Pengalaman sehari-hari sering mendatangkan inspirasi untuk berbisnis. Seperti Mukhammad Zulqarnain Agus Rosano yang memperoleh ide untuk merintis clothing custom dari kesulitannya mencari celana yang sesuai dengan ukuran tubuhnya yang di atas rata-rata.
Berkaca dari pengalamannya, Zul, panggilan akrabnya, yakin banyak orang yang mengalami masalah serupa. Lantas, dia memberanikan diri terjun ke bisnis ini, setelah mengalami kegagalan berbisnis camilan.
Sejak kuliah, Zul memang telah menetapkan diri menjadi pengusaha.Pertama, dia beralasan ingin punya banyak waktu untuk keluarganya kelak. “Tidak seperti saya yang kurang kasih sayang karena selalu ditinggal orangtua bekerja,” kenang dia. Kedua, dia ingin menikmati masa pensiun di usia 30 tahun. Tak heran, ketika menjejakkan kakinya di Kota Kembang, Zul langsung mengendus peluang bisnis yang ada.
Saat itu, sekitar tahun 2010, camilan seperti Ma Icih tengah jadi tren. Zul pun ikut mencicipi gurih bisnis camilan dengan menjual stik keju. Sayang, meski mampu menorehkan omzet hingga Rp 60 juta per bulan, pria yang masih kuliah di Universitas Padjadjaran Bandung ini terpaksa mengakhiri bisnis camilannya setelah berjalan setahun. “Saya bangkrut dan merugi, karena ada kesalahan pengelolaan,” ujar Zul. Dia salah memberikan kepercayaan ke orang yang belum kompeten.
Dia ingat, saat itu, uangnya benar-benar habis, hingga terusir dari kamar kos karena tak sanggup membayar. Zul pun akhirnya menyerah dan kembali ke kampungnya di Banyuwangi, Jawa Timur.
Tak butuh waktu lama, semangatnya berbisnis tersulut lagi setelah mendengar nasihat dari orangtuanya. Pertengahan 2012, ide berbisnis clothing custom segera muncul, karena menurut dia, usaha ini tidak butuh modal samasekali. Pria 24 tahun ini menawarkan pembuatan celana sesuai dengan pesanan kepada teman-temannya. “Saya mengumpulkan foto-foto dari Google dan menawarkan celana secara door to door saat itu,” kenang Zul. Kemudian, ia menjahitkan pesanan celana custom ini kepada penjahit di kawasan Pasar Baru, Bandung.
Berbagai lini bisnis
Kegagalan di bisnis camilan menjadi pelajaran berharga bagi Zul. Salah satu pelajaran adalah dia tidak menggunakan keuntungan dari berbisnis untuk kepentingan pribadi. Uang itu ia alokasikan untuk memperbesar bisnisnya. “Uang itu juga saya pakai untuk berpromosi,” kata Zul.
Lantaran fokus membangun usaha, bisnis clothing custom milik Zul kian berkembang. Apalagi, saat itu, belum ada kompetitor. “Ini sesuatu yang baru, orang bisa memilih apa yang menjadi keinginannya, baru diproduksi,” terang Zul. Produk Iwearzul mengincar pasar pada rentang usia 21 tahun hingga 27 tahun.
Permasalahan mulai muncul pada 2014, karena manajemen produksi yang belum rapi. Zul pun sempat berpikir untuk menyerah. Pasalnya, tidak seperti perusahaan garmen yang bisa sekali produksi lalu dijual, produksi clothing custom ini terus berjalan seiring dengan datangnya pesanan. “Ibarat dapur, kita harus ngebul terus,” tegas Zul. Alhasil, dia harus berhitung produksi dengan tepat, baik soal pasokan kain hingga tenaga kerja, supaya tak merugi.
Dari situlah, Zul lantas mencoba berbagai sistem produksi dan mengujinya satu per satu. “Memang ada perusahaan yang menawarkan standar dan prosedur, tapi kami perlu menciptakan sistem sendiri, karena kami yang menjalani bisnis ini,” ungkap Zul.
Butuh waktu delapan bulan, hingga akhirnya Iwearzul menemukan sistem monitoring secara menyeluruh pada produksi. “Dengan sistem ini, kami bisa memantau semua yang terjadi, karena di setiap bagian terhubung jaringan komputer,” kata Zul.
