Tuesday 29 June 2010

Situs-Situs Pertemanan Asli Indonesia

0 comments
 Halaman muka www.kaskus.us


Portal berita dan forum komunitas www.kaskus.us berada di peringkat keenam situs yang paling banyak dikunjungi di Indonesia. Siapa orang di balik Kaskus?

---

Hingga kemarin, anggota Kaskus lebih dari 1,82 juta orang. Total post-nya lebih dari 188 juta. Dalam sehari, halamannya rata-rata dikunjungi 15 ribu kali oleh lebih dari 600 ribu orang.

Pada jam-jam tertentu, lebih dari 37 ribu anggotanya online bersamaan.

"Karena lima situs teratas adalah situs asing, Kaskus adalah situs nomor satu di Indonesia," ujar Andrew ketika ditemui di kantornya di kawasan Melawai, Jakarta Selatan.

Kaskus dilahirkan Andrew ketika pria yang akrab dipanggil Mimim oleh anggota Kaskus ini kuliah di jurusan Multimedia & Web Design, Art Institute of Seattle. Andrew membuat situs itu sebagai tugas kuliahnya pada 6 November 1999.

Teman-teman sekelasnya umumnya membuat situs pribadi untuk memamerkan kegiatan outdoor atau hobi masing-masing. "Mereka yang suka naik gunung, olahraga, atau hobi lain memajang foto-foto ke­giatan mereka di situs pribadi," kenang anak kedua dari empat bersaudara pasangan Antonius Darwis dan Nancy Amidjoyo ini.

Pria 30 tahun ini tidak bisa membuat situs serupa karena mengaku tidak piawai di lapangan olahraga atau memiliki hobi outing. Karena itu, muncul ide membuat portal berita yang dilengkapi forum komunikasi sebagai tugas kuliah.

Andrew lantas memutuskan membesarkan Kaskus menjadi portal berita dan forum komunitas mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat, khususnya di Seattle. Namun, dia kesulitan mencari berita dari Indonesia. "Mencari berita Indonesia di Amerika ketika itu susahnya minta ampun. Indonesia bisa masuk berita di sana juga kalau pas ada gempa atau kerusuhan saja," tuturnya.

Karena kesulitan itu, Kaskus akhirnya fokus ke forum komunitas. "Cocok dengan nama Kaskus yang berarti kasak-kusuk atau ngegosip. Lumayan, member awalnya hanya 10 orang teman sendiri," tuturnya.

Dalam waktu singkat, anggota Kaskus bertambah. Member-nya mengenal status Kaskus ketika itu sebagai situs porno. Ketika itu, forum BB17 (buka-bukaan 17) yang mempertukarkan gambar-gambar panas memang menjadi salah satu daya tarik utama menjadi member Kaskus. Forum itu akhirnya ditutup pada 2008 ketika diberlakukan UU Informasi dan Transaksi Elektronika. "Padahal BB17 itu hanya bagian kecil dari Kaskus. Daripada nila setitik rusak susu sebelanga, ya sudah, kita tutup saja forum itu," paparnya.

Awalnya, Andrew sempat khawatir penutupan program BB17 mengurangi jumlah anggotanya yang ketika itu sudah lebih dari 300 ribu orang. "Ternyata kekhawatiran itu tidak terbukti. Member malah naik 300 persen karena setelah tidak ada BB17, perempuan bersedia jadi member. Dulu waktu masih ada BB17, member perempuan sedikit sekali," tutur Master of Computer Science di Seattle University ini.

Kini fitur favorit di Kaskus adalah forum jual beli. Dalam forum itu member dapat menjual dan membeli aneka jenis barang tanpa batas, termasuk jual-beli organ tubuh seperti ginjal. Rata-rata seribu transaksi setiap hari. "Saya sendiri pernah pesan ikan asin dari member di Kalimantan seharga Rp 30 ribu," ujarnya lantas tertawa.

Untuk menambah member di Indonesia, Andrew merekrut sepupunya Ken Dean Lawadinata dan sahabatnya, Danny, menjadi moderator forum di Indonesia. Ken kini chief executive officer (CEO) Kaskus, sedangkan Danny kini chief marketing officer (CMO) Kaskus.

Modal awal Kaskus ketika didirikan hanyalah biaya sewa server USD 7 per bulan. Belakangan, setelah kebutuhan server dan operasional semakin besar, Andrew dan sejumlah temannya patungan menyuntikkan modal Rp 800 juta. "Kita patungan lagi biaya launching besar-besaran. Habis Rp 300 juta," imbuhnya.

