Showing posts with label Leces. Show all posts
Showing posts with label Leces. Show all posts
Tuesday, 28 February 2017

Fasilitas Kota Leces

0 comments


Pasar
1. Pasar Leces
2. Pasar Hewan Leces


Minimarket
1. Swalayan K4L Leces
2. Toko Basmalah Kerpangan
3. Indomaret Leces 1
4. Indomaret Leces 2
5. Indomaret Sumberkedawung 1
6. Indomaret Sumberkedawung 2
7. Indomaret Karang Anyar, Clarak
8. Indomaret Jorongan
9. Alfamart Sumberkedawung
10. Alfamart Clarak
11. Alfamart Jorongan



SMP/MTS
1. SMPN 1 Leces
2. SMPN 2 Leces
3. SMP Taruna Dra Zulaeha
4. SMP Islam Terpadu Al Amri
5. SMP Progresif Khairo Ummah
6. SMP Darul Ulum
7. SMP Islam Darul Ulum
8. SMP Islam Miftahul Ulum
9. SMP Nurus Sahid
10. SMP Islam Al Barokah
11. Zainul Hasan 2
12. MTS Al Khoiriyah
13. MTS Zainul Irsyad
14. MTS Miftahul Ulum
15. MTS Hidayatul Islam
16. MTS Nurur Rahmah
17. MTS Sullamul Hidayah
18. MTS Thoyyib Hasyim
19. MTS Nurul Ulum
20. MTS Hikmatul Ulum
21. MTS Al Falah
22. MTS Zainul Hasan 4
23. MTS Nurul Hikmah

SMA/SMK/MA
1. SMAN 1 Leces
2. SMA Taruna Dra Zulaeha
3. SMA Islam Terpadu Al Amri
4. SMA Islam Zainul Hikam
5. SMK Nurus Sahid
6. SMK Hidayatul Islam
7. SMK Al Falah
8. MA AL Khoiriyah
9. MA Nurur Rahmah
10. MA Sullamul Hidayah
11. MA Thoyyib Hasyim
12. MA Hikmatul Ulum

Perguruan Tinggi
1. Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Taruna



Puskesmas
1. Puskesmas Leces
2. Puskesmas Jorongan
3. Puskesmas Pembantu Pondok Wuluh



Bank
1. Bank BRI KCP Leces & ATM
2. Bank Jatim KCP Leces & ATM 
3. Bank Mandiri KCP Leces & ATM
4. Kantor Pusat Bank Angga
5. ATM BCA
6. ATM BNI



Masjid
1. Masjid Besar Syarifudin
2. Masjid Arrahmah
3. Masjid Attaqwa



Terminal
1. Sub Terminal Jorongan



Stasiun
1. Stasiun Leces (KA Probowangi menuju Surabaya, Sidoarjo, Bangil, Pasuruan, Probolinggo, Jember, Banyuwangi)



Tol Trans Jawa
1. Gerbang Tol Probolinggo Timur (menuju Surabaya, Malang, Jakarta, Merak)



Perumahan
1. Perum Leces Permai
2. Perum Leces Indah



Dealer Sepeda Motor
1. Sepeda Motor Honda:Sumber Kencana Motor (Penjualan, Pemeliharaan, Suku Cadang)
2. Sepeda Motor Yamaha:Leces Motor (Sales, Service, Spare Part)



Pegadaian
1. Pegadaian Leces

Ekspedisi
1. Kantor Pos Leces
2. JNE Leces
3. J&T Leces



Telkom
1 Telkom Leces



PDAM
1. PDAM Leces



SPBU
1. SPBU Pertamina Clarak
2. SPBU Pertamina Malasan



Sarana Olahraga
1. Lapangan Sepak Bola Tigasan
2. Lapangan Futsal Jaya Abadi
3. Lapangan Futsal Ayu Rezeki



Tempat Wisata
1. Waterpark Ayu Rezeki



Read more...
Wednesday, 4 June 2014

Leces Genjot Produksi Kertas Serat Abaka

0 comments
Probolinggo - PT Kertas Leces berhasrat menjadi pemain kelas dunia dengan menggenjot produksi kertas serat abaka atau pulp abaca. Juru bicara PT Kertas Leces, Cilik Sukaryadi, mengatakan perusahaan menargetkan produksi pulp abaca hingga 100 ribu ton per tahun. "Ini program jangka panjang," kata Cilik kepada Tempo di Probolinggo, Selasa, 3 Juni 2014. 

Program jangka panjang tersebut yakni rencana pembuatansecurity paper dan specialty paper. Cilik mengakui kegiatan operasional Leces saat ini tidak stabil karena permasalahan modal. "Tapi kami optimistis untuk program jangka panjangnya," katanya.

Cilik mengatakan, dengan memproduksi security paper dan specialty paper serta abaca pulp, margin yang diperoleh Leces cukup tinggi. "Akan membawa dampak yang luar biasa bagi perkembangan Leces ke depan," katanya. Leces, kata dia, bukan hanya eksis, tapi akan lebih berkembang menjadi pemain kertas dan serat abaka kelas dunia. 

Di Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, kata Cilik, Leces telah bekerja sama untuk mengelola 250 hektare lahan bagi pohon pisang abaka. Setiap hektare bisa memuat 900 pohon. "Setiap pohonnya anakannya bisa sepuluh."

Saat ini kebutuhan serat abaka di dunia mencapai 600 ribu ton per tahun sehingga menjadi peluang bagi Leces untuk ikut bermain di dalamnya. Selama ini serat abaka di dunia paling banyak disuplai oleh Filipina.

Read more...
Monday, 16 December 2013

RNI Akan Akuisisi Pabrik Kertas Leces

0 comments
Jakarta - (ANTARA News) - PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Persero akan mengakuisisi pabrik kertas terpadu PT Kertas Leces (Persero) untuk membangkitkan kembali perusahaan tersebut.


"RNI sudah menyampaikan usulan untuk mengambilalih Kertas Leces. Usulan kami terima tinggal menetapkan prosedur pengambilalihannya saja," kata Menteri BUMN Dahlan Iskan setelah Rapat Pimpinan Kementerian BUMN di Pusdiklat Bank BRI, Ragunan, Jakarta, Kamis.



Menurut Dahlan, Kementerian mendukung penyelematan Kertas Leces, karena perusahaan ini dalam kondisi sulit untuk beroperasi secara normal.



"Saat ini total utang Leces mencapai sekitar Rp1,5 triliun, terdiri atas utang kepada negara termasuk kepada pihak ketiga seperti kepada keluarga Endang Mokodompit yang mencapai sekitar Rp800 miliar," ujarnya.



Meski demikian, kata Dahlan, dalam hal pengambilalihan Leces, nantinya akan ditinjau kembali apakah utang-utang tersebut benar-benar ada, atau utang karena "permainan" di masa lalu.



"Kalau utang kepada negara bisa dijadikan saham, tapi utang kepada pihak ketiga harus diklarifikasi kembali," ujarnya.



Sesungguhnya, ujar Dahlan, Leces merupakan salah satu BUMN yang masuk dalam program revitalisasi dan restrukturisasi, namun belum menunjukkan kemajuan, karena masih tetap dalam kondisi kesulitan keuangan untuk operasional.



Mantan Dirut PT PLN ini menuturkan, dalam usulan pengambilalihan tersebut, RNI akan membangun pabrik gula di Kertas Leces yang berlokasi di Probolinggo, Jawa Timur.



Pabrik kertas tertua kedua di Indonesia setelah Pabrik Kertas Padalarang ini memiliki lahan seluas 60 ha, sudah memiliki boiler, gudang, dan rel kereta ke kompleks pabrik, jadi sangat bagus untuk dibangun pabrik gula.



"Ide yang bagus, karena pemerintah membutuhkan setidaknya 15 pabrik gula baru untuk memenuhi swasembada gula nasional," kata Dahlan tegas.



