Tuesday 23 November 2010

Boros Pakai Gas, Menteri Mustafa Usul PT Kertas Leces Alih Ke Batu Bara

0 comments
PT Kertas Leces
Dalam catatan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), kerugian PT Kertas Leces pada semester I tahun ini mencapai Rp 55.656.000.000.
Menteri BUMN Mustafa Abubakar menduga, penyebab peru­­sahaan pelat merah itu me­rugi, ka­rena selama ini biaya pro­duksi yang tinggi banyak terserap untuk mengongkosi pembelian bahan bakar.
Oleh karena itu, bekas Dirut Bulog ini mengusulkan agar PT Leces beralih mengunakan bahan bakar dari gas ke batu bara. Selain lebih boros, Pertamina juga me­lakukan pembatasan penya­luran gas. Tentu hal ini bisa me­nambah perusahaan itu makin kesulitan untuk mengoptimalkan kemam­puan produksinya.
“Masalah utamanya itu kan keterbatasan bahan bakar, dan harga gas yang cukup tinggi. Sementara HPP-nya lebih rendah dari yang seharusnya. Akibatnya terjadi akumulasi kerugian. Saat ini untuk mengatasi kesulitan ba­han bakar. Kita sudah menga­dakan lelang komersil,” katanya kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, Kamis lalu.
Selain itu, lanjutnya, PT Leces me­ngalami kesulitan dalam peng­adaan bahan baku, dan kelebihan jumlah karyawan. Saat ini kedua masalah itu masih dalam peng­kajian untuk dicarikan solusinya.