Untuk memodali Kaskus, Andrew membongkar tabungannya ketika bekerja sebagai karyawan perpustakaan dan di sebuah laboratorium komputer di Amerika. "Kerjanya nggak teknis komputer. Malah lebih ke beres-beres komputer, isi tinta, kertas printer. Ya, begitu-begitu saja," ungkap pria yang matanya minus 1,5 ini.

Begitu kuliah selesai, Andrew mendapat pekerjaan di kota yang sama di perusahaan web design Thor Loki selama tiga tahun dengan gaji per bulan USD 1.500. "Gajinya sebetulnya kecil. Karena standar gaji web design di sana itu minimal USD 3.000. Tapi, berhubung cari kerja susah, ya saya ambil," terangnya.

Sambil bekerja, Andrew melanjutkan kuliah S-2 di Seattle University untuk jurusan Computer Science. Setelah lulus, Andrew pindah kerja dengan membangun portal musik, lyrics.com. Bosnya ketika itu warga keturunan Vietnam yang sudah menjadi warga negara Amerika Serikat.

Pria 30 tahun ini memutuskan pulang ke Indonesia pada 2008 untuk membesarkan Kaskus. "Sebenarnya saat itu kalau mau tinggal di Amerika sudah enak. Sudah punya pekerjaan. Walaupun gaji tidak besar, cukup untuk kredit rumah dan mobil," paparnya.

Setahun pertama di Indonesia, Andrew harus menerima kenyataan tidak menerima gaji setahun, meski dia berhak menerima gaji Rp 4 juta per bulan. Ini disebabkan Kaskus baru bisa mendapat pemasukan dari iklan pada awal 2009 atau setahun setelah resmi di-launching.

"Dulu sulit sekali mengajak klien beriklan di internet. Saya sampai selalu ikut orang marketing ke setiap klien yang kita temui," tuturnya.

Kini, Kaskus telah memiliki 35 karyawan. Andrew enggan membuka rahasia penghasilan iklan Kaskus. Namun, pada akhir 2008, rata-rata pendapatan iklan Kaskus sudah Rp 2-3 miliar per bulan.

"Dulu kendaraan operasional perusahaan itu angkutan umum. Sekarang sudah punya satu mobil, meski kantornya masih sewa," tutur Andrew lantas tertawa.

Dengan potensi besarnya, Kaskus telah lama menjadi lirikan investor asing. Raksasa Google dan Yahoo! dikabarkan telah menawar Kaskus senilai USD 50 juta (sekitar Rp 475 miliar). Tawaran itu ditampik mentah-mentah oleh Andrew. "Sebenarnya kalau ada yang berani membeli USD 60 juta saja, saya lepas," canda pria kelahiran 20 Juli 1979 ini.

Andrew tidak memungkiri tawaran yang datang nilainya sangat besar. Meski demikian, dia harus melihat visi dan misi perusahaan yang membelinya. "Kalau ternyata visi misinya beda, lebih baik tidak dijual," katanya.

Bagi Andrew, melepaskan Kaskus boleh jadi seperti melepaskan sebagian hidupnya. Selama 10 tahun tinggal di Amerika Serikat, pria yang terbilang tampan ini hanya bergaul dengan komputer dan internet, tanpa sempat pacaran. "Lagi pula Seattle itu lebih sering hujan, jadi untung bagi orang yang lebih suka di dalam ruangan seperti saya," katanya sambil terkekeh.

www.jawapos.com

Read more...

Koprol.com, Situs Pertemanan Buatan Asli Indonesia

0 comments
Halaman muka www.koprol.com




Koprol.com hampir serupa dengan Facebook.com. Kalau Facebook berfungsi untuk mencari teman-teman lama, Koprol membuat orang bertemu orang yang sama sekali tidak dikenal. Dia juga mampu menampilkan para friends yang kebetulan sedang berada di tempat sama dengan kita. Yang membanggakan, Koprol adalah situs pertemanan made in Indonesia!

Karena situs itu terus berkembang pesat, Yahoo! sampai kepincut membelinya pada 25 Mei lalu. Sejak dibeli Yahoo!, Koprol langsung koprol alias menggelinding kencang. Yahoo! membuat perusahaan internet yang awalnya hanya iseng-iseng itu melesat. Mulai memperbesar server, mendesain tampilan lebih eye catching, hingga membuat sistem teknologinya lebih aman.

''Sejak dibeli Yahoo!, perkembangan Koprol pesat banget. Saya sampai shock,'' kata salah seorang pendiri Koprol, Satya Witoelar, saat ditemui di rumahnya, kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, kemarin (27/6).