Meski begitu, Dahlan menambahkan harus dipastikan bahwa Leces ketika diambilalih RNI utangnya sudah diselesaikan, agar tidak menjadi beban RNI.



Sementara itu, Direktur Utama RNI Ismed Hasan Putro kepada Antara mengatakan siap mengakuisisi Kertas Leces.



"Beberapa hari lalu manajemen Kertas Leces sudah kita undang untuk memaparkan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Berdasarkan itu pula kami segera menyelesaikan kajian untuk mengakuisisi Leces," kata Ismed.

Read more...
Thursday, 19 September 2013

Bupati Probolinggo Terharu Mendengar Pemulung Naik Haji

0 comments
Probolinggo - Kabar seorang nenek pemulung di Probolinggo bisa naik haji di 2013, akhirnya sampai juga ke telinga Bupati Probolinggo, Hj Tantriana Aminuddin. Tadi siang, Tantri bersama sejumlah pejabat bawahannya mendatangi kediaman Mbok Karyati (68) di Desa Pondok Wuluh Kecamatan Leces.

Tantri merasa trenyuh sekaligus terharu dengan keadaan Mbok Karyati yang sebenarnya. Di rumah usang yang kurang terawat, Mbok Karyati tinggal seorang diri. Ia berjuang hidup sendirian dengan menjadi seorang pemulung barang bekas plastik dan kertas.

Meski ada 4 anaknya yang telah hidup mandiri, Mbok Karyati tidak mau membebani, dan memilih berjuang hidup seorang diri dengan mengais rezeki dari barang bekas.

Luar biasanya, Mbok Karyati tidak hanya mandiri tapi juga bisa mengumpulkan uang untuk naik haji. Dan cita-citanya melihat Ka'bah secara langsung dikabulkan Allah pada tahun 2013 setelah 20 tahun menabung dari penghasilannya sebagai pemulung. Mbok Karyati akan berangkat pada 29 September 2013 melalui kloter 43 embarkasi Juanda.

Semangat juang yang tinggi dan niat yang tulus inilah yang menjadi inspirasi bagi semua orang termasuk Bupati Probolinggo, Hj. Tantriana Aminuddin.

"Mbok Karyati ini menjadi contoh bagi kita semua. Semangatnya begitu tangguh dan niatnya sangat tulus. Ini adalah panggilan Allah dan Mbok Karyati akan memenuhi panggilan-Nya," ujar Tantri dengan nada terharu.

Dalam kunjungannya itu, Tantri memberikan santunan uang untuk tambahan bekal ibadah haji kepada Mbok Karyati.

Read more...
Saturday, 31 August 2013

Kisah Seorang Pemulung yang Bisa Naik Haji

0 comments
Probolinggo - Niat dan usaha yang sungguh-sungguh akan mengantarkan seseorang pada sesuatu yang dicita-citakannya. Inilah yang diyakini dan dilakukan Mbok Karyati, seorang pemulung asal Probolinggo. 


Meski secara logika pekerjaannya adalah pekerjaan rendahan, namun nenek 68 tahun ini ternyata bisa mencapai cita-citanya yakni menunaikan rukun Islam yang kelima, haji. 


Untuk bisa mencapai keinginannya itu, Mbok Karyati telah bekerja sangat keras. Selama 20 tahun, wanita paruh baya yang tinggal di Desa Pondok Wuluh, Kecamatan Leces, Probolinggo ini menyisihkan sebagian jerih payahnya sebagai pengais barang bekas plastik dan kertas. 


Janda renta yang mempunyai 4 orang anak ini berkeyakinan bahwa ia bakal bisa naik haji layaknya orang-orang berduit. "Memang penuh perjuangan. Karena saya harus menabung selama 20 tahun lamanya. Saya yakin Allah pasti mengabulkan doa saya untuk bisa melihat Ka'bah secara langsung," ujar Mbok Karyati saat berbincang dengan detikcom di rumahnya, Rabu (18/9/2013).


Mbok Karyati bercerita, cita-cita naik haji itu sudah lama terpendam semenjak 2001 lalu. Saat itu ia masih punya toko kelontong di desanya. Masa-masa sulit dilewatinya saat usaha kelontongnya bangkrut di 2005. Untuk menyambung hidup, Mbok Karyati kemudian menjadi seorang pemulung. Meski pekerjaannya terbilang rendah, tapi itu tidak menyurutkan niatnya untuk bisa meraih cita-cita menunaikan ibadah haji.


"Ketika uang sudah terkumpul Rp 40 juta, ada seseorang yang meminjam dan tidak dikembalikan. Padahal saat itu sudah mau didaftarkan. Saya hanya bisa pasrah namun saya tidak mau putus asa," terang Mbok Karyati.


Bermodal sepeda buntut, Mbok Karyati keliling dari kampung ke kampung mengumpulkan barang bekas. Sebagian hasilnya digunakan untuk makan dan sebagian lain ditabung untuk bisa naik haji.


"Dalam sehari, upah memungut barang bekas sebesar Rp 10 ribu. Yang Rp 5 ribu ditabung dan yang Rp 5 ribu untuk makan," ujar Mbok Karyati.


Dan selama mengejar impiannya, Mbok Karyati tidak mau kumpul atau tidur di rumah anak-anaknya. Bukannya tidak sayang kepada anak dan cucu, namun nenek bercucu 12 orang ini tak mau mengganggu atau menjadi beban hidup anak-anaknya. 


Mbok Karyati lebih memilih tidur di toko usang miliknya. Terkadang pula tidur di mesjid desanya. "Kalau pas bersih-bersih masjid ada orang kasih rejeki, saya tabung," katanya. 


Usaha Mbok Karyati tak sia-sia. Semua hasil jerih payah dan keihklasan hatinya membawa Mbok Karyati berangkat haji di tahun 2013 ini. Mbok Karyati direncanakan akan berangkat tanggal 29 September 2013 melalui kloter 43 embarkasi Juanda.

Read more...
Wednesday, 6 February 2013

Website "BUMN Dhuafa" Tak Luput Serangan Hacker

2 comments

Serangan hacker terjadi pada halaman website PT. Kertas Leces di alamat http://www.kertasleces.co.id/. Serangan ini berupa deface yaitu mengganti halaman yang ada di alamat tersebut dengan halaman yang sudah disisapkan hacker. Pada sub halaman sendiri masih bisa dibuka di http://www.kertasleces.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=46&Itemid=76&lang=id, jadi informasi yang ada masih bisa dilihat oleh masyarakat pada umumnya dan investor pada khususnya.

Serangan pada website PT. Kertas Leces yang masih berusaha bangkit lagi menyelamatkan ribuan karyawan itu diduga terkait penahanan oleh kepolisian terhadap wildan yang telah men-deface website kepresidenan beberapa waktu lalu. Hal itu tersirat dalam pesan yang ditinggalkan hacker di website PT. Kertas Leces ini. Diharapkan admin website PT. Kertas Leces ini bisa membenahi situs webnya dalam waktu dekat agar tidak mengganggu performa bisnis PTKL yang sudah sering mati suri ini.
Read more...
Tuesday, 4 December 2012

Dahlan Pilih Temui 2.000 Karyawan Kertas Leces yang Tak Gajian Ketimbang ke DPR

0 comments
Kemarin, Menteri BUMN Dahlan Iskan absen dalam rapat dengan Komisi VII DPR soal inefisiensi PLN Rp 37 triliun di 2009/2010. Besok Rabu rencananya Dahlan akan dipanggil lagi, tapi Dahlan bakal absen lagi, kenapa?

Dahlan mejelaskan, dirinya lebih memilih menghadiri pertemuan dengan salah satu BUMN Dhuafa yakni PT Kertas Leces (Persero) di Probolinggo Jawa Timur. Rencananya Komisi VII DPR akan memanggil kembali Dahlan besok pukul 14.00 WIB.