Dalam benak Mustafa sudah terpikir proses restrukturisasi seperti merger, akuisisi, ataupun likuidasi. Hanya saja opsi penye­lamatan PT Kertas Leces masih dalam pertimbangkan. “Kita masih melihat-lihat situasinya,” ujarnya.
Sekretaris PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Renny O Rorong mengatakan, lembaganya tidak menangani restrukturisasi terhadap PT Kertas Leces, karena dilakukan langsung Kementerian BUMN. “Kita tidak ditugaskan untuk menangani Leces,” katanya.
Terhadap kemungkinan lem­baganya dikutsertakan membantu merestrukturisasi, Renny enggan ber­spekulasi, karena sampai saat ini saja tidak ada pembicaraan ter­akit upaya penyelematan itu. “Sam­pai saat ini belum ada pem­bicaraan. Jadi mungkin mereka akan tetap ditangani langsung Ke­menterian,” katanya.
Pihak PT Kertas Leces tidak berhasil dikonfirmasi. Pejabat di Kantor perwakilan di Jalan Radio IV 15-6, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan enggan memberikan penjelasan. “Silakan hubungi langsung ke kantor pusat. Disini cuma bagian marketing,” kata salah satu sekretaris perusahaan yang enggan disebutkan namanya.
Pejabat PT Kertas Leces pusat di Probolinggo, Jawa Timur, tidak berhasil dikonfirmasi. “Sekarang bagian Direksi kantor­nya ada di Jakarta,” kata staf bagian Hubungan Masyarakat PT Leces, Sukaryadi.
Beberapa sumber di peru­sahaan itu menyebutkan semua direksi sedang melakukan rapat di Bandung.
Untuk diketahui PT Kertas Leces (PT KL), Kab. Probolinggo bakal mewujudkan pabrik gula (PG) di komplek pabrik di Desa Leces, Kec. Leces.
Sekretaris Perusahaan  PT KL  Abdul Haris membenarkan, KL su­dah mendapat lampu hijau dari Men­teri BUMN untuk mem­bangun PG. Sehari sebelumnya, Di­rektur Utama KL Martoyo Su­gandi juga menyampaikan rencana pembangunan PG di komplek pabrik di tepi jalan nasional Probolinggo-Lumajang itu kepada Bupati Probolinggo Hasan Ami­nud­din saat mengunjungi PT KL.
Martoyo yang didampingi Direk­tur Produksi dan Pengemb­angan Syarif Hidayat, Direktur Pe­ma­saran Zainal Arifin me­nga­­ta­kan, pasokan bahan baku tebu tidak ada masalah. Soalnya, PT KL mendapat jaminan ter­sedia­nya lahan tebu sekitar 25.000 hektare dari bupati setempat.
Selamatkan Aset BUMN Sekarang Juga
Pasha Ismaya Sukardi, Anggota Komisi VI DPR
Anggota Komisi VI DPR, Pasha Ismaya Sukardi mengaku setuju bila nantinya PT Kertas Leces harus dilikuidasi, dengan catatan disertai alasan yang kuat dan melalui kajian yang kom­prehensif.
“Upaya penyelamatan aset-aset yang dilakukan Kementerian BUMN secepat mungkin, perlu kita apresiasi. Yang jelas harus transparan,” katanya, kemarin.
Anggota Fraksi partai Demo­krat ini mengatakan, besarnya jum­lah BUMN yang ada di In­donesia, membuat kebanyakan BUMN yang ada jadi sulit untuk menentukan fokus terhadap tugasnya, dan rawan terjadi tum­pang tindih.
Oleh karena itu, Anggota Badan Kerjasama Antara Parle­men ini mendukung dengan apa yang pernah dicetuskan Menteri BUMN, Mustafa Abubakar me­ngenai kemungkinan menyeder­hanakan BUMN yang ada.
“Waktu itu Pak Mustafa sem­pat mengatakan ingin mem­per­kecil jumlah BUMN yang ada. Seperti PT Perkebunan Nusantara (PTPN) yang akan di-holding de­ngan sesama PTPN,” ujarnya.
Anak buah Anas Urbaningrum ini berharap supaya Kementerian BUMN cermat mempelajari permasalahan yang dari semua perusahaan pelat merah yang mengalami kerugian tersebut.
“Jangan setelah dikucurkan dana, masalahnya terulang lagi. Kementerian BUMN harus bisa memperkirakan situasi ke depan, dan mempersiapkannya,” tuturnya.
Dikatakan, saat ini Komisi VI DPR belum memiliki jadwal un­tuk memanggil Kementerian BUMN bersama Direksi PT Kertas Leces, karena besok baru dijad­walkan rapat internal untuk membahas jadwal RDP dengan tiap-tiap Kementerian.
Pasha berjanji, akan mengu­sulkan agar masalah BUMN yang me­rugi ini, termasuk PT Kertas Leces secepatnya segera dila­kukan pembahasan.
“Tidak Bisa Bersaing”
Sri Adiningsih, Ekonom UGM
Ekonom dari Universitas Gadjah Mada, Sri Adiningsih mengatakan, kerugian PT Kertas Leces menandakan BUMN ini tidak bisa bersaing dengan perusahaan kertas lainnya.
“Industri kertas saat ini sangat kompetitif. Lihat saja Kertas Kraft Aceh yang bangkrut. Walau banyak fak­tor yang mempengaruhi ke­bang­krutan, tapi itu jelas me­nunjukan kalau mereka tidak bisa bersaing,” katanya, kemarin.
Menurutnya, pemerintah perlu mengkaji apakah nanti­nya PT Kertas Leces bisa bersaing, dan memberikan keuntungan atau tidak agar bisa diambil keputusan ter­ha­dap kelanjutan bisnisnya.
“Bila memang tidak bisa bersaing, dan daripada didiam­kan dan terus merugi, se­baiknya Kertas Leces dilikuidasi atau diprivatisasi saja. Bisnis kertas bukanlah sektor yang cukup strategis. Lebih baik kalau dana dialokasikan untuk BUMN lainnya,” cetusnya.
Meski begitu, Sri meng­ingatkan, apabila pemerintah memilih akan melikuidasi PT Kertas Leces, sebaiknya mem­perhatikannya. Misalkan kepa­da nasib para karyawannya.
Dikatakan, bila pemerintah mau memprivatisasi Kertas Le­ces, ataupun BUMN-BUMN yang merugi lainnya, banyak cara yang bisa digu­nakan pemerintah tanpa harus men­jualnya. Salah satunya peme­rintah bisa mengajukan kerja­sa­ma dengan pihak swasta.
“Seperti Hotel Indonesia itu loh. Masalahnya sekarang ada nggak pihak swasta yang mau,” tegasnya.
Bermodalkan Ampas Tebu
Sekilas Kertas Leces
PT Kertas Leces Probolinggo Jawa Timur merupakan pabrik kertas tertua kedua di Indonesia setelah pabrik kertas Pada­larang, Bandung Jawa Barat yang didirikan tahun 1939 dan mulai beroperasi tahun 1940.
Setelah melalui beberapa pengembangan sampai dengan saat ini telah mempunyai 4 (empat) Unit Pabrik Pulp dan Kertas Terpadu serta 1 (satu) Unit Deinking Plant.
Kapasitas produksinya 640 ton/hari yang memproduksi berbagai jenis kertas, seperti Kertas Tulis Cetak (HVS, HVO, Photo Copy, dan Lain-lain), Kertas Tissue (Facial Tissue, Toilet Tissue, napkin Tissue), Kertas Koran dan Kertas Industri.
Hasil produksi perusahaan ini banyak diekspor ke berbagai negara antara lain Singapura, Malaysia, Thailand, Srilanka, India, Pakistan, Jepang, Taiwan, Myanmar, Papua Nugini, Australia, Selandia Baru, Iran, Korea Selatan, Syria, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, RRC, Inggris, Belanda dan Afrika Selatan.
Sampai saat ini, PT Kertas Leces merupakan satu-satunya pabrik kertas terbesar di Indo­nesia yang menggunakan bahan baku kertas bekas dan ampas tebu.
Hal ini menggambarkan kon­disi pabrik yang peduli ling­kungan, ditambah lagi dengan telah dimilikinya sarana Unit Pe­ngelola Limbah dengan kapasitas 4.000 m3 /jam.
Untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan kegiatan usaha PT Kertas Leces, Peme­rintah RI telah mengesahkan penambahan Penyertaan Modal Negara RI ke dalam Modal Saham PT Kertas Leces berupa seluruh saham milik Negara di Pabrik Kertas Padalarang yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 11, tanggal 21 Pebruari 2000.

www.rakyatmerdeka.co.id

Leave a Reply

Label

 
Wong Leces © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

Man Jadda Wajada. Siapa yang Bersungguh-sungguh Akan Berhasil