Monday 9 January 2012

Kegigihan SMA Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo Dalam Mengembangkan Bahasa Mandarin

0 comments
Berada di lingkungan yang jauh dari lingkungan Tionghoa serta terbatasnya guru dan bahan ajar, tidak menjadi alasan bagi siswa-siswi SMA Nurul Jadid untuk tetap dapat mendalami bahasa Mandarin. Dapat mencetak siswa-siswi program Bahasa yang berjumlah lebih dari 220 orang yang mempunyai bahasa Mandarin handal dalam kurun waktu 1-2 tahun dengan hanya mengandalkan satu guru bantu bahasa Mandarin dari China dan satu guru bahasa Mandarin lokal, menjadi kelebihan tersendiri bagi sekolah ini.
Kamis, 22 Desember 2011, Ketua BKPBM (Badan Koordinasi Perkembangan Bahasa Mandarin) Jawa Timur, Dr. Li Guangmai beserta rombongan lainnya mengadakan kunjungan untuk meninjau kondisi KBM bahasa Mandarin di sekolah yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo itu. Rombongan disambut dengan penuh antusias oleh Syamsul Ma’arif (kepala SMA Nurul Jadid), Lin Bo (Guru bantu bahasa Mandarin dari China) beserta dewan guru yang lain.

Utamakan bahasa Mandarin: Jam KBM bahasa Mandarin melebihi jam KBM bahasa Inggris

Memasuki SMA Nurul Jadid, akan langsung terasa keindahan dan kerindangan lingkungan sekolah ini. Sekolah ini menjadi semakin menawan saat di hampir semua tempat dapat ditemukan pernak-pernik kebudayaan Tionghoa menghiasi.
SMA Nurul Jadid sangat menjunjung tinggi bahasa Mandarin. Bahasa Mandarin bahkan dijadikan sebagai pelajaran wajib di sekolah ini. Semenjak dibukanya program pembelajaran bahasa Mandarin pada tahun 2004 yang lalu, jam KBM bahasa ini menduduki 70% dibanding jam KBM bahasa asing lainnya (bahasa Inggris dan bahasa Arab). Sampai saat ini, telah dibuka 8 kelas khusus untuk mempelajari bahasa Mandarin dengan jumlah peminat lebih dari 220 orang. Mereka dididik langsung oleh guru bantu bahasa Mandarin yang didatangkan dari China.
Keseluruhan siswa-siswi SMA Nurul Jadid yang berjumlah lebih dari 1000 orang itu, mengungkapkan ketertarikannya untuk dapat mempelajari bahasa rakyat RRT ini. Akan tetapi, karena keterbatasan guru dan bahan ajar, hanya siswa-siswi program Bahasa yang mempunyai kesempatan untuk dapat memdalami.

Suka bahasa Mandarin dari hati: Siswa-siswi semakin antusias mendalami

Bahasa Mandarin siswa-siswi SMA Nurul Jadid sangat menakjubkan! Konsulat Jendral China untuk Surabaya, Wang Huagen, bahkan memberikan apresiasi khusus untuk hasil yang dicapai siswa-siswi sekolah ini. Saat Qiandao Ribao berbincang-bincang dengan beberapa siswa maupun siswinya, sangat sulit dipercaya dalam kurun waktu satu sampai dua tahun dapat mempunyai bahasa Mandarin sebaik yang mereka gunakan. Lebih-lebih, bahasa Mandarin mereka, dipelajari di lingkungan yang sama sekali berada jauh dari lingkungan Tionghoa. Luar biasa!

Menurut pengakuan siswa, di asrama, diadakan pengelompokan khusus 'Pojok Mandarin'. Di sana, mereka diwajibkan menggunakan bahasa Mandarin sebagai bahasa sehari-hari. Agus Fatih Maulana, salah satu siswa yang berada di asrama itu, mengaku setiap harinya selalu menyempatkan diri untuk menulis satu artikel dalam bahasa Mandarin yang kemudian dikirimkannya ke Qiandao Ribao. Dia berharap, melalui cara ini, dapat membantu meningkatkan penguasaan bahasa Mandarinnya.
Siswa lainnya, Moh. Idris, berharap dapat belajar ke China seperti Novi Basuki (Siswa SMA Nurul Jadid yang tahun lalu mendapat beasiswa untuk melanjutkan studinya ke China).
Keaktifan dan kelincahan dalam belajar bahasa Mandarin ditunjukkan oleh siswi-siswi SMA Nurul Jadid. Dibandingkan dengan siswa, siswi jauh lebih berani berbicara dengan bahasa ini. Sekalipun mereka mengungkapkan kesulitan dalam penulisan aksara bahasa Mandarin, tetapi mereka tetap berpegang teguh pada prinsip “bahasa Mandarin tidaklah sulit” yang--kata mereka--memang prinsip yang keluar dari hati.