Dikatakan mantan Dirut PLN ini, dirinya sudah berjanji untuk menemui karyawan Kertas Leces yang telah lama tidak pernah diperhatikan.

"Saya pilih Leces, karena dia ada 2.000 karyawan yang sudah nggak gajian yang menderita luar biasa. Itu luar biasa, janji saya ke karyawan (Kertas Leces)," tutur Dahlan di Kantor Pusat Waskita, Jakarta, Selasa (4/12/2012).

Seperti diketahui, kemarin Dahlan juga dipanggil oleh Komisi VII DPR untuk menjelaskan inefisiensi di PLN sebesar Rp 37 triliun saat menjabat Dirut.

Namun, 10 menit sebelum rapat dengan Komisi VII dimulai, Dahlan meninggalkan DPR untuk menghadiri rapat terbatas dengan Presiden SBY yang diselenggarakan mendadak.

Hal tersebut sempat membuat pimpinan rapat Komisi VII Effendy Simbolon marah.

Salam pesan singkatnya kepada detikFinance, Ketua Komisi VII DPR Sutan Bhatoegana membenarkan kalau Dahlan besok akan dipanggil kembali pukul 14.00. "Ya sekitar jam 2," tutur Sutan.
Read more...
Tuesday, 17 July 2012

Kerugian Pasar Leces Ditaksir Rp 6,5 Miliar

0 comments
Probolinggo - Pasca-kebakaran Pasar Leces yang meludeskan 400 dari 700 kios (bedak), Pemkab Probolinggo mulai menghitung kerugian material. Rusaknya bangunan fisik akibat kebakaran, Sabtu (14/7) lalu, diperkirakan sekitar Rp 6,5 miliar. “Itu nilai kerugian  bangunan fisik saja, belum termasuk barang dagangan,” ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya (DPUCK) Kabupaten Probolinggo, Prijono, Senin (16/7) pagi tadi.

Hingga kini belum diketahui berapa kerugian pedagang yang menempati 400 kios yang ludes terbakar. Dinas Pendapatan yang mengelola pasar di Desa Sumberkedawung, Kecamatan Leces itu hingga kini belum mendapatkan laporan lengkap menyangkut kerugian pedagang.

Berdasarkan pengamatan, kerusakan paling parah terlihat di bagian tengah pasar. Konstruksi baja yang menyangga bangunan pasar ambruk. “Kerugian fisik di bagian tengah pasar memang paling besar, sekitar Rp 5,1 miliar,” ujar Prijono.

Sementara itu kios-kios di bagian depan pasar (sisi utara) berupa bangunan bertembok kerusakannya lebih ringan. Prijono menaksir kerugian fisik bangunan di sisi utara itu sekitar Rp 1,2 miliar. “Kerugian fisik paling kecil di bagian belakang pasar, sekirtar Rp 67 juta,” ujarnya.

Agar aktivitas pedagang kembali normal, Pemkab Probolinggo segera membangun 400 bedak sementara. Biaya pembangunan 400 bedak dengan ukuran masing-masing 3 x 2,5 meter itu, kata Prijono, diperkirakan menelan biaya Rp 4,4 miliar.

Bedak permanen itu berupa sekat (dinding) dari kayu lapis (triplek), rangka bangunan dari kayu, berlantai semen, serta beratap asbes. “Pedagang gratis menempati bedak-bedak sementara itu sampai Pasar Leces dibangun kembali,” ujar Sekdakab, Nawi.

Sementara itu Bupati Hasan Aminuddin mengatakan, bedak sementara segera dibangun begitu polisi menuntaskan olah tempat kejadian perkara (TKP). Soalnya, Polres Probolinggo dibantu tim Laboratorium Forensik (Labfor) Mabes Polri Cabang Surabaya bakal turun ke lokasi pasar, Senin (16/7) hari ini.

“Begitu polisi menyelesaikan identifikasi, lokasi pasar dibersihkan. Barulah bedak-bedak sementara dibangun,” ujar bupati. Kerangka besi di reruntuhan pasar juga bakal dihibahkan kepada Paguyuban Pedagang Pasar Leces. ”Kami juga bakal memfasilitasi pinjaman modal Rp 10 juta tanpa agunan dari bank kepada pedagang yang kiosnya terbakar,” ujar bupati.

Didesak Mundur
Tidak berfungsinya hidran di Pasar Leces diduga kuat menjadi faktor yang memperparah kebakaran. Karena itu saat pertemuan dengan para pedagang Pasar Leces di kantor Camat Leces, Minggu (15/7) siang, Kepala Pasar Leces, Tulup, ’diadili’ para pedagang. Disayangkan Tulup tidak hadir dalam pertemuan itu.

”Saya sudah lama mengingatkan Kepala Pasar Leces agar hidran diujicoba dan disosialisasikan kepada pedagang. Kenyataannya tidak dilakukan, dan hidran tidak berfungsi saat terjadi kebakaran,” ujar Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Leces, Kusyono.

Kusyono mendesak Pemkab Probolinggo harus mengganti Kepala Pasar Leces. ”Tolong kepala pasar diganti dengan orang yang lebih baik,” ujarnya. Desakan serupa diungkapkan pedagang lain, Nurul Hadi. ”Sudah terjadi penyalahgunaan fungsi dan jabatan (kepala pasar, Red.). Buktinya hidran tidak berfungsi dibiarkan saja. Itu sebuah kezaliman,” ujarnya.

surabayapost.co.id
Read more...

Tim Forensik Diminta Meneliti Kebakaran di Pasar Leces

0 comments
Probolinggo - Kepolisian Resor Probolinggo, Jawa Timur, akan mengundang Tim Laboratorium Forensik (Labfor) Mabes Polri wilayah Surabaya untuk mengungkap kebakaran di Pasar Baru Leces, Kecamatan Leces, yang terjadi Sabtu (14/7/2012) lalu.

"Kami juga sudah memeriksa sejumlah saksi untuk dimintai keterangan," kata Kapolres AKBP Gatot Soegeng Soesanto, Minggu (15/7/2012).

Pada hari yang sama, Pemerintah Kabupaten Probolinggo mengumpulkan para pedagang yang kiosnya terbakar di Kantor Kecamatan Leces, guna mencari solusi untuk tempat berjualan pasca-kebakaran. Data terbaru di lapangan menyebutkan, sedikitnya 400 kios terbakar dari 700 kios yang ada.

Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin meminta kasus kebakaran Pasar Leces tidak dikaitkan dengan isu pemindahan pasar. Sebab, menurutnya, kebakaran tersebut adalah musibah yang tidak diharapkan siapapun. "Isu bahwa kebakaran berkait dengan pemindahan pasar adalah isu murahan yang tak jelas sumbernya," katanya.

Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Leces, Kusyono, mengaku telah mendengar isu pemindahan Pasar Leces di Desa Kedawung ke Desa Jorongan pada beberapa bulan lalu. Alasannya, jika musim hujan, Pasar Baru Leces becek dan tak enak dilewati. Namun, Kusyono mengaku tidak tahu darimana isu tersebut datang.

Read more...

Pasar Leces Ludes Terbakar

4 comments
Probolinggo - Pasar Leces di Kecamatan Leces, Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu, 14 Juli 2012, ludes terbakar. Api hingga Sabtu sore masih belum bisa dipadamkan.

Berdasarkan pantauan Tempo di lokasi, pasar di tengah permukiman padat penduduk ini hanya menyisakan puing-puing. Tinggal tiang-tiang penyangga serta kerangka yang terbuat dari besi saja yang terlihat berdiri, kendati sudah bengkok-bengkok.

Seluruh bagian bangunan yang berdiri runtuh. Api kini mulai melahap bagian depan bangunan pasar. Sejumlah petugas pemadam kebakaran masih terus berusaha untuk memadamkan api yang masih menyala.

