|
PT Kertas Leces |
Dalam catatan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), kerugian PT Kertas Leces pada semester I tahun ini mencapai Rp 55.656.000.000.
Menteri BUMN Mustafa Abubakar menduga, penyebab perusahaan pelat merah itu merugi, karena selama ini biaya produksi yang tinggi banyak terserap untuk mengongkosi pembelian bahan bakar.
Oleh karena itu, bekas Dirut Bulog ini mengusulkan agar PT Leces beralih mengunakan bahan bakar dari gas ke batu bara. Selain lebih boros, Pertamina juga melakukan pembatasan penyaluran gas. Tentu hal ini bisa menambah perusahaan itu makin kesulitan untuk mengoptimalkan kemampuan produksinya.
“Masalah utamanya itu kan keterbatasan bahan bakar, dan harga gas yang cukup tinggi. Sementara HPP-nya lebih rendah dari yang seharusnya. Akibatnya terjadi akumulasi kerugian. Saat ini untuk mengatasi kesulitan bahan bakar. Kita sudah mengadakan lelang komersil,” katanya kepada
Rakyat Merdeka, di Jakarta, Kamis lalu.
Selain itu, lanjutnya, PT Leces mengalami kesulitan dalam pengadaan bahan baku, dan kelebihan jumlah karyawan. Saat ini kedua masalah itu masih dalam pengkajian untuk dicarikan solusinya.
Dalam benak Mustafa sudah terpikir proses restrukturisasi seperti merger, akuisisi, ataupun likuidasi. Hanya saja opsi penyelamatan PT Kertas Leces masih dalam pertimbangkan. “Kita masih melihat-lihat situasinya,” ujarnya.
Sekretaris PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Renny O Rorong mengatakan, lembaganya tidak menangani restrukturisasi terhadap PT Kertas Leces, karena dilakukan langsung Kementerian BUMN. “Kita tidak ditugaskan untuk menangani Leces,” katanya.
Terhadap kemungkinan lembaganya dikutsertakan membantu merestrukturisasi, Renny enggan berspekulasi, karena sampai saat ini saja tidak ada pembicaraan terakit upaya penyelematan itu. “Sampai saat ini belum ada pembicaraan. Jadi mungkin mereka akan tetap ditangani langsung Kementerian,” katanya.
Pihak PT Kertas Leces tidak berhasil dikonfirmasi. Pejabat di Kantor perwakilan di Jalan Radio IV 15-6, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan enggan memberikan penjelasan. “Silakan hubungi langsung ke kantor pusat. Disini cuma bagian marketing,” kata salah satu sekretaris perusahaan yang enggan disebutkan namanya.
Pejabat PT Kertas Leces pusat di Probolinggo, Jawa Timur, tidak berhasil dikonfirmasi. “Sekarang bagian Direksi kantornya ada di Jakarta,” kata staf bagian Hubungan Masyarakat PT Leces, Sukaryadi.
Beberapa sumber di perusahaan itu menyebutkan semua direksi sedang melakukan rapat di Bandung.
Untuk diketahui PT Kertas Leces (PT KL), Kab. Probolinggo bakal mewujudkan pabrik gula (PG) di komplek pabrik di Desa Leces, Kec. Leces.
Sekretaris Perusahaan PT KL Abdul Haris membenarkan, KL sudah mendapat lampu hijau dari Menteri BUMN untuk membangun PG. Sehari sebelumnya, Direktur Utama KL Martoyo Sugandi juga menyampaikan rencana pembangunan PG di komplek pabrik di tepi jalan nasional Probolinggo-Lumajang itu kepada Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin saat mengunjungi PT KL.
Martoyo yang didampingi Direktur Produksi dan Pengembangan Syarif Hidayat, Direktur Pemasaran Zainal Arifin mengatakan, pasokan bahan baku tebu tidak ada masalah. Soalnya, PT KL mendapat jaminan tersedianya lahan tebu sekitar 25.000 hektare dari bupati setempat.
Selamatkan Aset BUMN Sekarang Juga
Pasha Ismaya Sukardi, Anggota Komisi VI DPR
Anggota Komisi VI DPR, Pasha Ismaya Sukardi mengaku setuju bila nantinya PT Kertas Leces harus dilikuidasi, dengan catatan disertai alasan yang kuat dan melalui kajian yang komprehensif.
“Upaya penyelamatan aset-aset yang dilakukan Kementerian BUMN secepat mungkin, perlu kita apresiasi. Yang jelas harus transparan,” katanya, kemarin.
Anggota Fraksi partai Demokrat ini mengatakan, besarnya jumlah BUMN yang ada di Indonesia, membuat kebanyakan BUMN yang ada jadi sulit untuk menentukan fokus terhadap tugasnya, dan rawan terjadi tumpang tindih.
Oleh karena itu, Anggota Badan Kerjasama Antara Parlemen ini mendukung dengan apa yang pernah dicetuskan Menteri BUMN, Mustafa Abubakar mengenai kemungkinan menyederhanakan BUMN yang ada.
