Tuesday, 21 February 2012

Bistip.com Mudahkan Titip-menitip Barang

0 comments
Aktivitas titip-menitip sejatinya sudah ada sejak zaman dahulu kala sebelum terciptanya internet dan alat komunikasi jarak jauh yang instan. Di era dengan mobilitas tinggi dan ketersediaan internet, solusi titip-menitip barang semestinya bisa lebih mudah.

Layanan baru di Bistip.com muncul dengan menggabungkan tradisi titip-menitip dan internet sehingga bisa memanfaatkan mobilitas tinggi manusia dengan kemudahan komunikasi instan jarak jauh. Di situs ini pengguna bisa melakukan aktifitas titip-menitip antar pengguna. Ada yang berlaku sebagai pihak yang bisa dititipi atau istilahnya adalah Bistiper, dan ada pengguna yang berlaku sebagai pihak yang mencari orang yang bisa dititipi atau Wanted Bistiper.

Jika melihat di halaman utama Bistip.com, ada beberapa menu yang juga merupakan fungsi utama dari bistip.com itu sendiri. Diantaranya adalah Post Rute Jalan, Post Wanted Bistiper, Cari Bistiper, dan Cari Wanted Bistiper. Menu Post Rute Jalan diperuntukkan bagi pengguna yang bersedia untuk dititipi dengan imbalan.

Misalkan ada pengguna yang ingin bepergian dari Bangkok ke Jakarta dan bersedia untuk dititipi, maka yang harus dia lakukan adalah melakukan post rute jalannya di menu ini dengan memasukkan "Dari Lokasi", "Tujuan Lokasi", "Tanggal Berangkat", "Tanggal Sampai", dan keterangan tambahan di field "Tambahan". Setelah di-post, maka akan ditampilkan di daftar bistiper dan pengguna lain bisa mencari serta meninggalkan komentar atau menuliskan pesan pribadi kepada yang bersangkutan.

Menu Post Wanted Bistiper berguna bagi pengguna yang telah mencari bistiper di menu "Cari Bistiper" dan tidak menemukan yang sesuai, sehingga pengguna tersebut bisa melakukan "permintaan" jika ada yang ingin melakukan perjalan ke rute tertentu. Misalkan seseorang ingin menitip dibelikan barang dari Batam untuk dibawakan ke Jakarta dan bersedia memberikan imbalan kepada yang bersedia dititipi, maka yang harus dilakukan oleh orang tersebut adalah melakukan post dari Batam ke Jakarta, tentukan waktu dan berikan keterangan tambahan.

Setelah di-post, maka akan ditampilkan di daftar Wanted Bistiper dan bisa dilihat oleh pengguna lainnya. Lalu menu Cari Bistiper dan Cari Wanted Bistiper berguna bagi orang yang ingin mencari orang yang bisa dititipi atau mencari orang yang memerlukan orang untuk dititipi. Selain dengan lokasi dan waktu , pengguna juga bisa melakukan pencarian dengan kata-kata yang terkandung di dalam keterangan tambahan . Misalkan anda hanya ingin mencari post yang berisi kata "brownies", maka akan ditampilkan post yang mengandung kata tersebut.

Banyak fitur lain yang bisa digunakan di bistip.com dan akan terus dikembangkan demi kenyamanan pengguna layanan ini. Misalnya, peningkatan fitur untuk kepercayaan seperti Rekening Bersama dari pihak bistip.com, fasilitas upload foto untuk membantu komunikasi deskripsi barang , penilaian dalam reputasi, dan lain-lain. 

Read more...
Friday, 3 February 2012

Lila Umami; dari Usaha Rantangan ke Juara Lomba Masak Nasional

0 comments
Mengandalkan Botok Lorjuk dan Sambal Keluak
Lila Umami menang karena keteguhannya untuk tak memakai vetsin dan hanya menggunakan bahan-bahan segar.
-------------------------
AGUNG PUTU I., Jakarta, dan M. IQBAL, Probolinggo
-------------------------
ISYARAT itu sebenarnya sudah disampaikan oleh chef terkenal William Wongso. "Ibu siap lho ya ke luar negeri," kata William setelah mencicipi masakan hasil olahan perempuan 49 tahun itu pada lomba masakan dan minuman daerah tingkat nasional di Nusa Dua, Bali, awal November lalu.