Upaya pemadaman tampaknya harus menghadapi kendala angin yang bertiup kencang pada pagi hingga siang tadi. Angin kencang inilah yang diyakini membuat nyala api cepat merembet membakar tak kurang dari 50 los toko yang ada di dalamnya. Samin, pedagang sepatu yang memiliki los di dalam pasar, kepada Tempo siang ini mengatakan api diduga berasal dari bagian tengah pasar. "Dari toko barang pecah belah milik Pak Dullah yang berada di tengah pasar," kata Samin.

Garis polisi juga dipasang di sekitar lokasi kebakaran. Belum diketahui secara pasti berapa kerugian akibat kebakaran tersebut. Kepala Bagian Operasional Polres Probolinggo Ajun Komisaris Hadi Prayitno saat dihubungi Tempo belum bisa memperkirakan berapa kerugian akibat kebakaran tersebut. "Belum diketahui," kata Hadi kepada Tempo, Sabtu siang ini, 14 Juli 2012.

Pantauan Tempo, sejumlah sepatu serta botol plastik kosmetik yang terbakar banyak berserakan di samping pecahan kaca di sekitar pasar. Sejumlah warga juga terlihat mencari-cari barang yang berguna dari puing-puing yang berserakan.

Read more...
Monday, 2 July 2012

Mayat Itu Berjalan Lagi Bukan sebagai Kuntilanak

1 comments
APA kabar PT Kertas Leces (Persero)? Yang sudah lebih dari dua tahun mati suri? Yang selama itu nasib karyawannya tidak menentu? Yang diyakini tidak akan bisa hidup lagi kalau tidak digerojok uang negara Rp 200 miliar?
 
Sejak dua minggu lalu pabrik kertas yang sangat besar yang berlokasi di selatan Probolinggo ini mulai siuman. Tanda-tanda kehidupan sudah mulai kelihatan. Suara mesin sudah kembali menderu.
 
Leces hidup lagi!
 
Bukan sebagai mayat berjalan, tapi sebagai pasien yang sudah bisa dipaksa berjalan.
 
Semula negara sudah setuju kembali menggerojokkan Rp 200 miliar ke Leces. Tapi, ketika saya diangkat menjadi menteri BUMN, rencana penggerojokan itu saya minta ditunda. Saya ingin melihat dulu apakah benar persoalan pokoknya pada modal. Apakah bukan pada manajemen. Ini harus saya pelajari dulu agar negara tidak mudah begitu saja menggerojokkan dana ratusan miliar rupiah.

Belum tentu dengan dana tersebut pabrik kertas, atau bisnis apa pun yang lagi kesulitan, bisa diselamatkan. Kadang satu manajemen memiliki kecenderungan mencari jalan yang paling mudah. Alasan ketidakcukupan modal adalah kambing hitam yang sangat lezat disate dan disuguhkan. Tapi, dari pengalaman saya, belum tentu akar masalahnya ada di modal. Sering kali pokok persoalannya terjadi di manajemen itu sendiri.
 
Memang banyak yang sewot ketika saya menyetop pengucuran dana itu. Untuk apa distop? Kan sudah disetujui? Tinggal dicairkan? Kok bodoh amat diberi uang ratusan miliar rupiah tidak segera ditangkap?
 
Tentu saya tidak akan tergoyahkan dengan penilaian seperti itu. Kalau memang ada jaminan dengan pencairan dana tersebut Leces pasti hidup, saya pun akan langsung setuju. Masalahnya, jaminan pasti hidup itu yang tidak ada.

Terbukti gerojokan uang ratusan miliar rupiah pada tahun-tahun yang lalu juga tidak berhasil menghidupkan Leces. Uang itu habis lagi dan habis lagi. Dan kecenderungannya akan minta lagi dan minta lagi.

Untuk Leces, saya melihat persoalan pokok di manajemen. Itu bisa saya rasakan ketika saya bermalam di kompleks pabrik kertas Leces pada malam Idul Adha lalu. Saya melihat manajemen sudah betul membangun boiler baru berbahan bakar batu bara. Itu akan membuat biaya energi Leces jauh lebih murah. Saya salut dengan pemikiran dan langkah itu.

Tapi, untuk menghidupkan Leces tidak cukup hanya dengan satu langkah. Dia membutuhkan puluhan, bahkan ratusan terobosan. Itulah sebabnya diperlukan manajemen yang lebih kuat.

Tidak gampang menemukan tim manajemen yang tangguh. Apalagi, untuk "dijerumuskan" ke dalam perusahaan yang sedang pingsan. Tim manajemen yang kuat tentu ingin masuk ke perusahaan yang besar dan bagus.

Leces rupanya masih bernasib baik. Seseorang yang bernama Budi Kusmarwoto mau dijebloskan ke situ. Pengalamannya yang panjang saat menjadi direktur anak perusahaan PLN (PT PLN Engineering) memudahkan dia menganalisis kondisi Leces.

Orangnya juga tidak egois. Ketika diminta membentuk dream team untuk manajemen Leces, Budi tidak serta merta mengajak rombongan dari luar masuk ke Leces. Budi memilih orang-orang dalam untuk menjadi timnya.

Sebagai mantan Dirut PLN tentu saya mengenal Budi dengan baik. Antusiasmenya meledak-ledak. Gairah kerjanya tidak pernah padam. Kecintaannya kepada pekerjaan membuat moto hidupnya hanya kerja, kerja, kerja! Antusiasme itu yang juga terlihat menular ke seluruh tim Leces sekarang ini.
 
Sebagaimana saya, Budi juga berpandangan ini: untuk menghidupkan Leces tidak perlu gerojokan dana dari kas negara. Kini Leces hidup lagi tanpa mendapat modal baru satu rupiah pun. Kalau kelak Leces berhasil maju kembali, seluruh karyawannya tentu akan sangat bangga: bisa maju tanpa modal! Karyawan bisa menunjukkan bahwa tambahan modal bukan segala-galanya!
 
Tentu, karena sudah telanjur disetujui, Budi tetap berharap agar dana Rp 200 miliar itu bisa cair. Bukan lagi untuk modal, tapi untuk membayar utang lama. Pada masa lalu, Leces meninggalkan utang hampir Rp 1 triliun. Manajemen Leces berhasil melakukan negosiasi: kalau Leces mau bayar Rp 150 miliar, utang hampir Rp 1 triliun itu dianggap lunas.
 
Utang yang sudah berumur lebih dari 10 tahun itu harus dibayar. Kalau tidak, utang itu akan memusingkan manajemen baru yang sedang dituntut untuk maju."
 
Budi juga berencana menggunakan dana sisanya untuk membangun hutan tanaman industri. Untuk mencukupi bahan baku Leces di masa depan. Tentu saya setuju dengan dua rencana itu: bayar utang dan hutan tanaman industri.
 
Persoalannya, belum tentu anggaran yang sudah disetujui untuk modal bisa dialihkan untuk membayar utang. Di sinilah BUMN akan selalu kalah lincah dengan swasta.
 
Apa pun kasus menghidupkan kembali Leces ala Budi akan menjadi perhatian saya. Maksud saya, perusahaan seperti galangan kapal IKI Makassar yang juga sudah lama mati bisa hidup kembali dengan cara yang sama. Demikian juga, pabrik PT Iglas yang lagi dalam kesulitan.
 
Kelak, kalau Leces sudah sehat, harus segera di-go public-kan. Industri kertas tidak lagi menempati posisi strategis bagi negara. Tidak selayaknya lagi negara terus menggerojokkan dana untuk industri seperti Leces. Semakin banyak modal publik masuk ke dalamnya akan semakin baik.
 
Leces memang belum teruji akan menjadi perusahaan yang pasti akan hidup sehat. Masih harus dilihat dalam satu periode tertentu.
 
