PARIS,Timex – Harian Jawa Pos, induk Harian Pagi Timor Express, berhasil
meraih gelar tertinggi World Young Reader Prize 2011, menjadi koran
terbaik dunia dalam inovasi untuk meraih dan mengembangkan pembaca muda.
Penghargaan itu dipastikan oleh asosiasi penerbit sedunia, WAN-IFRA,
Jumat akhir pekan lalu (29/7). Dalam ajang tahunan yang diikuti koran
dari seluruh dunia tersebut, Jawa Pos meraih kemenangan pada kategori
Enduring Excellence. Penilaian dilakukan oleh dewan juri yang ditunjuk
WAN-IFRA, berdasar komitmen dan konsistensi untuk meraih dan
mempertahankan pembaca muda.
Tidak cukup sampai di situ. Dewan juri kemudian menyatakan Jawa Pos
layak meraih gelar tertinggi: World Young Reader Newspaper of the Year
2011.
Lewat surat resmi yang disampaikan WAN-IFRA, tim juri menyatakan Jawa
Pos unggul mutlak. Bahkan, departemen dan halaman anak muda DetEksi yang
terbit setiap hari di Jawa Pos dianggap tak punya tandingan.
”Terus terang, tim juri membuat keputusan dengan sangat mudah,” kata Dr
Aralynn McMane, executive director, Young Readership Development, World
Association of Newspapers and News Publishers (WAN-IFRA), yang berpusat
di Paris, Prancis, dan Darmstadt, Jerman.
Tim juri pun memberikan penjelasan detail mengapa Jawa Pos layak meraih
penghargaan tertinggi ini, seputar sukses halaman DetEksi yang terbit
sejak 2000.
”Jawa Pos telah menunjukkan kerja luar biasa. Memiliki program yang
substansial, yang dijalani bertahun-tahun, dan punya komitmen sukses
dalam menggandeng anak muda, baik lewat halaman koran maupun kegiatan
off-print,” begitu tulis pesan dari tim juri.
Lebih lanjut, juri menilai lembaran DetEksi –yang terbit setiap hari di
Jawa Pos– sebagai sesuatu yang ”lebih” dari sekadar halaman anak muda
biasa. ”DetEksi merupakan sebuah strategi komplet untuk menemukan,
menggandeng, dan mempertahankan pembaca muda. Dan, yang paling penting,
DetEksi membuahkan hasil,” tegas tim juri.
Dr Aralynn McMane menyampaikan, pengumuman resmi penghargaan itu secara
global baru disampaikan sekitar dua pekan lagi. Namun, Jawa Pos sudah
mendapat hak untuk mengumumkannya sendiri.
Penyerahan penghargaan sendiri baru dilaksanakan pada 12 Oktober
mendatang di Wina, Austria. Yaitu, saat dilangsungkannya 63rd World
Newspaper Congress (kongres koran sedunia) dan 18th World Editors Forum
(forum editor sedunia). Dalam ajang itu Jawa Pos diminta
mempresentasikan perkembangan DetEksi dalam 11 tahun terakhir.
Menurut Azrul Ananda, direktur harian Jawa Pos, pihaknya diberi tahu
layak masuk unggulan World Young Reader Prize 2011 setelah Konferensi
WAN-IFRA Asia Pasifik di Bangkok, April lalu. Dalam beberapa pekan
belakangan ini Jawa Pos telah diminta mengirimkan materi informasi dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan juri tentang program DetEksi.
Setiap tahun World Young Reader Prize diberikan kepada koran-koran yang
dianggap inovatif dalam menggandeng dan mengembangkan pembaca muda.
”Kami sangat bangga dengan penghargaan tingkat dunia ini. Apalagi, ini
atas sebuah pencapaian yang prosesnya harus dijalani dengan sangat
panjang, dengan konsep yang harus disiapkan secara matang. Bukan
pencapaian instan atau sebuah momen keberuntungan,” kata Azrul.
”Beberapa tahun lalu kami pernah disarankan ikut, namun waktu itu kami
belum mau ikut. Sekarang kami sudah punya hasil konkret dari pentingnya
konsistensi menggandeng pembaca muda. Kali pertama ikut langsung menang
tingkat dunia,” tambah Azrul.
Berkat DetEksi, jelas Azrul, belakangan Jawa Pos memang meraih
hasil-hasil yang dia anggap mengagumkan. Ketika koran-koran dianggap
menghadapi masa sulit, Jawa Pos mampu menjaga konsistensi dan
eksistensi.
”Survei Nielsen dalam beberapa tahun terakhir selalu menunjukkan bahwa
Jawa Pos memiliki readership terbanyak di Indonesia, mengalahkan semua
koran yang ada, termasuk yang terbit dari Jakarta. Bukan hanya itu.
Survei juga menunjukkan bahwa 51 persen pembaca Jawa Pos berusia lebih
muda dari 30 tahun. Kalau ditarik mundur, semua itu bisa dibilang adalah
hasil ’pengaderan pembaca DetEksi’ yang dimulai sejak 2000,” tutur
Azrul.
”Kami berhasil membuktikan bahwa koran tidak akan punya masalah di masa
mendatang. Tinggal bagaimana koran itu beradaptasi dan terus menarik
minat pembaca di era yang terus berubah,” tandasnya.
Memang hasil itulah yang disebut memukau tim juri. Jumlah pembaca muda
Jawa Pos jauh lebih besar daripada koran-koran lain di Indonesia. Tim
juri juga mengatakan, apa yang dilakukan Jawa Pos lewat DetEksi bisa
dijadikan contoh bagi koran-koran lain di seluruh dunia. Baik itu cara
mengelola halaman yang melibatkan personel muda, cara menyampaikan
rubrik, maupun program-program off-print seperti kompetisi basket
pelajar DBL (dulu DetEksi Basketball League, sekarang Development
Basketball League).
Apa yang dilakukan Jawa Pos dengan DetEksi ini disebut bisa menjadi
inspirasi bagi koran-koran lain di seluruh dunia. ”Content dan
program-program DetEksi sangatlah mengagumkan dan dengan mudah bisa
direplikasi oleh koran-koran lain,” tulis tim juri.
Dengan hasil ini, Azrul mengaku segenap personel Jawa Pos menjadi
semakin terpacu untuk terus berinovasi di bidang jurnalistik agar
menghasilkan produk yang lebih baik lagi. ”Saya yakin seluruh media di
bawah bendera Jawa Pos Group, yang jumlahnya hampir 200 koran dan
televisi-televisi lokal dari Aceh sampai Papua, juga termotivasi untuk
terus berinovasi,” ujar Azrul.
timorexpress.com