Tetapi, Lila yang mewakili Jawa Timur di event yang dihelat sebagai rangkaian ASEAN Fair untuk pembukaan KTT ASEAN +3 (Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok) tersebut, rupanya, tak memahami isyarat tersebut. Karena itu, dia tetap saja tak percaya diri begitu tiba waktu pengumuman pemenang.

Lila tak berani berharap muluk. Bagi dia, menjadi juara harapan saja sudah luar biasa. Maklum, sebagai pengusaha katering kelas rumahan, di lomba tersebut dia harus berhadapan dengan wakil 18 provinsi yang rata-rata berasal dari rumah makan besar atau hotel mewah.

Namun, hingga juara harapan selesai dibacakan oleh William, nama Lila Catering sama sekali tak ada. Begitu juga setelah peraih peringkat pertama dan kedua diumumkan. Lila pun gelisah.

Tinggal peraih peringkat pertama yang belum disebutkan. Lila sudah kehilangan harapan. Namun, apa yang sama sekali tak terbayangkan oleh perempuan yang memulai usaha katering pada 1987 itu terjadi: Lila Catering terpilih sebagai juara pertama.

"Saya seperti setengah sadar. Kaki langsung nggreweli (gemetar, Red)," kata perempuan yang kini berdomisili di Desa Kedung Dalem, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo, tersebut. "Semua juri juga kaget kalau yang menang ternyata katering rumahan," imbuh Lila yang berhak atas hadiah uang pembinaan Rp 10 juta dari Kementerian Perdagangan plus piagam atas prestasinya itu.

Keberhasilan di Bali tersebut memang benar-benar datang dari bawah, dari sebuah kerja keras yang dimulai 23 tahun silam. Pemicunya pun sangat sederhana, yang jamak dihadapi ibu rumah tangga di mana saja: keinginan menambah uang belanja plus dana pendidikan anak.

Maklum, suami Lila ketika itu, Rudi Alfanani, hanya bekerja sebagai tenaga lepas di Pabrik Gula (PG) Pajarakan. Gajinya kala itu tidak cukup untuk kebutuhan keluarga. Berbekal keahlian memasak, Lila mulai berjualan nasi dengan berkeliling di kampung asalnya, Desa Sukokerto, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo.

Sambil berjualan, Lila mulai bertanya kepada sejumlah tetangga tentang jumlah uang yang mereka habiskan untuk memasak per hari. Bermula dari survei sederhana itu, Lila menawarkan jasa rantangan.

Gayung bersambut. Ada lima ibu rumah tangga yang menggunakan jasa Lila memasak nasi untuk kebutuhan setiap hari. Dari tiap-tiap rumah tangga itu, Lila menerima Rp 3 ribu sehari untuk biaya masak. Uang itulah yang dia kelola agar bisa mencukupi kebutuhan sekaligus keluarganya bisa nunut makan gratis.

Usahanya terus berkembang hingga memiliki tiga warung. Namun, dia tak sanggup mengurusi warung sekaligus usaha rantangan. Akhirnya, warung ditutup serta dia berfokus menyuplai makanan untuk kalangan keluarga dan kantoran.

Jalan hidup Lila penuh gejolak. Pada 2003, dia berpisah dengan suaminya, Rudi Alfanani. Saat keluar dari rumah, dua buah hati hasil pernikahannya hendak ikut dengannya. Namun, Lila menolak. Lila meminta agar dua putrinya itu tinggal bersama sang mantan suami sampai dirinya sukses. "Saya keluar dari rumah nggowo awak tok (tidak membawa apa-apa, Red)," ungkap dia.

Lila kemudian memulai usaha katering pada 2005. Dia menyuplai makanan untuk instansi-instansi di Probolinggo. Sebagian besar pesta pernikahan dia garap. Lila harus bekerja ekstrakeras. Pernah salah seorang sopirnya terlambat datang. Akhirnya, mau tidak mau dia menyopiri sendiri truk yang mengangkut perlengkapan prasmanan.

Lila juga menjalankan usahanya dengan etika bisnis yang ketat. Dia tidak mau mengambil untung terlalu besar. Yang penting, untung tipis, tetapi berkelanjutan. "Kalau acaranya sudah sukses, baru boleh dibayar. Alhamdulillah, tidak ada yang nakalan. Semuanya beres, bahkan semakin banyak yang order," katanya.

Pada 2009, Lila akhirnya menikah untuk kali kedua dengan Joko Wiyono. Pernikahan tersebut seperti melengkapi hidupnya. Joko yang beranak satu itu merupakan seniman Probolinggo yang memahami seni dekorasi. Lila mengurusi masakan, Joko menangani dekorasi.