“Waktu itu Pak Mustafa sempat mengatakan ingin memperkecil jumlah BUMN yang ada. Seperti PT Perkebunan Nusantara (PTPN) yang akan di-holding dengan sesama PTPN,” ujarnya.
Anak buah Anas Urbaningrum ini berharap supaya Kementerian BUMN cermat mempelajari permasalahan yang dari semua perusahaan pelat merah yang mengalami kerugian tersebut.
“Jangan setelah dikucurkan dana, masalahnya terulang lagi. Kementerian BUMN harus bisa memperkirakan situasi ke depan, dan mempersiapkannya,” tuturnya.
Dikatakan, saat ini Komisi VI DPR belum memiliki jadwal untuk memanggil Kementerian BUMN bersama Direksi PT Kertas Leces, karena besok baru dijadwalkan rapat internal untuk membahas jadwal RDP dengan tiap-tiap Kementerian.
Pasha berjanji, akan mengusulkan agar masalah BUMN yang merugi ini, termasuk PT Kertas Leces secepatnya segera dilakukan pembahasan.
“Tidak Bisa Bersaing”
Sri Adiningsih, Ekonom UGM
Ekonom dari Universitas Gadjah Mada, Sri Adiningsih mengatakan, kerugian PT Kertas Leces menandakan BUMN ini tidak bisa bersaing dengan perusahaan kertas lainnya.
“Industri kertas saat ini sangat kompetitif. Lihat saja Kertas Kraft Aceh yang bangkrut. Walau banyak faktor yang mempengaruhi kebangkrutan, tapi itu jelas menunjukan kalau mereka tidak bisa bersaing,” katanya, kemarin.
Menurutnya, pemerintah perlu mengkaji apakah nantinya PT Kertas Leces bisa bersaing, dan memberikan keuntungan atau tidak agar bisa diambil keputusan terhadap kelanjutan bisnisnya.
“Bila memang tidak bisa bersaing, dan daripada didiamkan dan terus merugi, sebaiknya Kertas Leces dilikuidasi atau diprivatisasi saja. Bisnis kertas bukanlah sektor yang cukup strategis. Lebih baik kalau dana dialokasikan untuk BUMN lainnya,” cetusnya.
Meski begitu, Sri mengingatkan, apabila pemerintah memilih akan melikuidasi PT Kertas Leces, sebaiknya memperhatikannya. Misalkan kepada nasib para karyawannya.
Dikatakan, bila pemerintah mau memprivatisasi Kertas Leces, ataupun BUMN-BUMN yang merugi lainnya, banyak cara yang bisa digunakan pemerintah tanpa harus menjualnya. Salah satunya pemerintah bisa mengajukan kerjasama dengan pihak swasta.
“Seperti Hotel Indonesia itu loh. Masalahnya sekarang ada nggak pihak swasta yang mau,” tegasnya.
Bermodalkan Ampas Tebu
Sekilas Kertas Leces
PT Kertas Leces Probolinggo Jawa Timur merupakan pabrik kertas tertua kedua di Indonesia setelah pabrik kertas Padalarang, Bandung Jawa Barat yang didirikan tahun 1939 dan mulai beroperasi tahun 1940.
Setelah melalui beberapa pengembangan sampai dengan saat ini telah mempunyai 4 (empat) Unit Pabrik Pulp dan Kertas Terpadu serta 1 (satu) Unit Deinking Plant.
Kapasitas produksinya 640 ton/hari yang memproduksi berbagai jenis kertas, seperti Kertas Tulis Cetak (HVS, HVO, Photo Copy, dan Lain-lain), Kertas Tissue (Facial Tissue, Toilet Tissue, napkin Tissue), Kertas Koran dan Kertas Industri.
Hasil produksi perusahaan ini banyak diekspor ke berbagai negara antara lain Singapura, Malaysia, Thailand, Srilanka, India, Pakistan, Jepang, Taiwan, Myanmar, Papua Nugini, Australia, Selandia Baru, Iran, Korea Selatan, Syria, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, RRC, Inggris, Belanda dan Afrika Selatan.
Sampai saat ini, PT Kertas Leces merupakan satu-satunya pabrik kertas terbesar di Indonesia yang menggunakan bahan baku kertas bekas dan ampas tebu.
Hal ini menggambarkan kondisi pabrik yang peduli lingkungan, ditambah lagi dengan telah dimilikinya sarana Unit Pengelola Limbah dengan kapasitas 4.000 m3 /jam.
Untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan kegiatan usaha PT Kertas Leces, Pemerintah RI telah mengesahkan penambahan Penyertaan Modal Negara RI ke dalam Modal Saham PT Kertas Leces berupa seluruh saham milik Negara di Pabrik Kertas Padalarang yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 11, tanggal 21 Pebruari 2000.
www.rakyatmerdeka.co.id
Read more...