Perkembangan yang paling kentara adalah jumlah user. Pengakses Koprol yang tadinya hanya kisaran 75 ribu orang naik tajam menjadi 100 ribu lebih. Itu hanya dalam hitungan minggu. Lantas, berapa jumlah total user-nya sekarang?

''Ah, itu rahasia. Setelah dibeli Yahoo!, memang banyak hal internal yang dulu bisa disampaikan sekarang nggak boleh. Itu bagian dari rahasia perusahaan,'' kata Satya lantas terkekeh.

Saking banyaknya user, personel Koprol yang cuma belasan orang itu sampai kewalahan. Mereka kini merekrut tenaga baru khusus mengurusi penambahan kapasitas. ''Proses rekrutmennya sudah sampai tahap wawancara. Bulan depan orang-orang baru ini mulai bekerja,'' jelas suami Sari Wardani itu.

Satya mengakui, Koprol mulai beradaptasi menjadi perusahaan yang lebih ''serius'' setelah dibeli Yahoo!. Mulai pembukuan, sistem kerja, hingga pembagian tupoksi alias tugas pokok dan fungsi. Mereka juga dikenalkan dengan sistem kerja perusahaan online. Yakni, mengadakan rapat-rapat rutin secara maya. Mereka membicarakan target perusahaan bersama pimpinan Yahoo! di Amerika, Yahoo! Indonesia, dan sejumlah karyawan melalui fasilitas online conference.

Satya pernah sampai melongo ketika sejumlah pimpinan Yahoo! bertandang ke kantor Koprol di kawasan Jakarta Selatan. Ternyata, ada beberapa pimpinan Yahoo! pusat di Amerika yang baru kali pertama bertemu langsung pimpinan lain. Sebab, umumnya pertemuan dilakukan secara maya selama bertahun-tahun. ''Saya sampai geleng-geleng kepala,'' ujar putra pertama ahli komunikasi politik Wimar Witoelar itu.

Menurut Satya, Koprol dianggap Yahoo! sebagai situs yang benar-benar memahami Indonesia. Karena itu, setelah diakuisisi, Yahoo! tak pernah cawe-cawe mengusik konten Koprol. Yahoo! juga tak pernah aktif mempromosikan atau mengundang orang-orang dalam jaringannya untuk hijrah ramai-ramai ke Koprol. Sebab, popularitas Koprol terus menanjak dengan sendirinya setelah kabar akuisisi perusahaan itu oleh Yahoo!. ''Sampai-sampai, Yahoo! yang tadinya sempat membuka informasi tentang Koprol melalui semacam pers rilis menarik kembali,'' kata ayah Kirana Witoelar, 3, itu.

Satya membangun Koprol sekadar iseng. Lelaki 35 tahun itu sejatinya sarjana arsitektur lulusan Universitas Parahyangan, Bandung, angkatan 1999. Namun, hobi desain web membuatnya ketagihan social networking. ''Sampai akhirnya saya bersama teman-teman tertarik bikin proyek sampingan. Kami membuat situs pertemanan. Eh, ternyata proyek sampingan ini malah jadi kerjaan utama. He he he,'' ujarnya bangga.

www.jawapos.com
Read more...
Friday 11 June 2010

Bagaimana Mesin Propaganda Israel Membentuk Opini Dunia? (3-habis)

0 comments
 
Gambar yang disebar militer Israel untuk membangun opini sesat
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Lalu bagaimana mesin propaganda Israel bekerja dalam pembantaian relawan di Kapal Mavi Marmara? Sebuah artikel menarik ditulis Antony Lerman di situs guardian.co.uk edisi 4 Juni 2010. Di situ dia menceritakan bahwa sesaat sebelum penyerangan terjadi, Israel telah memutus semua jenis komunikasi dari kapal yang ikut konvoi ke pihak lain.

Pemutusan alur komunikasi ini dilakukan Israel atas kesadaran yang tinggi akan pentingnya peran informasi dalam membentuk citra di dunia internasional. Dengan pemutusan itu, maka dunia tidak bisa menyaksikan secara jelas apa yang sesungguhnya terjadi saat itu. Kesaksian para relawan yang diungkapkan secara lisan, tidaklah bisa mewakili kondisi yang sesungguhnya secara tepat.

"Gambar-gambar yang disiarkan Al Jazeera, IHH, maupun sumber lain sesaat sebelum penyerangan, tidak begitu jelas," tulis Lerman dalam artikel itu. Dalam gambar itu hanya terlihat orang terluka, helikopter, dan pasukan yang sedang menembak. Gambar-gambar itu tidak bisa secara detil menghadirikan kepada publik, kondisi yang sebenarnya terjadi.