Tapi, setidaknya Leces kini sudah kembali berjalan: bukan sebagai kuntilanak, tapi sebagai badan yang sudah lengkap dengan rohnya. Roh antusias dan roh penuh kiat! (*)


  Dahlan Iskan
 Menteri BUMN

jpnn.com
Read more...
Thursday, 3 May 2012

Sebuah Nama Sebuah Cerita

0 comments
Pagi-pagi pas jogging bareng temen mampir ke kantor dulu untuk istirahat. Sekalian saya nyalakan komputer saya daripada nganggur di kantor, sementara tv sudah dinyalakan cleaning service sebelum saya datang. Seperti biasa yang disetel disini acara berita, pagi itu lagi nayangin kabar pagi di tv one. Eh, gak lama kemudian muncullah berita ini


Diliat sekilas ga ada yang salah dengan berita ini. Tetapi setelah disebutkan nama pengajar tersebut adalah Aji, maka pikiran saya langsung mengarah ke satu orang. Temen SMA saya ini kayaknya. Biar ga penasaran langsung saja saya konfirmasi ke akun fb-nya. Setelah melihat dengan detil dan seksama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya maka saya simpulkan kesamaan nama dan tempat bukanlah rekayasa. 

Ya, itu memang benar teman saya. Puas, eh seneng rasanya ada temen yang bisa mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk mengajar anak-anak di daerah terpencil. Walau lulusan perguruan tinggi tetapi mau mengajar anak-anak SD di sana. Salut buat Aji!
Read more...
Sunday, 30 October 2011

Pabrik Kertas Leces Dapat PMN Rp200 Miliar

0 comments
Jakarta - Pabrik kertas Leces akhirnya mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp200 miliar dari total keseluruhan alokasi anggaran PMN tahun 2012 sebesar Rp3  triliun. Namun anggaran baru akan dicairkan dengan syarat, Leces harus melaporkan perkembangan manajemennya.

Dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI yang juga dihadiri Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan ini, seluruh fraksi partai yang hadir menginginkan Leces masuk komite dan mendapat alokasi dana. "Leces harus masuk komite karena selama ini sudah melewati proses yang panjang untuk mendapatkan alokasi anggaran," kata Ferari Roemawi dari fraksi Partai Demokrat dalam rapat kerja Komisi VI, di DPR, Rabu 27 Oktober 2011 malam.

Namun demikian, Dahlan Iskan mengaku dirinya tak yakin semua masalah yang dihadapi pabrik kertas tersebut akan selesai dengan adanya anggaran. Menurutnya, Leces memiliki banyak kebutuhan yang belum tentu bisa terpenuhi dengan anggaran PMN.

"Saya sering berkunjung ke Leces, jadi tahu persis bagaimana keadaan di sana. Sebenarnya saya juga sempat bertanya-tanya, bagaimana bisa Leces sebelumnya tidak diberi alokasi anggaran," tutur Dahlan yang disambut tawa para peserta rapat.

Anggaran PMN tahun 2012 dialokasikan sebesar Rp3 triliun yaitu PT Dirgantara Indonesia sebesar Rp1 triliun. Sementara untuk untuk industri strategis sebesar Rp2 triliun yaitu PT PAL Rp600 miliar, Merpati Rp200 miliar, PT Pindad Rp300 miliar, Industri Kapal Indonesia Rp200 miliar, Pabrik Kertas Leces Rp200 miliar, PT Garam Rp100 miliar dan tambahan PT DI Rp400 miliar.

vivanews.com
Read more...
Saturday, 15 October 2011

Alhamdulillah Sudah Ada Bus Sekolah

0 comments
Probolinggo - Sekolah Taruna Dra. Zulaeha terletak di kota Leces sekitar 15 km arah selatan dari kota Probolinggo. Sekolah ini memiliki semua jenjang pendidikan dari TK sampai SMA bahkan perguruan tinggi. Maka tak heran jika sekolah ini memiliki banyak sekali siswa tidak hanya di kecamatan Leces saja tetapi juga dari daerah sekitarnya seperti kecamatan Tegalsiwalan, Bantaran, Maron, Sukapura, Tongas, Kraksaan, Paiton juga Kota Probolinggo bahkan dari kabupaten Lumajang seperti kecamatan Ranuyoso, Klakah, Kota Lumajang ada juga dari kecamatan Tempeh. 

Bagi yang rumahnya jauh, mereka naik bus umum tiap hari pulang pergi, ada juga sebagian yang indekos. Nah, tahun 2010 kemarin ternyata sekolah ini sudah memiliki bus sendiri yang berasal dari sumbangan alumninya. Bus ini bukan bus baru melainkan eks. bus Akas yang menempuh trayek Banyuwangi - Kalianget, Madura PP. Walaupun begitu mesin bus ini masih cukup handal ketika beroperasi.

Setelah resmi menjadi milik sekolah Taruna Dra. Zulaeha bus ini dicat hijau yang sebelumnya berwarna putih khas bus Akas. Trayeknya hanya melayani untuk Kota Probolinggo dan sekitarnya. Pagi berangkat dari Leces sekitar pukul 05.15 untuk menjemput para siswa dan sorenya mengantar para siswa pulang sekitar pukul 14.30 dari sekolah. Tarif yang dikenakan kepada para siswa awalnya gratis selama 1 minggu pertama kemudian setelahnya dikenakan Rp. 3.000,- sekali naik.

Walaupun dikenakan tarif, para siswa yang berada di kota Probolinggo setidaknya tidak perlu lagi susah gonta-ganti angkutan umum lagi dan tidak lagi bablas kalau ketiduran di bus. Diharapkan dengan dikenakannya tarif bisa menutup biaya operasional sehari-hari bus ini dan tetap terus melayani para siswa. Syukur kalau bisa ditambah lagi jumlah dan trayek busnya. Oya, setelah googling di sana-sini sepertinya ini bus sekolah pertama di Jawa Timur atau bahkan di Indonesia. Semoga bisa ditiru oleh sekolah-sekolah lainnya.

expertofsomething.multiply.com
Read more...

Peresmian dan Pelatihan Warintek Berbasis OSS

0 comments
LECES - Saat ini AMIK Taruna Probolinggo telah memiliki fasilitas informasi yang modern dan lengkap. Sebab belum lama ini Kementrian Negara Riset dan Teknologi memberikan bantuan 3 (tiga) buah fasilitas informasi berupa Warung Informasi Teknologi (Warintek) berbasis Open Source Software (OSS). Warintek AMIK Taruna Probolinggo ini dirancang sebagai suatu sistem basis data iptek terpadu guna mendorong program pemberdayaan dan pengembangan masyarakat berwawasan informasi dengan memberikan kemudahan, layanan dan pendidikan pada masyarakat dalam mengakses informasi. 

Program Warintek adalah upaya pemberdayaan unit-unit dokumentasi, informasi, perpustakaan yang dikemas dalam suatu 'paket lengkap' berupa peningkatan teknologi informasi, kemudahan akses informasi IPTEK, peningkatan sumberdaya manusia dan membina sumberdaya informasi lokal termasuk akses terhadap modal pembiayaan. Pemberdayaan ini dimaksudkan dapat berdampak pada pengembangan ekonomi daerah melalui IKM dan UKM.

Sebagai tanda dimulainya pemanfaatan Warintek berbasis OSS ini, Rabu (17/12) lalu dilaksanakan peresmian dan pelatihan di AMIK Taruna Probolinggo. Kegiatan ini terselenggara berkat kerja sama dengan Kementrian Negara Riset dan Teknologi.

Prasetyo Sunaryo selaku Dewan Riset Nasional mengatakan saat ini seharusnya anak usia 8-25 tahun 90% masuk perguruan tinggi dan mendapatkannya informasi yang cukup. Faktanya, di Indonesia baru 17% saja anak yang masuk perguruan tinggi. Jumlah ini sangat jauh jika dibandingkan dengan Kamboja yang sudah mencapai 20% atau Malaysia 35%.

