Friday, 24 January 2014

Ini Alasan Kasus Pajak Asian Agri Digiring ke Pelanggaran Administrasi

1 comments
Asian Agri Group (AAG) dinilai sengaja menggiring kasus manipulasi pajak hanya pada pelanggaran hukum administrasi. Pasalnya, menurut peneliti KataData, Metta Dharmasaputra, Asian Agri bisa membayar jauh lebih murah daripada kasus tersebut masuk dalam pelanggaran tindak pidana.

"Kenapa dia berusaha terus agar dimasukkan pelanggaran administratif? Kalau pidana, dia bisa dituntut 400 persen dari tunggakan, plus pokoknya, jadi total Rp 6,5 triliun. Jelas nilai yang sangat besar," kata Metta di Jakarta, Jumat (24/1/2014). 

Dalam diskusi bertajuk "Masa Depan Kasus Pajak AAG Pasca-Putusan MA dari Perspektif Hukum Pajak" tersebut, Metta mengatakan, kalau Asian Agri hanya dinyatakan melakukan pelanggaran administratif, maka dendanya hanya 24 persen per tahun, maksimal 2 tahun. 

"Artinya, hanya 48 persen kali pokoknya. MA (Mahkamah Agung) putuskan Rp 2,5 triliun, lumayanlah. Plus tunggakan pokok Rp 2 triliun, jadi total Rp 4,5 triliun," sambung Metta, di kantor Indonesia Corruption Watch. 

Sebagaimana diberitakan, berdasarkan Putusan MA No.2239K/PID.SUS/2012 tanggal 18 Desember 2012, Asian Agri dinyatakan kurang membayar pajak pada periode 2002-2005 senilai Rp 1,25 triliun dan denda Rp 1,25 triliun. Total yang harus dibayarkan Rp 2,5 triliun.

Metta menilai, kasus pajak perusahaan milik Sukanto Tanoto itu jelas terkategorikan tax evation (skema untuk memperkecil pajak yang terutang dengan cara melanggar ketentuan perpajakan). Indikasinya adalah adanya fakta tax planning meeting atau pertemuan perencanaan pajak. 

Putusan MA pun dinilai luput lantaran hanya menjerat manajer perpajakan Asian Agri, Suwir Laut, selama dua tahun penjara dengan masa percobaan tiga tahun. "Jelas kasus ini kasus tax evation. Ini yang bertahun-tahun berusaha disumirkan bahwa ini adalah tax avoidance (skema transaksi yang ditujukan untuk meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan ketentuan pajak), bukan tax evation. Karena tax evation ini implikasinya pidana," tutur penulis buku Saksi Kunciyang mengupas laporan investigasi skandal pajak ini.

Pakar perpajakan Yustinus Prastowo menuturkan, jika ada tax planning meeting, artinya Suwir Laut tidak bekerja untuk memberikan manfaat bagi dirinya sendiri. Ia menegaskan, kasus ini bisa dilanjutkan ke orang-orang yang benar-benar menerima manfaat dari pajak yang mengecil itu. 

Masalahnya, UU Perpajakan tidak bisa menyentuh beneficial owner (setiap orang yang memiliki dana, yang mengendalikan transaksi nasabah, yang memberikan kuasa atas terjadinya suatu transaksi, dan/atau yang melakukan pengendalian melalui badan hukum atau perjanjian). "Jelas-jelas dia mengemplang pajak. Tapi putusan MA dekat sekali dengan 'pengecilan'. Putusannya jadi bukan pidana, tapi dengan administratif," katanya.

Sebelumnya, PT Asian Agri sendiri menyatakan, masalah perpajakan yang membelit perseroan merupakan wilayah abu-abu. Kendati demikian, perseroan siap untuk mematuhi semua ketentuan hukum yang berlaku. Perwakilan keluarga Sukanto Tanoto, Anderson Tanoto, menyatakan, perseroan siap bekerja sama dengan pemerintah terkait dengan perpajakan."Bagaimanapun, kami beroperasi di wilayah Indonesia dan Asian Agri akan patuhi ketentuan yang berlaku," ujarnya.