Saat komunikasi dari kapal terputus, Israel kemudian menyebarkan berbagai gambar yang diperolehnya saat peristiwa tersebut terjadi. Tentu saja, gambar itu sudah mengalami proses editing yang harus menguntungkan pihak Israel. Kemudian militer Israel menayangkan gambar-gambar manipulatif itu di situs Youtube.

Video di situs tersebut menggambarkan pasukan Israel yang terjadi dari helikopter dan dihadang oleh para relawan di geladak kapal. Kemudian di video itu diberi keterangan-keterangan yang menempatkan tentara Israel sebagai 'korban'. Misanya dalam video itu tertulis, kalimat 'para aktivis memukuli tentara Israel dengan besi'.

Sama sekali di situ tidak dijelaskan bagaimana tentara Israel secara membabi buta menembaki para relawan. Kekejaman Israel terhadap para relawan ditutup rapat dan diputarbalikkanya sedemikian rupa agar relawan menjadi terlihat sadis.

Sialnya, video yang dirilis militer Israel ini hingga Selasa petang sudah diklik hampir 2 juta kali. Betapa banyak warga dunia yang menyaksikan video manipulatif itu. Video-video lain yang terkait dengan Mavi Marmara, belum ada yang diklik sebanyak itu.

Lagi-lagi agenda Israel untuk memainkan propaganda pun berjalan saat relawan diturunkan di Ashdod dan dipenjara. Mereka hanya diberikan akses komunikasi secara terbatas. Perangkat perekam yang dibawa para relawan maupun wartawan pun disita militer Israel. Dengan demikian, tidak ada lagi gambar versi relawan yang bisa disiarkan kepada publik.

Kemudian Israel pada kesempatan itu juga merilis gambar saat para relawan yang terluka diangkut ke helikopter untuk dirawat. Lewat gambar ini, Israel seolah-olah ingin menampilkan wajah kemanusiaannya.

Adakah semua cara itu membawa hasil? Meski dijalankan penuh rencana, ternyata propaganda itu tidak berhasil menjadikan citra Israel di mata dunia menjadi positif. Setelah kejadian itu, unjuk rasa mengutuk Israel berlangsung di berbagai belahan penjuru dunia. Sayangnya, kekuatan unjuk rasa itu belum juga berhasil menjadikan Israel mengakhiri blokade Gaza. warga Gaza masih terus berteman dengan derita yang berkepanjangan. (habis)
Read more...

Bagaimana Mesin Propaganda Israel Membentuk Opini Dunia? (2)

0 comments

Edward Said

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dalam artikel berjudul Propaganda and War itu, Edward Said juga mengungkapkan bahwa dengan dana tersebut, Israel membayai perjalanan gratis bagi para jurnalis dari seluruh dunia. Dengan kemampuan teknologinya, Israel mampu mengidentifikasi secara personal masing-masing jurnalis yang hendak diundang dalam kunjungan itu. Mereka mampu menuliskan nama jurnalis dengan ejaan yang tepat, alamat email, bahkan nomor kontak jurnalis yang bersangkutan.

Tak hanya jurnalis, Israel juga sanggup membiayai kunjungan para anggota parlemen, pengamat, juga para feminis ke wilayahnya. Dengan dana yang dimiliki, menurut Edward Said, Israel bahkan juga membiayai kampanye pemilu untuk membentuk opini yang mereka inginkan. Sebagai negara besar, Amerika menjadi sasaran utama dalam melancarkan propaganda.

Hasil dari propaganda Israel terhadap masyarakat Palestina itu diungkapkan Edward Said dengan mengutip jajak pendapat yang dilakukan Komite Antidiskriminasi Arab-Amerika. Dari jajak pendapat itu terungkap bahwa mayoritas responden menganggap Israel sebagai panglima demokrasi. Namun demikian, 73 persen dari responden menyetujui adanya negara Palestina.

Satu hal yang dinilai Edward Said mengherankan adalah jawaban mayoritas responden saat ditanya soal persepsi mereka terhadap Palestina. Mereka tetap memberikan citra negatif terhadap Palestina. Kebanyakan responden menganggap Palestina sebagai pihak yang agresif, tidak mau kompromi, dan musuh mereka. Mayoritas responden juga percaya bahwa Palestina sebagai pihak yang mengganggu perdamaian.