"Dalam kurun waktu 15 tahun mendatang, permasalahan ini harus mendapatkan penanganan secara serius. Sebab apabila tidak, kita akan sulit untuk menaikkan daya saing di bidang informasi," ujar Prasetyo yang juga menjabat Asdep Urusan Perlindungan Hayati dari Kementrian Riset dan Teknologi.

Menurut Prasetyo, salah satu upaya yang dapat kita lakukan untuk menyebarkan informasi adalah melalui internet dengan perangkat yang berbasis OSS. Langkah tersebut kita lakukan supaya kita tidak ketinggalan informasi. "Informasi itu bisa kita dapatkan dimana saja dan kapan saja. Tidak hanya melalui internet saja," jelasnya singkat.

Peresmian Warintek berbasis OSS di AMIK Taruna Probolinggo ini ditandai dengan penandatangan surat peresmian antara Agus Sediadi selaku Kepala Bidang IT pada Riset dan Teknologi dengan Sisbiyanto selaku Direktur AMIK Taruna Probolinggo.

Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan sosialisasi program Indonesia Go Open Source (IGOS) oleh Agus Sediadi dan dilanjutkan dengan pelatihan oleh Wahyu selaku Pemberdaya OSS Universitas Brawijaya Malang.

Wahyu saat memberikan pelatihan mengatakan program Warintek adalah program yang bersifat nasional yang ditangani Kementrian Riset dan Teknologi Republik Indonesia. Warintek sebagai suatu lembaga pendidikan alternatif melalui metode pembelajaran jarak jauh (distance learning) dapat dilakukan dengan dukungan kegiatan jasa yang sasarannya berupa layanan informasi Iptek terpadu dengan menghubungkan ke beberapa sumber informasi, pendidikan dan pelatihan, termasuk peningkatan Sumber Daya Manusia di bidang dokumentasi, informasi dan perpustakaan.

"Sebagai lembaga pendidikan alternatif, Warintek tentu saja lebih diarahkan pada lembaga pendidikan non formal. Karena pada intinya pembelajaran yang akan diperoleh dari pengembangan Warintek ini lebih pada peningkatan kemampuan SDM dalam upaya menambah pengetahuan dan wawasan yang kemudian akan dapat dipergunakan sebagai modal dalam meningkatkan inovasi dan kreativitasnya," jelas Wahyu.

Para peserta juga diberi kesempatan untuk bertanya seputar Warintek berbasis OSS tersebut. Usai tanya jawab, rombongan dari Kementrian Riset dan Teknologi ditemani Sisbiyanto melakukan pemantauan ke lokasi Warintek AMIK Taruna Probolinggo.

"Warintek berbasis OSS ini merupakan salah satu fasilitas dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Saya senang sekali dengan adanya bantuan ini. Semoga informasi yang ada bisa diserap dengan baik oleh masyarakat. Sebab Warintek ini memang diperuntukan kepada masyarakat," jelas Sisbiyanto.

Read more...
Monday, 4 April 2011

Ulat Bulu Itu Berjatuhan seperti Hujan

0 comments
Probolinggo - Kamis (31/3/2011) siang, Desa Tegalsiwalan, Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, terlihat sepi. Yang mencolok adalah sebagian besar pohon mangga di wilayah itu meranggas, bahkan tidak sedikit yang benar-benar gundul karena daunnya dimangsa ulat bulu.

Kalau diperhatikan lebih saksama, yang terlihat adalah ribuan atau bahkan jutaan ulat bergelantungan di pohon-pohon itu. Mereka merambat, bahkan berjatuhan ke tanah. Kalau batang pohon diguncang angin, ulat bulu itu berjatuh seperti hujan. Saking banyaknya ulat bulu yang jatuh, seorang warga Tegalsiwalan sampai mendapatkan satu keranjang sampah ulat bulu yang disapu dari halaman rumahnya.

Yang lebih merepotkan, ulat bulu berwarna-warni itu juga masuk ke rumah. Menempel di dinding, atap, kursi, lantai, dipan, lemari, dan piring. "Baju yang digantung pun tak luput dirambati. Untungnya keluarga saya tahan dengan ulat-ulat ini sehingga tidak sakit gatal-gatal," kata Yono, warga Desa Tegalsiwalan.

Bagi yang tidak tahan kena bulu ulat bulu, kulit terasa panas, gatal, bentol-bentol, dan kemerah-merahan. Rasa gatal itu jika tidak diobati bisa bertahan berjam-jam. Biasanya warga yang kena segera mengolesi bagian yang terkena gatal dengan abu tungku dapur, air garam, dan bedak.  

"Tapi memang ulat bulu ini hanya makan daun mangga manalagi. Buktinya itu mangga arumanis juga selamat, tidak habis seperti jenis mangga manalagi," ujar Yono.

Kabupaten Probolinggo memang merupakan daerah produksi mangga terkemuka di Jawa Timur. Baik buah mangga maupun produk hilirnya, seperti keripik dan jus mangga, juga diekspor.

"Upaya kami untuk mencegah masuknya ulat-ulat itu ke dalam rumah paling hanya dengan mengoleskan oli di teras. Selebihnya, menunggu penyemprotan dari pemerintah. Untuk membakarnya atau mengasapi, kami tidak berani karena itu justru akan membuat ulat-ulat itu terusik dan menyerang ke dalam rumah," ungkap Untung (40), warga Desa Sumberbulu, Kecamatan Tegalsiwalan.

"Sebenarnya ulat bulu bukan hama primer. Mereka sudah biasa ada di sana. Namun, diduga, populasi pemangsa alami mereka, sejenis tawon, berkurang akibat terkena hujan hampir sepanjang tahun ini. Hal itu mengakibatkan populasi ulat bulu tidak terkontrol dan menjadi hama pengganggu," papar Kepala Laboratorium Hama Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, Toto Himawan.

Menurut Toto, ada dugaan bahwa sejumlah ngengat yang akhirnya menetas menjadi ulat-ulat ini bermigrasi dari wilayah selatan Kabupaten Probolinggo. Terbukti, kecamatan yang terkena serangan ulat bulu ini rata-rata masih berada di wilayah selatan Probolinggo.

Dengan melihat kondisi itu, ada kemungkinan bahwa ulat bulu ini pun bisa bermigrasi ke tempat lain jika tidak ditangani dengan baik. "Sementara ini, penyemprotan obat adalah cara efektif untuk mengurangi populasi ulat," kata Toto.

Meski hingga kini jumlah kerugian akibat serangan hama ulat bulu ini belum terdata, setidaknya sudah ada ribuan batang pohon mangga di lima kecamatan yang daunnya rusak dimakan ulat-ulat ini. Tidak terhitung pula jumlah warga yang mengalami gatal-gatal karena terkena ulat bulu. Belum lagi sekolah yang terpaksa diliburkan untuk menghindarkan siswa terkena serangan ulat bulu. Sejumlah keluarga pun mengungsikan bayinya ke daerah lain yang aman dari serangan bulu.

Read more...

Ahli Serangga: Serangan Ulat Bulu Tidak Berbahaya

0 comments
Probolinggo - Serangan ratusan ribu ulat bulu di 60 desa di sejumlah kecamatan di  Probolinggo Jawa Timur, dalam sepekan terakhir dinilai tidak berbahaya, tapi bulu ulat tersebut bisa menyebabkan  gatal-gatal. Cara ampuh untuk membasmi ulat bulu tersebut cukup menyemprotkan  insektisida yang ramah lingkungan agar tidak membahayakan lingkungan dan warga sekitarnya.

Menurut Dr  Kismiyati, entomologis dari Universitas Airlangga Surabaya, saat ini ulat bulu yang menyerang warga Probolinggo telah diteliti di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan, universitas Airlangga Surabaya.