Dia mengungkapkan, hingga akhir 2009, Asian Agri tercatat sebagai pembayar pajak terbesar kedua di antara perusahaan perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di Indonesia. "Jika denda pajak sebesar lebih dari Rp 1 triliun itu kami bayar, bisa saja kami jadi perusahaan perkebunan yang membayar pajak terbesar," ujarnya.

Read more...

“Jirri Tudur” Syuhada Bumi Yarmuk

0 comments
Gergorius sudah mati. Aku yang menikamnya karena Gergorius yang malang telah membelot menjadi seorang muslim,” perasaan gundah menyelimuti Margiteus yang tengah mengusap-usap pedang panjangnya yang berukiran matahari dengan 12 jilatan api itu.

Hah, mustahil mana mungkin terjadi, dia seorang Kristiani yang taat.” Argenta menatap tajam Margiteus

“Ya aku cuma bisa kesal, bingung dan sedih kenapa seorang panglima perang Romawi yang ulung harus mati di ujung mata pedangku.” Sesal Margiteus sambil membersihkan sisa darah di pedangnya.

Debu-debu beterbangan, menggumpal di atas bumi Yarmuk. Suara teriakan riuh jelas terdengar seiring rengekan suara onta dan kuda. Nyaring dan ngeri.

Saat itu, pasukan Islam tengah bertempur sengit di Yarmuk –wilayah perbatasan dengan Syria. Pasukan Islam bermarkas di bukit-bukit yang menjadi benteng alam, sedangkan Romawi terpaksa menempati lembah di hadapannya. Dengan jumlah tak kurang dari 240 ribu pasukan romawi, mereka kewalahan menghadapi pasukan muslimin yang hanya berjumlah 39 ribu orang saja. Puluhan ribu pasukan Romawi –baik yang berasal dari Arab Syria maupun yang didatangkan dari Yunani– tewas. Lalu terjadilah pertistiwa mengesankan itu.

Kondisi ini jelas tidak menguntungkan pasukan Romawi walaupun sebenarnya kehebatan pasukan Islam membuat kagum para panglima Romawi dan komandan pasukannya. Termasuk Gregorius Theodorus –orang-orang Arab menyebutnya “Jirri Tudur”– ingin menghindari jatuhnya banyak korban. Maka saat masuk waktu istirahat Gregorius mendatangi Khalid untuk perang tanding. Dia menantang Khalid untuk berduel satu lawan satu. Sekilas tawaran ini dapat mengurangi jatuh korban, namun bisa saja menjadi taktik sekaligus sebagai ‘psy war’ dalam sebuah pertempuran yang malah dapat menganulir kemenangan kaum muslimin.

Theodorus adalah seorang panglima pilihan yang mempunyai hubungan erat dengan pembesar Bani Ghassan, sebuah kerajaan satelit Romawi di Syam (Syiria), oleh karena itu ia fasih berbahasa Arab. Khalid bin Walid tidak melewatkan tantangan itu, dan dengan serta merta menerimanya dengan sikap ksatria.

Dengan disaksikan oleh kedua kubu pasukan yang berseteru dari kejauhan dan di tengah-tengah benturan pedang kedua panglima tersebut. Dalam duel maut itu, tombak Gregorius patah terkena sabetan pedang Khalid. Luar biasa, rasa ta’jub begitu saja muncul di benak Gregorius, betapa tidak! Tombak bergagang baja itu rontok oleh sabetan pedang Khalid, padahal sepanjang pertempuran yang dipimpinnya tombak itu menjadi tumpuan pertahanan dirinya. Kepiawaian Khalid memainkan pedangkah? Tenaganya yang kuatkah? Atau memang benar pedangnya diturunkan dari langit? Rasa penasaran panglima Romawi ini makin menjadi-jadi. Dia seperti baru menemukan lawan tanding yang setimpal.

