mereka yang sudah berlabuh sekitar 25.000 Rohingya dengan status pengungsi, yang menerima makanan dan bantuan lain dari PBB, bertempat di dua kamp di tenggara Bangladesh. Para pejabat mengatakan ada juga antara 200.000 dan 300.000 "tanpa dokumen" Rohingya - tanpa status pengungsi dan tidak ada hak hukum. Orang-orang ini tinggal di luar kamp, ​tergantung pada warga lokal Bangladesh di sebuah distrik yang dilanda kemiskinan. 

Di antara mereka adalah Kalim Ullah, 48 tahun, seorang ayah dari tiga Rohingya yang tinggal di sebuah kamp tak resmi di mana anak-anak mandi di kolam lumpur. Dia melarikan diri di sini pada tahun 1992, setelah kekerasan yang mengikuti suara DAS 1990 dimenangkan oleh Suu Kyi dan dikudeta oleh militer. Dia mengangkat tangan untuk menunjukkan ibu jarinya yang putus setelah ditembak oleh tentara Myanmar. 

"Mereka menyiksa saya dan saya diusir dari rumah saya sehingga kami datang ke Bangladesh," katanya. "Sekarang saya sedang menunggu pemulangan, saya menunggu untuk demokrasi di negara saya sendiri." 

Tetangga Myanmar diam-diam menekan negara itu untuk memperbaiki kondisi di Rakhine untuk menghentikan arus keluar para pengungsi. Mungkin sebagai akibatnya, pemerintah Thein Sein tahun ini mulai mengurangi beberapa pembatasan perjalanan, kata Rohingya pemimpin Kyaw Min. Tapi keuntungan kecil ini kemungkinan ditunda atau dibatalkan setelah pertumpahan darah yang terjadi terakhir. 

Rohingya di Myanmar biasanya tidak memiliki lahan serta bernegara, dan menggores hidup dari upah rendah buruh kasar. Empat dari lima rumah tangga di negara bagian Rakhine utara terlilit utang, Program Pangan Dunia melaporkan pada tahun 2011 banyak keluarga meminjam uang hanya untuk membeli makanan. 

Kerawanan pangan telah memburuk sejak 2009, mengatakan program, yang disebut untuk bantuan kemanusiaan sangat mendesak. Sebuah survei tahun 2010 oleh Aksi kelompok Perancis Melawan Kelaparan menemukan tingkat gizi buruk sekitar 20 persen, yang jauh di atas ambang darurat ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia. 

BERDASARKAN 'NASAKA' 

Rohingya diawasi oleh Angkatan Administrasi Perbatasan, yang lebih dikenal dengan Nasaka, sebuah kata yang berasal dari inisial nama Burma tersebut. Khusus untuk daerah itu, Nasaka terdiri dari petugas dari polisi, militer, bea cukai dan imigrasi. Mereka mengendalikan setiap aspek kehidupan Rohingya. 

"Mereka memiliki semua kekuatan," kata Abu Tahay, politisi Rohingya. 

Catatan pelanggaran HAM menyalahkan Nasaka termasuk perkosaan, kerja paksa dan pemerasan. Rohingya tidak bisa bepergian atau menikah tanpa izin Nasaka, yang tidak pernah dijamin tanpa membayar suap, aktivis mengatakan. 

Pemerintah militer mantan di masa lalu menyebut tuduhan ini "rekayasa." 

"Ada ratusan pembatasan dan pemerasan," kata Rohingya pemimpin Kyaw Min. "Nasaka memiliki tangan yang bebas karena kebijakan pemerintah berada di belakang mereka, dan kebijakan yang kelaparan dan memiskinkan Rohingya itu.." 

Para pejabat Birma mengatakan kontrol ketat di perbatasan sangat penting untuk keamanan nasional. Berbicara di parlemen Myanmar September lalu, menteri imigrasi Khin Yi tidak menyebutkan pelanggaran yang dituduhkan, tetapi mengatakan Nasaka sangat penting untuk mencegah "migrasi Bengali ilegal" dan kejahatan lintas-batas. 

'BINASAKAN MEREKA' 

Di pasar Takebi, sebuah kerumunan gelisah dikumpulkan sebelum kekerasan itu meletus untuk memberitahu wartawan pelanggaran yang dituduhkan oleh pemerintah dan etnis Rakhine: pengemudi becak Rohingya dirampok dan dibunuh, pemerasan oleh pejabat negara, pemukulan acak oleh tentara di sebuah pos militer terdekat. Cerita-cerita tidak dapat diverifikasi. 

Beberapa pejabat Burma telah mengkhianati secara bias Rohingya dalam laporan publik. Rohingya orang "coklat tua" dan "seburuk raksasa," kata Ye Myint Aung, konsul Myanmar di Hong Kong, dalam sebuah pernyataan tahun 2009. Dia melanjutkan untuk memuji "adil dan lembut" berkulit orang Myanmar seperti dirinya. 

Pekan lalu, dikelola negara, Cahaya Baru Myanmar menerbitkan koreksi setelah mengacu pada umat Islam sebagai "Kalar," cercaan rasial. 

Kebencian sektarian di kota-kota Rakhine dan desa ini bergema online. "Akan sangat baik jika kita dapat menggunakan ini sebagai alasan untuk mendorong keluar orang-orang Rohingya dari Myanmar," satu pembaca dari Weekly Myanmar Sebelas komentar di website koran kertas. 

"Musnahkan mereka," tulis lain. 