Para dosen fakultas kedokteran hewan dibantu dengan mahasiswa melakukan tes laboratorium ulat bulu yang diperoleh dari Probolinggo yang selama ini membuat resah warga.

Hasil laboratorium sementara menunjukkan ulat bulu yang menyerang puluhan desa di Probolinggo  adalah jenis ulat yang biasa dan tidak berbahaya. Ulat  selanjutnya akan menjadi kupu-kupu. Akibat  cuaca tidak menentu pertumbuhan menjadi kupu-kupu Terlambat.

Kismiyati mengatakan ulat bulu  suka menempel di pohon mangga dan  warga harus waspada meski ulat bulut tidak berbahaya karena  bulu ulat tersebut bisa menyebabkan gatal-gatal jika kena kulit.

Read more...
Tuesday, 23 November 2010

Boros Pakai Gas, Menteri Mustafa Usul PT Kertas Leces Alih Ke Batu Bara

0 comments
PT Kertas Leces
Dalam catatan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), kerugian PT Kertas Leces pada semester I tahun ini mencapai Rp 55.656.000.000.
Menteri BUMN Mustafa Abubakar menduga, penyebab peru­­sahaan pelat merah itu me­rugi, ka­rena selama ini biaya pro­duksi yang tinggi banyak terserap untuk mengongkosi pembelian bahan bakar.
Oleh karena itu, bekas Dirut Bulog ini mengusulkan agar PT Leces beralih mengunakan bahan bakar dari gas ke batu bara. Selain lebih boros, Pertamina juga me­lakukan pembatasan penya­luran gas. Tentu hal ini bisa me­nambah perusahaan itu makin kesulitan untuk mengoptimalkan kemam­puan produksinya.
“Masalah utamanya itu kan keterbatasan bahan bakar, dan harga gas yang cukup tinggi. Sementara HPP-nya lebih rendah dari yang seharusnya. Akibatnya terjadi akumulasi kerugian. Saat ini untuk mengatasi kesulitan ba­han bakar. Kita sudah menga­dakan lelang komersil,” katanya kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, Kamis lalu.
Selain itu, lanjutnya, PT Leces me­ngalami kesulitan dalam peng­adaan bahan baku, dan kelebihan jumlah karyawan. Saat ini kedua masalah itu masih dalam peng­kajian untuk dicarikan solusinya.

Dalam benak Mustafa sudah terpikir proses restrukturisasi seperti merger, akuisisi, ataupun likuidasi. Hanya saja opsi penye­lamatan PT Kertas Leces masih dalam pertimbangkan. “Kita masih melihat-lihat situasinya,” ujarnya.
Sekretaris PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Renny O Rorong mengatakan, lembaganya tidak menangani restrukturisasi terhadap PT Kertas Leces, karena dilakukan langsung Kementerian BUMN. “Kita tidak ditugaskan untuk menangani Leces,” katanya.
Terhadap kemungkinan lem­baganya dikutsertakan membantu merestrukturisasi, Renny enggan ber­spekulasi, karena sampai saat ini saja tidak ada pembicaraan ter­akit upaya penyelematan itu. “Sam­pai saat ini belum ada pem­bicaraan. Jadi mungkin mereka akan tetap ditangani langsung Ke­menterian,” katanya.
Pihak PT Kertas Leces tidak berhasil dikonfirmasi. Pejabat di Kantor perwakilan di Jalan Radio IV 15-6, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan enggan memberikan penjelasan. “Silakan hubungi langsung ke kantor pusat. Disini cuma bagian marketing,” kata salah satu sekretaris perusahaan yang enggan disebutkan namanya.
Pejabat PT Kertas Leces pusat di Probolinggo, Jawa Timur, tidak berhasil dikonfirmasi. “Sekarang bagian Direksi kantor­nya ada di Jakarta,” kata staf bagian Hubungan Masyarakat PT Leces, Sukaryadi.
Beberapa sumber di peru­sahaan itu menyebutkan semua direksi sedang melakukan rapat di Bandung.
Untuk diketahui PT Kertas Leces (PT KL), Kab. Probolinggo bakal mewujudkan pabrik gula (PG) di komplek pabrik di Desa Leces, Kec. Leces.
Sekretaris Perusahaan  PT KL  Abdul Haris membenarkan, KL su­dah mendapat lampu hijau dari Men­teri BUMN untuk mem­bangun PG. Sehari sebelumnya, Di­rektur Utama KL Martoyo Su­gandi juga menyampaikan rencana pembangunan PG di komplek pabrik di tepi jalan nasional Probolinggo-Lumajang itu kepada Bupati Probolinggo Hasan Ami­nud­din saat mengunjungi PT KL.
Martoyo yang didampingi Direk­tur Produksi dan Pengemb­angan Syarif Hidayat, Direktur Pe­ma­saran Zainal Arifin me­nga­­ta­kan, pasokan bahan baku tebu tidak ada masalah. Soalnya, PT KL mendapat jaminan ter­sedia­nya lahan tebu sekitar 25.000 hektare dari bupati setempat.
Selamatkan Aset BUMN Sekarang Juga
Pasha Ismaya Sukardi, Anggota Komisi VI DPR
Anggota Komisi VI DPR, Pasha Ismaya Sukardi mengaku setuju bila nantinya PT Kertas Leces harus dilikuidasi, dengan catatan disertai alasan yang kuat dan melalui kajian yang kom­prehensif.
“Upaya penyelamatan aset-aset yang dilakukan Kementerian BUMN secepat mungkin, perlu kita apresiasi. Yang jelas harus transparan,” katanya, kemarin.
Anggota Fraksi partai Demo­krat ini mengatakan, besarnya jum­lah BUMN yang ada di In­donesia, membuat kebanyakan BUMN yang ada jadi sulit untuk menentukan fokus terhadap tugasnya, dan rawan terjadi tum­pang tindih.
Oleh karena itu, Anggota Badan Kerjasama Antara Parle­men ini mendukung dengan apa yang pernah dicetuskan Menteri BUMN, Mustafa Abubakar me­ngenai kemungkinan menyeder­hanakan BUMN yang ada.
“Waktu itu Pak Mustafa sem­pat mengatakan ingin mem­per­kecil jumlah BUMN yang ada. Seperti PT Perkebunan Nusantara (PTPN) yang akan di-holding de­ngan sesama PTPN,” ujarnya.
Anak buah Anas Urbaningrum ini berharap supaya Kementerian BUMN cermat mempelajari permasalahan yang dari semua perusahaan pelat merah yang mengalami kerugian tersebut.
“Jangan setelah dikucurkan dana, masalahnya terulang lagi. Kementerian BUMN harus bisa memperkirakan situasi ke depan, dan mempersiapkannya,” tuturnya.
Dikatakan, saat ini Komisi VI DPR belum memiliki jadwal un­tuk memanggil Kementerian BUMN bersama Direksi PT Kertas Leces, karena besok baru dijad­walkan rapat internal untuk membahas jadwal RDP dengan tiap-tiap Kementerian.
Pasha berjanji, akan mengu­sulkan agar masalah BUMN yang me­rugi ini, termasuk PT Kertas Leces secepatnya segera dila­kukan pembahasan.
“Tidak Bisa Bersaing”
Sri Adiningsih, Ekonom UGM
Ekonom dari Universitas Gadjah Mada, Sri Adiningsih mengatakan, kerugian PT Kertas Leces menandakan BUMN ini tidak bisa bersaing dengan perusahaan kertas lainnya.
“Industri kertas saat ini sangat kompetitif. Lihat saja Kertas Kraft Aceh yang bangkrut. Walau banyak fak­tor yang mempengaruhi ke­bang­krutan, tapi itu jelas me­nunjukan kalau mereka tidak bisa bersaing,” katanya, kemarin.
Menurutnya, pemerintah perlu mengkaji apakah nanti­nya PT Kertas Leces bisa bersaing, dan memberikan keuntungan atau tidak agar bisa diambil keputusan ter­ha­dap kelanjutan bisnisnya.
“Bila memang tidak bisa bersaing, dan daripada didiam­kan dan terus merugi, se­baiknya Kertas Leces dilikuidasi atau diprivatisasi saja. Bisnis kertas bukanlah sektor yang cukup strategis. Lebih baik kalau dana dialokasikan untuk BUMN lainnya,” cetusnya.
Meski begitu, Sri meng­ingatkan, apabila pemerintah memilih akan melikuidasi PT Kertas Leces, sebaiknya mem­perhatikannya. Misalkan kepa­da nasib para karyawannya.
Dikatakan, bila pemerintah mau memprivatisasi Kertas Le­ces, ataupun BUMN-BUMN yang merugi lainnya, banyak cara yang bisa digu­nakan pemerintah tanpa harus men­jualnya. Salah satunya peme­rintah bisa mengajukan kerja­sa­ma dengan pihak swasta.
“Seperti Hotel Indonesia itu loh. Masalahnya sekarang ada nggak pihak swasta yang mau,” tegasnya.
Bermodalkan Ampas Tebu
Sekilas Kertas Leces
PT Kertas Leces Probolinggo Jawa Timur merupakan pabrik kertas tertua kedua di Indonesia setelah pabrik kertas Pada­larang, Bandung Jawa Barat yang didirikan tahun 1939 dan mulai beroperasi tahun 1940.
Setelah melalui beberapa pengembangan sampai dengan saat ini telah mempunyai 4 (empat) Unit Pabrik Pulp dan Kertas Terpadu serta 1 (satu) Unit Deinking Plant.
Kapasitas produksinya 640 ton/hari yang memproduksi berbagai jenis kertas, seperti Kertas Tulis Cetak (HVS, HVO, Photo Copy, dan Lain-lain), Kertas Tissue (Facial Tissue, Toilet Tissue, napkin Tissue), Kertas Koran dan Kertas Industri.
Hasil produksi perusahaan ini banyak diekspor ke berbagai negara antara lain Singapura, Malaysia, Thailand, Srilanka, India, Pakistan, Jepang, Taiwan, Myanmar, Papua Nugini, Australia, Selandia Baru, Iran, Korea Selatan, Syria, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, RRC, Inggris, Belanda dan Afrika Selatan.
Sampai saat ini, PT Kertas Leces merupakan satu-satunya pabrik kertas terbesar di Indo­nesia yang menggunakan bahan baku kertas bekas dan ampas tebu.
Hal ini menggambarkan kon­disi pabrik yang peduli ling­kungan, ditambah lagi dengan telah dimilikinya sarana Unit Pe­ngelola Limbah dengan kapasitas 4.000 m3 /jam.
Untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan kegiatan usaha PT Kertas Leces, Peme­rintah RI telah mengesahkan penambahan Penyertaan Modal Negara RI ke dalam Modal Saham PT Kertas Leces berupa seluruh saham milik Negara di Pabrik Kertas Padalarang yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 11, tanggal 21 Pebruari 2000.