Dengan cepat dia ganti mengambil pedang besarnya. Kali yang kedua Gregorius berdecak kagum pasalnya dia merasa Khalid memberinya kesempatan untuk berancang-ancang karena dalam benak dia petarung sekaliber Khalid pastinya akan segera menyudahi duel itu disaat musuhnya lengah. Tetapi ternyata Khalid tidak melibas habis lawannya padahal kesempatan itu ada. Sikap patriot sejati tidak selamanya tercermin dari kegarangan menebas batang leher musuh. Ada kalanya kelembutan mengukir bukti atas sikap ksatria.

Akhirnya kedua paglima itu saling mendekat sampai-sampai kedua kepala kuda mereka saling bertemu. Saat itulah panglima Gregorius menyempatkan diri berdialog dengan Khalid:

“Ya Khalid, coba katakan dengan sebenar-benarnya dan jangan bohongi saya. Apakah benar Allah telah turun kepada Nabi anda dengan membawa pedang dari langit, lalu menyerahkannya kepada anda, sehingga anda memperoleh julukan “Pedang Allah”? Saya tahu setiap anda mencabut pedang itu, maka tidak ada lawan yang tidak tunduk!”

“Semua itu tidak benar!” tukas Khalid dengan singkat seraya tetap mempermainkan pedangnya untuk menangkis serangan pedang panglima Gregorius.

“Lantas mengapa anda dijuluki Pedang Allah?” tanya Gregorius lagi. Dan bagaikan tumbuh saling pengertian, keduanya kemudian menghentikan ayunan pedang. Keduanya tegak berhadapan di tengah laga, masih tetap bersiaga, dan meneruskan dialog.

“Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia mengutus seorang Nabi kepada kami. Semula kami menentangnya dan memusuhinya. Sebagian dari kami beriman dan mengikutinya. Saya termasuk pihak  yang mendustainya dan memusuhinya, tetapi kemudian Allah menurunkan hidayah ke dalam hatiku. Sayapun beriman dan menjadi pengikutnya. Rasulullah SAW berkata kepadaku: ‘Ya Khalid, engkau  adalah sebuah pedang di antara sekian banyak pedang Allah yang terhunus untuk menghadapi kaum musyrikin!’ Ia mendoakan saya supaya tetap menang. Sebab itulah aku dijuluki ‘Pedang Allah’ …” Khalid menuturkan apa adanya.

“Saya menerima keterangan anda itu dan tidak lagi percaya dengan segala legenda tentang diri anda,” ujar Gregorius yang kemudian meneruskan pertanyaannya.

“Di dalam tugas dakwah anda, apa sajakah yang anda sampaikan?”

“Mengakui bahwa tiada yang patut disembah selain Allah, dan mengakui bahwa Muhammad itu Rasul Allah, dan berikrar dalam hati bahwa ajarannya itu datang dari Allah.”

“Jika seseorang tidak bersedia menerimanya?”

“Membayar jizyah, mengakui kepemimpinan Islam, dan setelah itu kami berkewajiban menjamin hak miliknya, jiwanya dan juga kepercayaan, keyakinan, agama yang dianutnya!”

“Jika ia tetap tidak mau menerimanya?”

“Pilihan akhir adalah perang, dan kami siap untuk itu!” jawab Khalid singkat-singkat, jelas dan tegas. Sementara di kedua kubu pasukan yang masih bertanya-tanya tentang apa yang tengah terjadi di dalam perang tanding itu, panglima Gregorius meneruskan lagi dialognya,

“Bagaimanakah kedudukan seseorang yang menerima Islam pada pilihan pertama pada hari ini?”

“Kedudukan dan derajat bagi kami hanya satu di antara dua, yaitu apa yang ditetapkan oleh Allah. Mulia atau hina. Tak peduli ia menerima Islam lebih dulu atau belakangan!”