Sistem baru ini pula yang membuat bisnis Zul dapat berputar kencang. “Produksi sudah aman, giliran fokus ke marketing. Kami terima order berapa pun,” cetus Zul. Dua bulan terakhir tahun 2014, omzet Iwearzul berlipat hingga ratusan juta rupiah. Bahkan, selama tiga bulan pertama 2015, Zul mencetak omzet berkisar
Rp 400 juta saban bulan.
Iwearzul melayani pesanan celana, jaket, dan kemeja. Meski custom, konsumen tak bisa memesan model seperti keinginannya, karena Zul sudah menyiapkan sejumlah desain untuk ketiga produk itu. “Desain ini menjadi guideline bagi kami, karena kami juga harus berpikir soal imaji brand Iwearzul,” jelas Zul. Tiap tiga bulan, Iwearzul meluncurkan desain baru untuk setiap produk.
Kecepatan proses produksi menjadi salah satu kelebihan Iwearzul. Zul bilang, pembuatan celana dan lainnya bisa diselesaikan dalam tiga hari hingga enam hari. Selain itu, dia juga memberi garansi uang kembali jika produk mengecewakan. Layanan Iwearzul lewat website pun diberikan selama 24 jam.
Dalam berbisnis, Zul selalu membuat rencana yang matang dan eksekusi sebaik mungkin. Oleh karena itu, dia tak berhenti pada bisnis clothing custom ini. Dia mendirikan Zul Group yang akan menjadi holding dari sejumlah usahanya kelak.
Berbeda dengan pengusaha lainnya yang mungkin hanya fokus pada satu bidang, Zul justru menjalankan berbagai lini bisnis. Dua bulan ini, dia menggeluti bisnis parfum, Zule Parfum. “Bisnis itu tidak ada yang gampang, semua harus dipelajari,” kata Zul. Di bisnis parfum ini dia juga belajar dari awal, mulai dari mengenal berbagai bahan kimia hingga menciptakan aroma wewangian yang sesuai selera pasar.
Selanjutnya, Zul juga terjun di bisnis jasa logistik dengan meluncurkan ZHDS alias Zul Home Delivery Servis. ZHDS merupakan layanan antar untuk berbagai kuliner di Bandung. Zul juga mendirikan usaha garmen yang melayani pesanan korporasi. Ke depan, Zul berencana untuk membuat restoran, hotel dan bisnis tour and travel di Bandung.
Belajar dari pemilik Virgin
Menjadi pengusaha sebenarnya bukan mimpi Mukhammad Zulqarnain Agus Rosano saat belia. Cita-citanya dulu adalah menjadi arsitek atau insinyur teknik lain.
Namun, haluan hidupnya berubah ketika dia merasa kesibukan bekerja menghalangi orangtuanya memberikan perhatian. “Saya merasa kurang kasih sayang karena jarang bertemu,” kenang suami dari Inna Susanti.
Selanjutnya, dalam perjalanan bisnis, Zul banyak mendapat inspirasi dari pebisnis dunia, Richard Branson, pengusaha asal Inggris yang mendirikan Virgin Group. Belajar dari pebisnis yang memiliki lebih dari 400 usaha ini, Zul mengembangkan berbagai lini bisnis dalam Zul Group. “Saya belajar seperti Branson yang tak fokus hanya ke satu bidang bisnis saja,” cetus Zul.
Setiap mengembangkan bisnis baru, Zul terlebih dahulu melihat kemantapan bisnis lamanya. Karena, dia akan menyerahkan bisnis tersebut pada orang kepercayaannya. Seperti Iwearzul, yang sudah ia serahkan ke salah seorang direkturnya. “Nah, untuk terjun di usaha baru, saya harus fokus di sana selama enam bulan untuk memastikan bisnis berjalan lancar,” ungkap dia.
Demikian juga untuk menciptakan suasana yang nyaman di kantornya. Zul juga mengadopsi suasana kantor Google. “Saya ingin semua karyawan betah bekerja di kantor. Jadi saya membuat kantor ini senyaman mungkin,” ujar pria kelahiran 7 Agustus 1991 ini.
Di kantornya, Zul menyediakan ruang-ruang untuk hiburan dan relaksasi yang bisa dinikmati 40 karyawannya. Dia juga membangun meja bar, taman, dan ruang hiburan karena sebagian besar karyawannya adalah anak-anak muda. “Mereka biasa bekerja hingga malam di sini,” ujar Zul yang berencana membangun kantor Zul Group pada 2016 nanti.