www.rakyatmerdeka.co.id
Read more...
Saturday, 24 April 2010

Kertas Leces Lirik Jerami

0 comments
Probolinggo - Setelah masuk kategori salah satu dari delapan perusahaan BUMN yang tiga tahun berturut-turut merugi, PT Kertas Leces (PTKL), Kab. Probolinggo berbenah. Terganjal mahalnya serat kayu (wood pulp), pabrik yang didirikan pada 1939 itu melirik bahan baku jerami, ampas tebu, batang jagung, dan limbah kayu.

“Terus terang kami kelimpungan karena harga wood pulp sejak beberapa minggu lalu naik menjadi 830 dolar AS (sekitar Rp 7,47 juta)  padahal sebelumnya hanya 350 sampai 400 dolar (sekitar Rp 3,6 juta) per metrik ton,” ujar Sekretaris Perusahaan (Sekper) PTKL,  Prof. Dr Ir R Abdul Haris MM ditemui usai upacara Hari Kartini di Lapangan Leces, Rabu (21/4) siang.

Haris yang juga guru besar di Universitas Panca Marga (UPM) Probolinggo itu menambahkan, selain mahal, serat kayu juga mulai langka. Hal itu terkait eco-labelling yang digelindingkan negara-negara maju terkait gencarnya pembabatan hutan lestari untuk wood pulp.

Setelah serat kayu mahal, pabrik kertas tertua di Indonesia setelah PT Kertas Padalarang, Jabar itu melirik bahan non-wood pulp. “Sejak beberapa hari ini kami berhasil mengumpulkan sekitar 500 ton batang padi atau jerami dari petani di sekitar pabrik,” ujar Haris.


Selama ini, jerami juga batang jagung (tebon) biasa dibuang atau dibakar pasca panen. “Kami siap membeli jerami petani yang kadar airnya 50% dengan harga Rp 155 per kilogram. Semakin kering semakin mahal,” ujarnya.

Beberapa kelompok tani, kepala desa, hingga pesantren di Probolinggo pun mengaku siap memasok jerami dan batang jagung ke PTKL.  Selama ini PTKL lebih banyak ”memakan” ampas tebu (bagase). Setiap hari pabrik dengan 2.200 karyawan itu menyerap sekitar 1.000 ton bagase ditambah bahan baku kertas koran bekas. Sedangkan produksinya berupa 500 ton kertas per hari.

PTKL juga berburu sisa (limbah) kayu hingga Lumajang. “Di Senduro, Lumajang potensi sebetan (sisa) kayu di sejumlah penggergajian mencapai 400 ton per hari. Yang sudah dipasok ke PTKL 200 ton dari total kebutuhan 600 ton,” ujar Haris.

Soal bahan baku berupa jerami dan batang jagung, PTKL bisa mengandalkan areal padi (sawah) 47.000 hektare dan areal jagung 63.000 hektare di Probolinggo.

Batubara Kalimantan
Selain bahan baku, kata Haris, komponen terbesar biaya produksi digelayuti mahalnya gas alam sebagai bahan bakar. Dikatakan PTKL pun harus melakukan konversi (perubahan) gas alam ke batubara.

Sebagai perbandingan betapa mahalnya gas alam untuk proses produksi, diperlukan 160 dolar AS per ton kertas. Sementara dengan batubara perlu 80 dolar AS.

Akhirnya pada momen “keramat” pukul 10, tanggal 10, bulan 10 (Oktober), 2009 lalu proyek pembangunan boiler batubara dimulai. Dananya disokong pemerintah (pusat) senilai Rp 175 miliar melalui penyertaan modal negara pada 2007.

Boiler batubara ini diharapkan beroperasi mulai pukul 10, tanggal 10, bulan 10, tahun 2010. “Bukan perkara gila angka keramat 10, tetapi biar mudah diingat,” ujar Haris.

PTKL juga bakal mendatangkan batubara dari Kalimantan melalui pelabuhan Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo. “Kebetulan dermaga Tanjung Tembaga yang baru dioperasikan awal April lalu kedalamnnya 6 meter sehingga bisa didarati kapal pengangkut batubara hingga 8.000 ton,” ujarnya.

Dikatakan, kelak boiler PTKL membutuhkan 600 ton batubara/hari. Pihak Administrator Pelabuhan (Adpel) Probolinggo, Wiliyanto juga mempersilakan PTKL menyewa lahan terbuka (open storage) untuk penumpukan batubara di kawasan pelabuhan. “Dari pelabuhan, batubara itu bakal kami angkut dengan dump truk menuju Leces yang hanya berjarak sekitar 15 kilometer,” ujarnya. isa

surabayapost.co.id
Read more...

Label

 
Wong Leces © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

Man Jadda Wajada. Siapa yang Bersungguh-sungguh Akan Berhasil