“Jadi, orang yang menerima Islam pada hari ini, ya Khalid, apakah sama kedudukannya dengan yang lain dalam segala hal?”

“Ya, Anda benar!”

“Mengapa bisa sama ya Khalid? Padahal anda sudah lebih dulu Islam dari padanya?”

“Kami memeluk Islam dan mengikat bai’at dengan Rasul Muhammad SAW. Ia hidup bersama kami, dan kami menyaksikan kebesaran dan mu’jizat-mu’jizatnya, hingga beliau wafat. Sedangkan orang yang menerima Islam pada hari ini, tidak pernah berjumpa dengan beliau dan tidak pernah menyaksikan semua itu. Jika orang itu menerima Islam dan menerima kerasulan Muhammad dan pembenarannya itu jujur serta ikhlas, maka sesungguhnya ia jauh lebih mulia dari pada kami!”

“Ya Khalid, keterangan anda sangat benar! Anda tidak menipu, tidak berlebih-lebihan dan tidak membujuk. Demi Allah, saya menerima Islam pada pilihan pertama!”

Seraya menuntaskan dialognya, panglima Gregorius melemparkan perisainya dan menyarungkan pedangnya. Ia bersama Khalid kemudian berjalan beriring menuju kubu perkemahan pasukan muslimin. Pasukan Romawi terkejut, mereka menyangka Gregorius telah ditaklukkan dan ditawan oleh Panglima Islam yang masyhur itu, yang kehidupannya nyaris menjadi sebuah legenda. Mereka panik, dan serunai perang pun ditiup guna mempersiapkan serangan besar-besaran terhadap pertahanan umat Islam.

Sementara itu, di hadapan ratusan ribu pasukan Romawi dan Muslim, Gregorius menyatakan diri masuk Islam. Panglima Gregorius bersyahadat dan minta pengajaran Islam di dalam kemah kaum muslimin. Setelah itu ia minta disediakan air bersih untuk  berwudhu. Untuk pertama kalinya ia melaksanakan sendi ajaran Islam yang kedua, shalat dua rakaat!

Setelah selesai mengerjakan shalat, maka Khalid bin Walid bersama dengan Gregorius Teodorus dan kaum Muslimin lainnya meneruskan peperangan sampai matahari terbenam dan di saat itu kaum Muslimin mengerjakan shalat Dzuhur dan Ashar dengan isyarat saja.

Subhanallah! Khalid bin Walid menundukkan Gregorius bukan dengan ketajaman pedangnya, tapi dengan kejujuran dan sikap sportifitasnya. Hal ini sebenarnya pernah berlaku pada diri Khalid sendiri. Khalid adalah lakon penting dibalik ambruknya kaum muslimin di perang Uhud. Berikutnya, bukan hunusan senjata yang membuatnya bertekuk lutut, kelembutan dakwah yang menjadikannya mukmin sejati. Dialah pedang Allah (Saifullah) yang menyiarkan Islam hingga membuka mata dunia. Alhasil, Rasulullah saw tidak membutuhkan kilatan pedang untuk menundukkan orang yang ganas. Cukup menyiraminya dengan kasih sayang. Dan pesona kelembutan sanggup melelehkan hati yang membatu sekalipun.

Sementara di luar kemah, pertempuran mulai berkecamuk. Kedua pihak mengerahkan kekuatan manusia, senjata dan strateginya. Di tengah-tengah sengitnya suara denting pedang dan raungan nafas yang terputus, tiba-tiba majulah dua orang panglima pasukan muslimin. Keduanya berdampingan dan saling bahu membahu. Mereka adalah Khalid bin Walid dan Panglima Gregorius Teodorus yang telah bersyahadat.