"Saya bersyukur atas semua itu. Saya orang ndeso, cuma bisa masak dari kukusan sama botok, kok ya bisa menang," ucap Lila, yang ketika ditemui akhir pekan lalu didampingi Kasi Pelayanan Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Probolinggo Andjar Noermala.

Di Bali, Lila mengandalkan masakan dari hasil laut khas Probolinggo. Yaitu, botok lorjuk, peyek kupang, urap-urap kupang, sate komo, dan botok mutiara bromo. Untuk masakan pendukung, Lila menyajikan opor ikan hiu, bebek goreng, rujak kebalan, sambal pencit, dan sambal keluak. Sedangkan untuk minuman, Lila membuat pokak, sinom, dan bongko menthuk.

Dari semua masakan itu, sambal keluak benar-benar membuat kaget William. "Saya bilang ke Pak William Wongso, caranya gampang. Cabai rawit dibakar, kemudian diulek dengan kluwek (keluak), dikasih garam, sudah," ucap dia. "Itu dimakan dengan bebek goreng buat dicocol," imbuhnya.

Selain William, juri lain terdiri atas Bondan Winarno, Vindex Tengker, Hein von Holsen (Australia), dan Henet de Neefe (Belanda). Mereka mendasarkan penilaian atas tiga segi. Salah satunya, otentisitas atau masakan dan minuman yang disajikan adalah produk unggulan daerah. Dua segi lain adalah cita rasa dan cara penyajian makanan. Otentisitas dan cita rasa memiliki persentase penilaian 40 persen masing-masing. Sedangkan bobot cara penyajian sebesar 20 persen saja.

"Sebelum berangkat ke Nusa Dua, sudah ada geladi bersih. Mencicipi masakan yang akan dilombakan di panti PKK," kata Andjar, mengawali cerita.

Selain persiapan yang matang itu, Lila menuturkan bahwa rahasia menjadi juara sebenarnya cukup sederhana. Selama meniti karir di dunia kuliner, dia sangat antivetsin. Kalau ingin masakan gurih, harus rela menggerus rempah-rempah untuk menajamkan rasa.

Itulah kenapa, begitu masakannya dicecap lidah para juri, rasa yang keluar adalah rasa asli. Di antara beberapa peserta lain, ada yang menggunakan jalan pintas dengan membubuhkan vetsin pada masakan. Namun, lidah para juri tidak bisa ditipu. "Ini yang kami cari, rasanya maknyus," kata Lila, menirukan Bondan saat merasakan masakannya.

Rahasia lain kemenangan Lila adalah bahan-bahan yang segar. Dia tidak mau saat hari H penilaian, semua masakan hanya dihangatkan karena dimasak pada hari sebelumnya. Semua bahan-bahan masakan dibawa langsung dari Probolinggo. Mulai udang untuk bumbu-bumbu, rempah-rempah, hingga ikan hiu yang akan dijadikan opor.

Karena ngotot memasak pada hari H, Lila harus bekerja ekstrakeras. Tepat setelah salat Subuh, duta kuliner Probolinggo tersebut mengajak lima orang kru yang dibawa dari kampung halaman mulai memasak. Semua proses memasak itu rampung pada pukul 10.00. Selain memaksimalkan rasa, mereka harus mengatur dekorasi kuliner.

Untuk bisa sampai di Bali, Lila memulainya dengan mengikuti lomba memasak se-eks Karesidenan Probolinggo. Dia meraih peringkat ketiga. Lalu, bersama peraih peringkat pertama dan kedua, dia berlomba di tingkat Jawa Timur dan menang sehingga berhak mewakili provinsi ke level nasional.

Kini Lila tinggal menikmati buah dari kerja kerasnya. Selain usaha katering yang terus menggurita, dia memiliki sejumlah properti. Antara lain, tujuh unit rumah yang dia kontrakkan dan beberapa rumah kos. Dia berharap, masa tuanya bisa dihabiskan dengan berkumpul bersama keluarga dalam kebebasan finansial.

Dengan mantan suaminya pun, Lila sangat baik. Bahkan, dia ikut mengurusi ayah dari dua anaknya itu. Kadang sang mantan suami ikut membantu mengantarkan katering. "Saya harus tetap ngopeni. Dia juga bagian hidup saya," katanya.

 jpnn.com

Read more...

Label

 
Wong Leces © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

Man Jadda Wajada. Siapa yang Bersungguh-sungguh Akan Berhasil