Keaktifan siswi-siswi semakin tampak saat rombongan dari BKPBM tiba di sekolah. Mereka tidak membuang satu kesempatan pun untuk berbincang-bincang dengan rombongan menggunakan bahasa Mandarin. Para siswi juga membawa Dr. Li Guangmai beserta rombongan lain untuk mengunjungi asrama mereka. Saat diminta Mr. Xue Fangqiang (peserta rombongan) membacakan teks berbahasa Mandarin yang ditunjuknya, Xue Laoshi (panggilan Mr. Xue Fangqiang) dibuat terkagum-kagum oleh kefasihan bacaan mereka. BKPBM juga menjanjikan akan mengirimkan buku-buku teks pelajaran dan media pendukung pembelajaran bahasa Mandarin lainnya ke SMA Nurul Jadid.
Guru yang sekaligus menjadi teman—Mr. Lin Bo
Kesuksesan pembelajaran bahasa Mandarin di SMA Nurul Jadid tidak lepas dari peran serta guru bantu bahasa Mandarin dari China, Mr. Lin Bo. Dewan guru SMA Nurul Jadid banyak mengacungkan jempol kepada guru yang satu itu. Peserta didik juga mengungkapkan kesenangan akan keaktifan yang dipadu dengan cara mengajar yang lucu dari Lin Laoshi, begitu Mr. Lin Bo biasa disapa. Saat menjumpai siswa yang nilainya menonjol, Lin Laoshi biasa menghadiakan mereka kaligrafi China. Ini menjadi dorongan semangat tersendiri bagi siswa-siswi untuk semakin giat mendalami bahasa Mandarin.
Lin Laoshi berasal dari Liuzhou, Guangxi, China. Adalah lulusan fakultas seni rupa. Mempunyai pengetahuan memadai tentang kesenian. Saat mengadakan 10 menit peragaan pembelajaran, kala itu, cara mengajarnya yang sederhana tapi kreatif, menjadikan pelajaran sulit menjadi asyik. Ketika
Qiandao Ribao menanyakan pengalaman mengajarnya, Lin Laoshi dengan rendah hati menjawab bahwa dirinya belum dapat dikatakan sebagai guru spesialis bahasa Mandarin. Dirinya tidak lebih hanya memposisikan diri sebagai teman kepada siswa-siswinya.
Tahun ini, adalah tahun kedua Lin Laoshi mengajar di Indonesia. Lin Laoshi juga sudah fasih berbahasa Indonesia. Setelah merampungkan tugas pertamanya mengajar di Indonesia, dia merasa tidak dapat lepas dari Pondok Pesantren Nurul Jadid, sehingga pada akhirnya memutuskan untuk kembali lagi mengajar di sana. Lin Laoshi mengatakan berkumpul dengan santri memberi kesenangan tersendiri bagi dirinya. Dia dibuat terharu oleh antusias siswa-siswi SMA Nurul Jadid dalam mempelajari bahasa ibunya, bahasa Mandarin. Lebih-lebih, ketika banyak peserta didik yang ‘bermanja-manja’ dengannya, menjadikan Lin Laoshi merasa berada di rumah sendiri.


SMA Nurul Jadid yang membuat haru

Ketika melihat banyak santri berpakaian muslim dengan fasih berbahasa Mandarin seperti yang ditunjukkan siswa-siswi SMA Nurul Jadid, sungguh dapat membuat haru banyak orang. Dalam perjalanan pulang, rombongan BKPBM tidak henti-hentinya berdecak kagum oleh pemandangan luar biasa kesuksesan pembelajaran bahasa Mandarin SMA Nurul Jadid.
Kegigihan siswa-siswi SMA Nurul Jadid dalam mempelajari bahasa Mandarin, jauh melampaui yang kami—bahkan mungkin semua orang—bayangkan. Kegigihan ini, mungkin juga telah jauh melampaui antusias belajar bahasa Mandarinnya anak-anak keturunan Tionghoa!
Keberhasilan SMA Nurul Jadid dalam pembelajaran bahasa Mandarin dapat dikata telah mampu mempengaruhi seluruh kota Probolinggo dan banyak kota di sekitarnya. Banyak sekolah yang berharap dapat membuka pembelajaran bahasa Mandarin seperti yang dilakukan SMA Nurul Jadid saat ini.
Dan, yang paling luar biasa, Pondok Pesantren Nurul Jadid mau membuka pembelajaran bahasa Mandarin! Mau mengundang langsung guru bantu bahasa Mandarin dari China sana! Berharap semakin banyak orang memperhatikan dan mendukung mereka. Memberi dukungan kepada siswa-siswinya untuk terus dapat mempelajari bahasa Mandarin. Jangan sampai, selepasnya dari SMA, tidak ada yang memberi kesempatan untuk terus dapat mengembangkan potensinya dalam bahasa ini.

(Berita diterjemah dari Harian berbahasa Mandarin, Qiandao Ribao oleh Novi Basuki)


smanj.sch.id

Leave a Reply

Label

 
Wong Leces © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

Man Jadda Wajada. Siapa yang Bersungguh-sungguh Akan Berhasil