Pertempuran berlangsung selama dua hari. Medan laga telah bersimbah darah. Pekikan takbir dan kobaran semangat sambung menyambung tak putus-putusnya, seiring dengan tumbangnya tubuh-tubuh tak bernyawa ke permukaan bumi. Pasukan Romawi pada hari itu merasakan pedihnya sebuah kekalahan. Tentaranya kocar-kacir dan meninggalkan 50.000 jasad pasukan mereka yang bergelimpangan di medan laga. Di tengah rasa syukur kemenangan, kaum muslimin juga harus membayar mahal dengan merelakan 3000 orang syahidnya.

Pasukan Romawi mengalami kekalahan telak di tangan kaum muslimin. Mereka kehilangan 50.000 tentaranya. Pasukan Romawi kocar kacir, mereka mencari perlindungan di Damascus, Antokiah dan Caesarea serta ada juga yang turut serta dengan Kaisar Heraklius ke Constantinople. Pertempuran sehari itu meninggalkan cacatan hitam dalam sejarah perang Romawi yang sukar dipadamkan dalam sejarah. Mereka kalah telak dari pejuang yang kecil bilangannya dengan peralatan perang yang jauh ketinggalan dibanding mereka.

Dalam pertempuran itu, Gregorius yang telah bergabung dengan barisan kaum Muslimin itu terbunuh, dan dia hanya baru mengerjakan shalat dua rakaat bersama dengan Khalid bin Walid. Walaupun demikian, ia telah menyatakan keIslamannya dan berjanji untuk tidak akan kembali lagi kepada agama lamanya.

Di sebuah lembah berbatu, panglima Khalid bin Walid tertunduk sedih, haru dan sekaligus bangga. Di hadapannya terbujur jasad asy-syahid Gregorius Teodorus dengan puluhan luka di sekujur tubuhnya. Gregorius syahid di tangan bekas pasukannya sendiri. Namun pasukan Islam mencatat kemenangan besar di Yarmuk, meskipun sejumlah sahabat meninggal di sana. Di antaranya adalah Juwariah, putri Abu Sofyan.

Gregorius telah syahid. Panggilan fitrah telah membimbingnya kepada Islam. Kepada iman yang benar. Gregorius tak membutuhkan diskusi yang bertele-tele dan melelahkan untuk menerima Islam. Keberanian, kejujuran, sportifitasnya dan kehebatan strategi perang Khalid telah membawanya kepada pintu gerbang hidayah Islam.

Mantan panglima Romawi ini menjadi saksi atas agama mulia ini yang akan berkembang pesat justru berkat perilaku santun pemeluknya yang lekas menarik simpati berupa untaian indah akhlak dan kepedulian tinggi terhadap lingkungan. Terbukti bahkan dalam peperangan, etika sosial sangat dijaga. Harkat kemanusiaan tetap terpelihara dalam bingkai kasih sayang. Tidak merusak fasilitas umum, tidak menggangu wanita, orang tua dan anak-anak, dilarangnya menebang tanaman, tidak membunuh lawan yang sudah menyerah dan berbagai perilaku indah lainnya, sehingga musuh pun terpikat seraya berseru, “Betapa indah ajaran ini!”

Dan tentunya keindahan persaudaraan dalam Islam dirasakannya seperti ikan yang mendapatkan airnya kembali. Begitupun pertemanannya dengan Khalid walau terbilang singkat tapi dirasakannya begitu akrab.

Sejarah mencatat bahwa Gregorius Teodorus adalah seorang muslim yang sepanjang hayatnya dapat merasakan manisnya iman dan jihad sekaligus yaitu saat detik-detik dua kalimat syahadat diikrarkan. Dan seperti mendapat pasokan energi yang besar, Gregorius langsung berbalik memerangi pasukannya sendiri dengan semangat jihad.


Read more...

Sekilas Jejak Almarhum KH Sahal Mahfudz

0 comments

Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Sahal Mahfudz meninggal dunia, Jumat (24/1/2014) sekitar pukul 01.05 WIB. Beliau meninggal dalam usia 76 tahun setelah beberapa waktu sakit.

Berikut adalah sekilas rekam jejak pemimpin Pondok Pesantren Mathali'ul Falah yang juga adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.