Holocaust dan 'kesulitan' yang kini dihadapi Israel menjadi pesan yang sangat dominan dalam proses propaganda. Tidak hanya melalui berita di media massa, isu holocaust juga terus dipelihara melalui museum dan monumen yang dijadikan simbol penderitaan warga Yahudi. Bom bunuh diri maupun ledakan roket di permukiman warga Yahudi juga terus dieksploitasi untuk menunjukkan bahwa warga Israel sedang berada dalam posisi menderita.

Paul Craig Roberts dalam artikelnya yang berjudul Jimmy Carter Spekas Thruth to Propaganda mencatat bahwa Israel telah berhasil mencuci otak warga Amerika lewat propagandanya. Menurut Paul,  sedikitnya 90 persen warga Amerika yang mengamati konflik di Palestina mendapatkan sumber informasi dari jalur propaganda Israel. Dari data ini dia menyimpulkan bahwa Israel sudah berhasil mengontrol arus informasi. Kekuatan lobi pun sudah berhasil menjadikan setiap pihak yang mengritik Israel sebagai kalangan yang antisemit yang hendak menghadirkan holocaust kedua. (bersambung)
Read more...

Bagaimana Mesin Propaganda Israel Membentuk Opini Dunia? (1)

0 comments
Gambar yang disebar Militer Israel untuk membentuk opini bahwa relawan di Kapal Mavi Marmara telah menyiapkan penyerangan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Seperti halnya konflik di wilayah lain, konflik Israel-Palestina juga tidak lepas dari propaganda. Kedua pihak yang terlibat konflik memanfaatkan informasi dan media massa untuk mencapai tujuan masing-masing. Lewat upaya tersebut mereka menghendaki adanya dukungan terhadap penyerangan yang mereka lakukan. Ini dibuktikan dengan ditetapkannya juru bicara dari masing-masing pihak yang berkonflik untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat luas.

Dari sisi Palestina, baik organisasi pembebasan Palestina, PLO, maupun Hamas berupaya semaksimal mungkin untuk mempengaruhi masyarakat bahwa pendudukan Israel tidak bisa dibenarkan. Lewat gerakannya, pendiri PLO terus berupaya menyampaikan informasi kepada masyarakat dunia untuk mendapatkan dukungan. Hal yang sama juga dilakukan para pemimpin Hamas untuk menunjukkan bahwa Israel tidak memiliki hak untuk menguasai Palestina.

Proganda yang dijalankan oleh pihak Palestina cenderung konvensional. Langkah yang mereka tempuh sangat mengandalkan kemampuan para pemimpin Palestina untuk menyampaikan informasi soal situasi yang dihadapinya. Selebihnya, mereka mengandalkan ketertarikan media massa untuk menayangkan gambar maupun informasi soal kesulitan yang dihadapi rakyat Palestina akibat penyerangan-penyerangan Israel. Ini terkait dengan posisi mereka yang sedang diserang. Para pemimpin Palestina, terutama dari kelompok Hamas, harus memperhatikan betul keselamatan dirinya yang selalu menjadi incaran pasukan Israel.

Selain faktor keamanan, kondisi tersebut juga terkait dengan keterbatasan sumber daya yang mereka miliki. Palestina tidak memiliki cukup banyak dana seperti Israel untuk mendesain dan menyebarkan informasi lewat media massa berpengaruh. Mereka juga tidak punya cukup kekuatan lobi untuk mempengaruhi opini masyarakat dunia, terutama warga negara maju.

Namun demikian, lewat informasi yang disampaikannya mampu mengundang simpati masyarakat dunia, terutama dari negara berpenduduk Islam. Tidak hanya dukungan moral, warga Muslim dari beberapa negara berpenduduk Islam seperti Indonesia, Malaysia, Iran, Turki, dan sebagainya, juga mengumpulkan sumbangan dana untuk mendukung Palestina. Donasi untuk Palestina juga mengalir dari masyarakat Muslim di negara-negara Barat.

Sebaliknya, Israel menempuh berbagai cara untuk melancarkan propaganda. Para pemimpin Israel tidak hanya mengandalkan kemampuannya dalam menyampaikan pesan, tapi juga ikut mempengaruhi para pengelola media massa untuk memberikan dukungan. Erward Said dalam artikel opini yang dimuat dalam buku kompilasi From Oslo to Iraq and Roadmap mengungkapkan bahwa Israel telah membelanjakan ratusan miliar dolar untuk membiayai penyampaian informasi ke dunia luar. (bersambung)
Read more...

Label

 
Wong Leces © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

Man Jadda Wajada. Siapa yang Bersungguh-sungguh Akan Berhasil