Sebuah kelompok nasionalis telah membentuk sebuah halaman Facebook yang disebut "pemenggalan Gang Kalar," yang memiliki hampir 600 "suka." 

Sementara itu, Pers Kaladan, sebuah kantor berita yang didirikan oleh orang-orang buangan Rohingya di kota Chittagong Bangladesh, menyalahkan kekerasan itu pada "rasis Rakhine dan personil keamanan." 

TERIKAT UNTUK MALAYSIA 

Tidak jauh dari Sittwe adalah Gollyadeil, sebuah desa nelayan dengan dermaga lumpur dan masjid yang penduduk setempat bangun sekitar tahun 1930-an. Penduduk desa Rohingya di sini menghadapi pembatasan lebih sedikit dari saudara-saudara mereka di daerah perbatasan yang sensitif ke utara. Mereka bisa menikah tanpa meminta izin resmi dan perjalanan bebas di sekitar distrik Sittwe. 

Meski begitu, pekerjaan langka dan akses pendidikan yang terbatas, dan setiap tahun sekitar 40 penduduk menuju ke laut dengan perahu Malaysia. Mereka masing-masing membayar sekitar 200.000 kyat, atau $ 250, cukup mahal menurut standar lokal. Tapi keluarga Rohingya yang meningkat jumlahnya menganggapnya sebagai investasi. 

"Jika mereka sampai ke Malaysia, mereka dapat mengirim pulang banyak uang," kata penjual ikan Abdul Gafar, 35. 

Banyak Rohingya di Myanmar bergantung pada pengiriman uang dari Malaysia dan Thailand. Seorang sesepuh Takebi dengan jenggot putih diwarnai merah dari jus buah pinang katanya mendapat 100.000 kyat ($ 125) setiap empat bulan dari anaknya, seorang pekerja konstruksi di Malaysia.Pengiriman uang membuat kemakmuran semu untuk Takebi, di mana beberapa rumah memiliki atap seng atau satelit parabola. 

Ketika ditanyakan kepada penjaga toko Mohamad Ayub, 19, berapa banyak penduduk desa ingin meninggalkan Gollyadeil, dan dia menjawab, "Kita semua." 

Untuk setiap Rohingya yang membuatnya ke Malaysia, ratusan diblokir, atau lebih buruk. 

Banyak yang ditangkap bahkan sebelum meninggalkan perairan Myanmar. Yang lain dicegat oleh pemerintah Thailand, yang tahun lalu masih menarik perahu Rohingya kembali ke laut, Human Rights Watch melaporkan, "meskipun masih berupa tuduhan bahwa praktek-praktek tersebut menyebabkan ratusan kematian pada 2008 dan 2009." 

"Ketika seseorang mencoba untuk memasuki negara itu secara ilegal, itu tugas kita untuk mengirim mereka kembali," kata Mayor Jenderal Manas Kongpan, direktur regional Komando Operasi Keamanan Internal Thailand, yang menangani manusia perahu. "Thailand tidak memiliki kapasitas untuk membawa mereka masuk, sehingga orang tidak seharusnya banyak mengkritik." 

Sayadul Amin, 16, berlayar Maret 2012 di perahu nelayan penuh dengan 63 orang, sepertiga dari mereka anak laki-laki dan perempuan. Cuaca berubah buruk, dan perahu Sayudul yang ditumbuk oleh gelombang. 

"Saya merasa pusing dan ingin muntah," katanya. 

Selama lima hari, mereka kehabisan air dan temannya, juga remaja, meninggal. Mereka berdoa atas tubuhnya, katanya, kemudian melemparkannya ke laut. 

TIDAK DIHITUNG 

Perahu akhirnya kandas di suatu tempat di pantai Andaman Myanmar, di mana penduduk setempat dipanggil pihak berwenang untuk menangkap para manusia perahu. 

Orang-orang dewasa dipenjara di kota Dawei daerah selatan Myanmar, sementara petugas imigrasi mengawal Sayadul dan anak-anak lain kembali ke Sittwe dengan bus. Perjalanan itu memakan waktu beberapa hari dan ia melihat Myanmar yang lain dari kebanyakan Rohingya. "Ada satelit parabola di semua rumah," katanya dengan heran. 

Pada kunjungan bersejarah ke Myanmar tahun lalu, Hillary Clinton memuji para pemimpin negara untuk mencoba untuk menyelesaikan puluhan tahun perang antara pasukan pemerintah dan pasukan pemberontak etnis. Tapi keributan Rohingya jauh lebih besar bisa menjadi bukti lebih tidak stabil dan keras dari konflik di Provinsi Kachin dan wilayah perbatasan lainnya etnis. 

Pemimpin Rohingya telah lama menyerukan pembatalan UU Kewarganegaraan tahun 1982 yang dibuat oleh mantan diktator dan membuat Rohingya tidak memiliki kewarganegaraan yang tinggal di Myanmar selama beberapa generasi. 

"Kami menuntut kewarganegaraan penuh dan setara," kata Kyaw Min, pemimpin Rohingya. 

Dilihat dari retorika yang melingkupi Myanmar, permintaan itu tidak mungkin dipenuhi sebelum sensus yang berpotensi kontroversial tahun depan. 

Yang terakhir, pada tahun 1983, meninggalkan Rohingya yang tidak dihitung. 

(Tambahan laporan John Chalmers di Shah Pari, Bangladesh. Diedit oleh Bill Tarrant dan Michael Williams)

Read more...

Label

 
Wong Leces © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

Man Jadda Wajada. Siapa yang Bersungguh-sungguh Akan Berhasil