Lahir dengan nama Muhammad Ahmad Sahal bin Mahfudz bin Abd Salam Alhajaini, Kyai Sahal merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Beliau lahir di Desa Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah, pada tanggal 17 Desember 1937. 

Embah Sahal, panggilan untuk KH Sahal, dikenal sebagai ulama NU dengan kecintaan luar biasa terhadap buku. Koleksinya disebut hampir 2.000 buku. Beberapa karya juga pernah dilahirkan oleh beliau. Kiai Sahal adalah salah satu yang lantang menyuarakan fikih sosial, sebuah pemikiran yang memadukan ajaran agama dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Berpusat dari pesantren, Kiai Sahal mendorong kehidupan masyarakat di Desa Kajen melalui pengembangan pendidikan, ekonomi, dan kesehatan. Meski hanya sebuah desa di Pati, Jawa Tengah, Kajen memiliki tak kurang dari 40 pesantren, termasuk Mathali'ul Falah.

Gelar doktor honoris causa disematkan kepada Kiai Sahal pada 18 Juni 2003 untuk pengembangan ilmu fikih sosialnya. Doktor kehormatan itu datang dari Universitas Negeri Syarif Hidayatullah.

Berdasarkan informasi dari situs NU Online, mengutip sekretaris pribadi almarhum, Muhammad Najib, rencananya Kiai Sahal akan dimakamkan Jumat pagi, di Kajen. "Paling cepat pukul 09.00 WIB," tulis NU Online, mengutip Najib.

Read more...

Gagasan LIPI supaya Jakarta Bebas Banjir

0 comments
Banjir sudah menjadi langganan Jakarta sejak zaman Belanda. Saking seringnya, saat ini dikenal mitos banjir lima tahunan, yang diantaranya terjadi pada tahun 2002, 2007, dan 2013. 

Beragam upaya dilakukan untuk mencegah banjir. Namun, banyak yang masih upaya jangka pendek, seperti sodetan Ciliwung hingga modifikasi cuaca.

Peneliti senior Pusat Penelitian Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jan Sopaheluwakan, mengatakan perlunya upaya jangka panjang untuk membebaskan Jakarta dari banjir.

Dalam konferensi pers "Skenario Mengatasi Banjir Jakarta", Kamis (23/1/2014), Jan memaparkan konsep pembangunan Jakarta agar bebas dari masalah banjir.

Salah satu langkah yang menurutnya penting adalah membawa masyarakat kelas menengah kembali tinggal di kota.

"Mereka yang menggerakkan ekonomi. Tapi, selama ini mereka tinggal di pinggiran Jakarta. Untuk tempat tinggal, mereka menyita ruang hijau," kata Jan.

"Masalah lain yang muncul karena tinggal di pinggiran adalah soal transportasi yang juga soal polusi dan subsidi BBM," imbuhnya.

Dengan membawa masyarakat kelas menengah kembali ke kota, ruang hijau untuk daerah serapan di wilayah selatan Jakarta bisa dipertahankan atau dikembalikan.

Jakarta, kata Jan, masih sangat mampu menampung warga yang berjumlah 9 juta. Yang diperlukan adalah rekayasa ruangan.

Singapura saat ini masih lebih padat dari Jakarta. Kepadatan penduduk mencapai 497 per hektar sementara Jakarta hanya 207 per hektar.

Namun, kata Jan, ruang yang dipakai untuk hunian di Singapura jauh lebih rendah. Jakarta mencapai 65 persen total wilayah sementara Singapura hanya 12 persen.

Agar bisa menampung warga dalam jumlah besar di wilayah yang lebih kecil, Jan memaparkan perlunya transformasi kampung atau hunian di Jakarta.

Hunian di Jakarta kini cenderung konvensional, horizontal, masih gaya kampung. Warga masih berpandangan bahwa memiliki hunian juga harus memiliki tanah.

Perlu ada perubahan sehingga hunian di Jakarta lebih menyesuaikan tantangan kota. Hunian masa depan bersifat vertikal.

Langkah lain yang diperlukan selain membawa masyarakat kelas menengah ke kota adalah mengelola air yang masuk di Jakarta.

Jan mengatakan, untuk mengelola air, solusinya bukan dengan membuat sodetan, tetapi dengan menyediakan ruang penampungan bagi air yang masuk.

Kosepnya, wilayah selatan Jakarta, dengan batasnya utaranya adalah Gambir, dibuat menjadi area penyerapan air atau ruang hijau. 

Sementara, wilayah Gambir ke utara dibuat menjadi ruang biru dimana air dikelola dalam kanal-kanal.

Dua langkah lagi yang diperlukan adalah pengelolaan transportasi dalam kota serta pertahanan dari abrasi Laut Jawa dengan giant sea wall yang sudah direncanakan.

Waterfront City

Jan menyebut, pembangunan Jakarta bebas banjir bisa dilakukan dengan memulainya di sebagian wilayah Jakarta, misalnya di barat dan utara Jakarta.

"Batasnya dari Kali Pesanggrahan untuk di barat," ungkap Jan yang menyebut model Jakarta itu sebagai Waterfront City.

Dalam model itu, akan terdapat waduk buatan yang bisa menamung air sebanyak 10 - 15 juta meter kubik saat banjir.

Waduk bisa dibuat di wilayah Jakarta Barat yang kini selalu terendam. Jan mengatakan, studi sudah dilakukan dan pembuatan waduk itu memungkinan.

"Di wilayah itu nanti kita bangun rumah susun, ada yang untuk kelas menengah atas dan ke bawah," jelasnya.

"Di sana tidak ada mobil yang boleh masuk. Warga akan berhenti di pinggrian wilayah lalu akan naik transportasi publik yang disediakan. Jalan Panjang akan menjadi median way," imbuhnya.

Transportasi publik akan terkoneksi dengan perkantoran dan wilayah hunian. Bukan cuma kereta, transportasi yang tersedia juga berupa water way.

Model Jakarta sebagai kota yang berketahanan dan bebas banjir itu dibangun di wilayah seluas 700 hektar. 

Dari total wilayah, hanya 300 hektar yang menjadi ruang hunian dan bangunan. Sebanyak 200 hektar adalah ruang biru dan 300 hektar lainnya untuk ruang hijau.

Wilayah yang dibangun tersebut di kemudian hari bukan hanya menjadi wilayah hunian, tetapi juga sekaligus ikon metropolitan Indonesia.

Wilayah itu akan terkoneksi dengan bandara. Warga asing yang datang dan masuk ke kota akan mengelilingi daerah yang disebut Jan sebagai "Blue Green Metropolis Jakarta 2030" itu.

"Ini akan kita jadikan percontohan terlebih dahulu. Nanti kalau berjalan kita bisa kembangkan lebih luas di wilayah Jakarta lainnya," ungkapnya.

Visioner, tetapi Mungkinkah?

Jang mengakui, perubahan besar yang akan dilakukan pada Jakarta sangat radikal dan memiliki banyak tantangan.

"Tapi sebenarnya, secara ekonomi ini sangat mungkin, secara politik mungkin, dan secara sosial, walaupun tantangannya besar, juga masih mungkin," ungkap jan.

Menurut Jan, yang diperlukan dari sisi politik adalah komitmen untuk mengubah Jakarta menjadi kota lebih baik. "Setidaknya butuh dua periode pemerintahan daerah yang konsisten," katanya.

Tantangan sosial adalah yang paling besar. Namun, pemerintah daerah sebenarnya bisa menawarkan opsi kepada warga.

Untuk relokasi warga, pemerintah bisa membangun hunian sementara. Setelah gagasan kota tersebut terwujud, warga bisa kembali.

Relokasi untuk industri yang ada di jakarta, kata Jan, akan lebih mudah asal pemerintah mampu memberi tawaran yang baik.

"Memang ini butuh pengorbanan. Kita bisa pilih 5 atau 10 tahun berkorban atau terus mengalami kondisi seperti sekarang," kata Jan.

Konsep pembangunan Jakarta seperti yang diungkapkan Jan sebenarnya sudah memenangkan lomba yang diadakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemerintah daerah DKI Jakarta.

"Jadi mereka seharusnya juga sudah mengetahui. Tinggal mewujudkan apa yang sudah dilombakan," pungkas Jan.

Read more...
Wednesday, 15 January 2014

Tips Anti Futur Agar Kembali Semangat Berdakwah

0 comments
1. Harus memahami dan menyadari tujuan aktivitas kita

contoh: seorang pengemban dakwah tidak punya waktu futur dalam mengkaji Islam apabila ia sadar dan paham bahwa dengan aktivitasnya tersebut akan membangkitkan pemikirannya sehingga akan bisa memahamkan umat untuk tegaknya Hukum Allah


2. Baca al-Qur'an dan as-Sunnah serta terjemahannya

Qalbu yang tidak diisi dengan Al-Qur'an laksana rumah yang bobrok, bacalah dan pahami maknanya insyAllah akan mengingatkan kita akan perjuangan ini


3. Bacalah Sirah Nabawiyah

Kita dan para pejuang Islam terdahulu sama-sama menginginkan surga, dan dengan membaca dan membayangkan perjuangan mereka dalam benak kita, akan membuat kita mengukur pengorbanan dan izzah yang kita lakukan sekarang dengan mereka sebagai seorang muslim. Bukankah hari ini harus lebih baik dari hari kemarin?


4. Kunjungi dan mintalah nasehat kepada orang-orang yang mampu memberikan semangat dan nasehat

Karena jiwa selalu perlu re-charge, selain itu kita juga dapat mengunjungi kajian-kajian Islam, training, dan acara-acara Islam lainnya


5.Jika mungkin, sejenak meluangkan waktu untuk beristirahat dan menenangkan diri

Bukan berarti perlu waktu khusus untuk berlibur atau cuti, karena perjuangan Islam tidak mengenal istilah libur dan cuti. Lakukan hal yang sederhana (yang bermanfaat di rumah misalnya) atau bertafakur alam. Setelah pikiran kembali tenang, buatlah resolusi sebagai perubahan

6. Tabel Kontrol Aktivitas

Tabel ini berisi list-list harian (ibadah) yang harus istiqomah kita jalankan (seperti: sholat wajib, sholat rawatib, baca Al Qur'an dan menghapalkannya, dll) dan dari sini kita akan mengukur sejauh mana kita bisa konsisten dalam menjalankan aktivitas ibadah. Tentunya boleh juga, agar lebih semangat kita memberikan reward untuk diri sendiri jika berhasil melaksanakan satu aktivitas dalam jangka waktu tertentu,

misal: Jika dalam satu bulan ini saya berhasil menghapal 1 juz, saya akan membeli gamis baru, buku Tafsir atau sesuatu yang baik lainnya.


7. Tentunya untuk melakukan hal-hal diatas tidaklah mudah, namun tips terakhir yang paling mujarab adalah PAKSAKAN SAJA!
Kita perlu menjerumuskan diri kedalam lubang kebaikan. JUS DO IT! Karena paksaan sangat diperlukan sebelum kita enjoy dengan aktivitas itu.

Dari Abdullah bin Amru, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Setiap amal memiliki puncaknya dan setiap puncak pasti mengalami ke-futur-an (keloyoan). Maka barang siapa yang pada masa futur-nya (kembali) kepada sunnahku, maka ia beruntung dan barang siapa yang pada masa futur-nya (kembali) kepada selain itu, maka berarti ia telah celaka.” (HR Imam Ahmad)

Read more...

Label

 
Wong Leces © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

Man Jadda Wajada. Siapa yang Bersungguh-sungguh Akan Berhasil